Aku punya cita-cita. Cita-cita yang (sok) mulia. Aku kepengen jadi guru, yang tentunya jadi guru yang tidak didasari karena sebuah keterpaksaan. Aku kepengen jadi guru karena memang kepengen punya profesi sebagai seorang guru, dan bukan karena tidak ada profesi lain lagi yang bisa kugeluti.
Almarhum eyang kakungku dulu pernah berpesan, mau jadi apapun kamu, jangan pernah lakukan dengan setengah-setengah. Kasarannya, kalau aku kepengen jadi maling, aku harus jadi maling yang hebat supaya ndak bisa kepergok massa atau juga ditangkap sama bapak-bapak polisi kita, apalagi bapak polisi dari India.
Bagaimana tidak? Ketangkap sama polisi Endonesa aja sebenarnya sudah merupakan aib buat orang-orang yang berprofesi sebagai maling. Polisi Endonesa itu secara umum sudah kadung lekat dengan reputasi ndak beresnya. Maka maling model apa yang bisa ditangkapin sama mereka kalo bukan maling kelas sego endog? Ketangkap sama makhluk tidak beres, lantas apalagi sebutan yang layak disandang oleh sang maling selain julukan sebagai makhluk tidak beres kuadrat?
Itu baru polisi Endonesa. Akan lebih memalukan lagi kalo ada maling yang ketangkap sama polisi India. Sebagaimana kita tahu, polisi India itu lebih ndak becus lagi ketimbang polisi Endonesa. Liat aja film-film keluaran Bollywood itu. Polisi India datangnya selalu telat. Polisi India baru nongol ketika sang lakon kita sudah menyelesaikan masalahnya. Polisi India selalu muncul saat penjahatnya sudah nyerah dihajar sang lakon.
Bah! Betapa tidak becusnya, kan, Inspektur Vijay dan para anak-buahnya itu?
Maka jangan heran kalo ada anak manusia yang datangnya suka nelat kalo ada janji, di (bekas) kampusku orang-orang macam begitu dijuluki sebagai “polisi India”, misalnya aja si Kub yang sering dikata-katain, “Wooo… Kowe kie pancen pulisi India!”
Cukup sampai di situ pembahasanku tentang bapak-bapak polisi dari India. Sekarang marilah kita kembali pada tema awal perjumpaan kita pada hari ini, yaitu aku dan profesi guru.
Aku kepengen jadi guru karena memang kepengen jadi pengajar. Aku kepengen jadi guru bukan karena sudah nggak ada profesi lain yang bisa kutekuni untuk menyambung hidupku. Malah, kalo bicara masalah gaji dan finansial, aku nggak kepengen menggantungkan penghasilanku dari profesiku sebagai guru. Aku kepengen jadi guru yang ketika mengajar memang dilandasi dedikasi dan keikhlasan untuk mendidik dan membagi ilmu, bukan karena Dian Sastrowardoyo atau Zaskia Mecca dan anak-anak kami di rumah jerit-jerit minta makan.
Karena alasan itulah akhirnya tahun kemarin aku mendaftarkan diri untuk jadi mahasiswa program Akta 4 di UII; demi supaya bisa menjadi guru yang baik dan benar.
Tapi ternyata bertahan dengan idealisme itu sulit. Get real aja, aku – sekarang dan besok-besok – pastilah butuh uang. Aku harus mulai merencanakan dan menyusun kehidupan finansialku mulai dari sekarang kalo nggak mau pas besoknya hidup melarat. Umurku tahun ini sudah 26 tahun, yang artinya sudah seharusnya kalo aku mulai produktif menghasilkan duit, setidaknya – selama aku belum menikah – untuk diriku sendiri.
Dan itu memang sudah. Aku sudah kerja, sudah punya gaji sendiri, dan melakukan pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmuku waktu aku kuliah S-1. Cuma saja, setelah kupikir-pikir, aku belumlah optimal. Masuk kerja mulai jam 9 pagi sampai jam setengah 1 siang. Selanjutnya aku dikasih dispensasi sama kantor untuk kuliah Akta 4 mulai dari jam 1 sampai jam 5 sore. Malamnya kadang-kadang aku masih balik lagi ke kantor untuk ngelanjutin kerjaanku.
Itu berlangsung setiap hari kerja, mulai dari Senin sampai Sabtu. Dan kadang-kadang hal ini bikin aku nggak enak juga sama kantor. Kesannya aku cuma makan gaji setengah merem (nggak buta, karena aku, kan, masih masuk kantor dengan alokasi waktu setengah dari kesepakatan awal).
Lama-lama aku jadi ngerasa waktuku kebanyakan kebuang untuk kuliah yang menurutku cuma menghabiskan waktu. Hadir di perkuliahan menurutku nggak sepadan dengan ekspektasiku. Walaupun cara ngajar dosen-dosennya enak (malah sangat enak kalo harus kubandingkan secara jujur dengan dosen-dosenku di Ilmu Komputer UGM), ternyata materi-materi yang diberikan sebenarnya bisa kubaca sendiri di rumah; cukup berikan aku pedomannya dan silakan uji aku pada waktunya. Alhasil waktu sepanjang dari jam 1 siang sampai jam 5 sore itu kupikir bakal lebih bermanfaat kalo kupakai untuk melakukan hal yang lain.
Aku bakal bisa lebih bisa optimal menjawab tantangan pekerjaan di kantor sampai jam 4 sore sesuai jadwal kerja harian, dan waktu sisanya sampai jam 5, plus ditambah sampai adzan Maghrib, bisa kupakai untuk mencoba berbisnis sendiri kecil-kecilan. Artinya aku masih sempat belajar tentang akuntansi dan mengasah kecerdasan finansialku sambil aku jualan kaos di Internet – yang belum kelakon sampai sekarang, Malamnya aku juga bakal bisa kembali menekuni hobiku baca-baca buku atau blog milik orang lain.
Maka dengan pertimbangan seperti di atas itu, akhirnya aku mengambil manuver drastis: aku memilih mengundurkan diri dari kuliah Akta 4-ku. Tapi jangan khawatir… Aku masih cukup sadar dengan tanggung-jawabku. Setelah tugas-tugas kelompok yang melibatkan aku di dalamnya selesai, barulah aku tidak akan menghadiri perkuliahan lagi. Artinya, mungkin besok (Kamis, 5-2-2009) ini adalah kuliah Akta 4-ku yang terakhir.
Tapi jangan khawatir juga… Aku tidak akan membuang cita-citaku (setidaknya belum) untuk menjadi seorang pengajar. Suatu saat aku akan kembali untuk merintis jalanku menjadi seorang guru. Tapi itu masih nanti. Nanti ketika kondisi finansialku, menurutku, sudah stabil. Soalnya aku ndak mau besok ketika aku bener-bener jadi guru, aku masih berteriak-teriak kepada pemerintah Endonesa untuk memperhatikan kesejahteraanku. Hal yang macam begitu itu kupikir bakal berpotensi mengganggu idealismeku sebagai seorang guru dalam perkara dedikasi dan keilkhlasan.
emang gk iso TA(titip absen) ta Joe??
eh nek tekane luwih cepet saka janjian kui polisi ngendi??
eh aq PERTAMAXXX!!!! 😀
tentu saja tidak. justru absen sangat berpengaruh. ini bukan ilkomp ugm, soale 😆
nek misale dadi guru, koe bakalan dadi guru opo bang joe?
mengko polahe koyo onitzuka ning komik GTO kae po?
tapi sayang,impian dadi gurune mesti di pending sikek..
serius kowe mas? padahal wis tak semangati (dalam hati) lho niat muliamu kuwi 😀
aku yo pengen dadi guru, kuliah akta 4, tapi malah dipekok2ke karo keluargaku 🙁
omoshiroi:::
memang bakal seperti itu. seorang guru seharusnya memang jadi pendidik selama 24 jam. bukan sekedar mengajar ketika tatap-muka di kelas aja 😀
kalo masalah cabulnya, sih, anggap aja itu efek samping
chris:::
hahaha, aku yo dipekok2ke karo gadis2ku. “mau makan apa kita besok, mas?”
gembel mereka! apa dipikirnya guru itu selalu identik dengan kemelaratan. kalopun ada, itu pasti guru yang nggak pernah mengasah kecerdasan finansialnya, kekeke…
tapi tenang… ini cuma ditunda aja, kok. mungkin 1-2 tahun lagi aku bakal kembali ke jalan yang benar
sayang bgt yah joe, klo kuliah akta4 mu harus dihentikan. Pdhl cita2mu sungguh mulia joe n membuat ak pgn dadi muridmu 👿
Yaaahhh..apapun pilihanmu, km pasti tau apa yg terbaik buatmu 🙂
semangat joe..semangat. Km pasti bs jd orang kaya. YAKIN.Percaya dehhh..:mrgreen:
halo kang mas baskoro, salam kenal ya … 🙂
gw ngedukung apapun putusan eloh dalam hidup eloh, ini hidup eloh dan bukan hidup orang lain. Baik dan buruknya eloh itu gg jadi masalah, asal eloh tetep konsisten menjadi diri eloh dan bukan menjadi orang lain. Selamat menjalani hidup eloh semoga eloh tetep menjadi eloh yg sekarang ini.
peace man…!! 🙂
emang gak bisa jadi guru dengan modal S1?
makanya kawin sama cewe kaya, biar bisa jadi guru tanpa memikirkan finansial (loh, dian dan zaskia udah bisa bikin mas ongkang2 kaki kan )
intinya kan cuman satu jon..
kamu tu sebenernya..
KERE!!!
Hahahahahaha….
ipi:::
yayaya, saya yakin. biar cepet bisa mbeliin barang yang kamu pengenin 😛
gwgw:::
terima kasih. salam kenal juga 🙂
nona sheila:::
sayangnya tidak. kalo s-1nya tidak berlatar-belakang kependidikan, harus nyari sertifikasi akta 4 dulu buat jadi guru.
dan, wah, daku tiada mau cuma jadi suami yang kerjanya ongkang2 kaki yang cuma bisa ngomong, “wis, nduk, le nyambut gawe? nek wis rampung ayo ndang mlebu kamar!” 😆
jadi cowok tanggung jawabnya ya menafkahi keluarga, dan sapa tau aja besok dian atau zaskia nggak banyak job lagi. biasanya kan artis begitu habis nikah jobnya jadi berkurang 😛
yang punya bramantyo.com:::
tapi tidak sekere antum 😛
buktinya saya masih rutin ngedate dan hura2 sama ayu. ndak cuma diem di kos2an sambil nonton 12 ksatria emas, kekeke…
salut..
saya agak terkejut juga membaca cerita anda mau jadi guru saat semua lulusan universitas bergengsi berlomba-lomba untuk ke korporat besar.
Selamat yaaa…two thumbs for you:)
errr…
kalo itu, sih, soale saya juga mikir: nggak ada gunanya masuk korporat besar dan bergaji besar kalo nggak punya kecerdasan dalam pengelolaan finansial. gaji semakin besar toh pajaknya juga makin besar
weh,, ternyata omonganmu ndek sore ki serius to jo??
wah,, opo ra sayang koe wes bayar mlebune??
bayar piro sih?? cobo nek dinggo open bot..iso nganti jackpot!!!
btw, nek saranku..piye nek mbok rampungke sek wae akta 4 mu kui tp tros ora langsung dadi guru…
Senang2 dulu, cari duit yg banyak..nek wes duwe usaha lagi daftar dadi guru nyambi ngurus usahamu..
itulah manusia(tapi ga’ semua),penting awake dhewe sik…
klo emang dah bener bru yang laen2….
Aday:::
nek wis lunas, sih, yo mesti eman2 nek ta’tinggal minggat 😛 makane mumpung durung lunas dadine yo ta’tinggal minggat.
jane aku mundur mergo kroso ra penak karo kantor dan mulai merasa kehabisan waktu untuk diriku sendiri buat belajar hal-hal lain, misalnya buka usaha
nyante wae, mengko nek usahaku sukses, open bot saben dino yo iso, kakakaka! jindal 😈
jocko:::
maunya juga gitu. ternyata saya memang masih manusia biasa, belum jadi mutan…
Itulah jika idealisme bertemu kenyataan. 🙁
Indonesia harusnya bersyukur bahwa salah satu calon guru rusaknya menunda kuliah. 😀
keikhlasan bukan berarti tidak untuk dibayar. Keikhlasan dalam mengajar bukan sama artinya dengan cukup dengan gaji yang kecil
Jadi guru kan ndak harus ambil Akta 4, atau akta lahir, atau malah akta tanah…
Kalo ente bisa bagi-bagi ilmu maling, eh, ilmu komputer yang ente punya, kan bisa disebut guru juga. Ya toh?
biarlah sang sarjana kita ini memasuki dunia yang sebenarnya…
Ndak ambil S2 Ilkomp aja Mas, nanti jadi dosen, heheheheh.
Kalau ingin ngajar sih, gimana kalau antum buka kursusan gitu, kursus HTML dan PHP misale, kan bisa ngajar plus pendapatan besar lho kalau rame 😀
oke! tak dongakke lancar bin sukses usahamu!!
wakakakaka *demi open bot saben dino*
postingan kaya gini yg riz tunggu :p
smangat Mas Joe 🙂
putus sekolah lagi ya mas
semangat mas !!! kmu kalo jadi guru/dosen… pasti ngelawaaaaak… hehehe… aku doain mas !!! mg2 beneran jd guru/dosen !!! amiin
Kuliah Akta 4-nya di Ilkom UGM aja mas…??
Dosen2 Ilkom suruh ngajari kamu tentang metode mengajar mereka.
Pasti deh jadi guru yang baik.
He..
salam kenal,,em akt 4 UII yogyakarta ya? kalo benar..saya mau tanya, apakah benar sertifikat akta 4 dari UII yogyakarta, hanya dapat digunakan untuk melamar atau mendaftar jadi guru hanya di sekolahsekolah ygn dibawah naungan DEPAG saja. terimakasih sebelumnya kalo anda mengetahui info tersebut. dapat dijawab di na2_freakies@yahoo.com atau di blog anda,,,
dnial:::
yayaya, sana ngadain selametan 😀
sunarno:::
kalo saya sudah jadi orang kaya beneran, mungkin saya malah bakal ikhlas disuruh ngajar tanpa bayaran kok, pak 😉
Parus:::
kalo itu sih udah dari kemarin2…
dodo:::
ya, kita biarkan saja, hahayyy
ConfusedBoy:::
moh. nanti saya cuma ketemu dosen yang itu2 saja, nyahahaha
Aday:::
amin juga
riz*:::
terima kasih
yudi:::
sudah biasa itu, kul…
han2cute:::
amin juga
chiell:::
dosa kamu, chiell. berani2nya nyindir para dosen 😆
na2_freakies:::
ah, sapa bilang? itu hoax, kok
okey, terimakasih,,temen-temen masnya tidak mengalami hal yg serupa ya? (maksudnya setelah lulus sertifikat mereka diterima dimana aja? ato bisa untuk daftar PNS) makasih sekali lagi buat infonya