Cara Benar Beli Properti Tanpa Uang Tanpa Bohong

Gara-gara di toko buku jaman sekarang ini banyak beredar buku-buku cara beli properti tanpa duit, akhirnya aku terusik juga. Terusiknya, sih, bukan terusik pengen beli. Soalnya dari awal aku juga sudah curiga kalau buku-buku macam itu sebenarnya berisi syarat dan ketentuan lebih lanjut yang harus dipenuhi sama pembacanya kalau kepengen gampang punya rumah.

Syarat dan ketentuannya bisa macam-macam. Yang paling ta’curigai adalah si pembaca dipancing untuk ikutan seminar dari penulis bukunya kalau benar-benar pengen ndapetin semua trik dan tips beli rumah tanpa duit. Seminarnya sendiri tentulah harganya dipatok lebih mahal ketimbang harga bukunya sendiri. Juga, aku masih aja tetep curiga, apa iya kalopun nanti aku beli bukunya, terus kepancing ikutan seminarnya, apa iya aku bisa benar-benar beli rumah tanpa duit? Lha, masak iya, masak bisa? Terus penjual rumahnya ta’bayar pake apa? Pake daun? Masya Allah! Aku ini, kan, bukan siluman cerpelai. Mana bisa ngubah daun jadi duit, jal?

Atau malah jangan-jangan di seminarnya nanti aku benar-benar diajarin ilmu siluman cerpelai?

Tapi tentu saja aku ndak sebodoh itu. Aku ini, kan, sudah sarjana, soalnya. Mau dikemanakan nama besar almamaterku kalo aku nekad bertindak tolol, coba?

Dan akhirnya kapan hari yang lalu pas aku dolan ke Toga Mas, aku nemu buku karangannya Ridwan Raharjo yang judulnya “Cara Benar Beli Properti Tanpa Uang Tanpa Bohong” yang di sampulnya menuliskan kebohongan-kebohongan materi dari buku-buku cara beli rumah tanpa duit lainnya. Pendeknya, di bukunya Mas Ridwan ini dia bakal membeberkan 27 fakta kenapa sampeyan bisa gagal mempraktekkan teori beli properti tanpa uang. Tentu saja langsung kusambar. Kupikir isinya bakal menarik, soalnya.

Oom Ridwan Raharjo

Iya, menarik.

Menarik!

Menarik karena sebelumnya aku juga sudah pernah ngeliat orangnya langsung. Aku pernah nonton Mas Ridwan yang asal Kalasan waktu diajak sama Mas Bangun buat ikutan seminar gratisnya tentang hipnotis-hipnotisan, perubahan mindset, yang tentu saja langsung kuiyakan dengan suka-cita. Mumpung gratis dan dapet snack pulak!

Pas nonton seminarnya aku berkesimpulan, lumayanlah style oom-oom yang satu ini ketika berbicara sama audience-nya. Dia mampu berkomunikasi dengan baik. Sungguh, dia betul-betul menguasai bagaimana caranya supaya penonton tetap memperhatikan apapun yang diomongkannya. Tapi sayangnya hal itu tiadalah berlaku ketika dia mencoba agar khalayak ramai tetap memperhatikan apapun yang dituliskannya. Yak, betul, Mas Ridwan bukanlah penulis yang baik!

Mas Ridwan ini, konon, adalah pemilik universitas termuda di Indonesia. Perkara itu betul atau enggaknya, aku juga nggak mau menghakimi dengan dzolim. Yang aku tahu, dia memang punya semacam perguruan tinggi berjudul ASMI DESANTA di dekat Bayeman sana, yang menurut versinya mahasiswa-mahasiswa sombong di bekas kampusku, kampus itu termasuk dalam kategori AKY alias Akademi Kurang Yakin :mrgreen:

Tapi kayaknya ya memang iya, perguruan tingginya si Mas Ridwan ini harusnya nggak bisa disebut sebagai universitas, donk, ah. Lha wong ITB atau ITS yang ngedab-edabi itu aja nggak layak disebut universitas, kok. Sebutan mereka, kan, “cuma” institut sahaja. Hanya saja, karena aku sudah bilang kalau aku nggak mau menghakimi dengan dzolimlah makanya aku nggak mau bilang kalo sampul bukunya Mas Ridwan ini ternyata sedang berkata ngibul.

Selain itu, selain di sampul bukunya disebutkan kalau Mas Ridwan ini adalah pemilik universitas termuda di Endonesa (tahun ini beliau baru berusia 36 tahun, konon), Mas Ridwan juga disebutkan kalo dia sudah memiliki 7 perusahaan. Hebat! Aku harus belajar banyak dari dia. Dari omongannya, tapinya… Bukan dari tulisannya.

Iya, bukan dari tulisannya.

Karena apa?

Karena…

Karena, eh, karena tulisannya Mas Ridwan ternyata sangatlah mengecewakan. Sumpah!

Buku yang diterbitin sama Penerbit FRResources ini sungguh mati memiliki mutu tulisan yang sangat butut. Secara general bolehlah dibilang kalo tujuan awal materi yang (ingin) disampaikannya lumayan mencerahkan: mencoba mengungkapkan apa kesalahan yang awam dilakukan oleh investor-investor pemula yang seharusnya dihindari. Buku ini mencoba memberikan pengertian dan pembenaran akan sebuah mindset yang salah-kaprah yang biasanya dimiliki oleh para newbie yang kepengen cepet kaya. Sayangnya hal itu jadi ketutup gara-gara tata-bahasa tulisnya yang sungguh amburadul.

Aku nggak bohong! Aku nggak bohong kalo bilang buku ini semrawut banget dari segi tata-tulisnya. Banyak penggunaan tanda baca yang tidak tepat, banyak eksploitasi tanda baca yang berlebihan, dan sering pula ditemukan pemenggalan kalimat yang tidak seharusnya. Pendeknya, membaca buku ini – buat yang sudah terbiasa menikmati enaknya membaca serialnya Harry Potter – cuma akan menghasilkan lapar dan dahaga saja. Membaca buku ini butuh mikir lebih lanjut, soale. Kita sebagai pembaca dituntut mereka-reka apa sebenarnya maksud kalimat yang ditulis oleh Mas Ridwan.

Betapa tidak, lha wong tanda bacanya aja ditempatkan – seolah-olah – semaunya, kok ya…

Dan saking mangkelnya aku, aku mencoba melihat halaman-halaman awal di buku itu. Mencoba mencari-tahu siapa editor buku ini yang sudah begitu tega menyesatkan pembacanya. Akhirnya aku menemukan sederetan kerabat kerja berikut ini di bukunya:

PENERBIT FRRESOURCES
Jl. Afandi no. 08 Jogyakarta
Telp.\Fax.: (0274) 837 9010
Email: frresources@ymail.com
Website: www.belipropertytanpauang.com

Cetakan ke-1 : Maret 2011
Cetakan ke-2 : April 2011

Cetakan ke-3 : Mei 2011

Penyunting : Nur Indah Pambudi
Desain Cover : Aprie Hendri
Layout Naskah : Sasongko Iswandaru

Perpustakaan Nasional RI: ISBN / Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Maka buat Mbak Nur, selain aku kepengen tahu apa latar belakang akademis sampeyan, aku juga berpesan, mbok besok-besok kalo ngedit kerjaan orang itu ya yang ati-ati, Mbak. Sekalipun itu kerjaan bos Anda, tapi kalo memang salah ya disalahkan sahaja. Aku yakin bos Anda bakal berbesar hati, kok, kalo semua itu dilakukan demi kepuasan konsumen. Ndak perlu takut sama bos Anda. Ini yang ngomong aku. Kalo bos Anda ndak terima, bilang aja sama aku. Laporkan ke aku. Aku ini, kan, konsumen, alias bosnya bos sampeyan. Maka dari itu, lain kali hati-hati ya, Mbak? Iya, deh.

Betewe, ada yang nyadar nggak kalo di halaman-halaman awal itu aja udah ada yang janggal. Perhatikan “Jogyakarta”. Itu aja sudah bukan penulisan yang baku, kan? :mrgreen:

Ketidak-beresan yang lainnya pun terjadi hampir di seluruh isi buku. Bahasa dan kalimat yang digunakan betul-betul njelimet. Misalnya saja coba ente perhatikan paragraf berikut ini:

Biasalah seminar ada previewnya. Icip-icipnya…. Gambaran awal dari seminar yang sesungguhnya. Seminar GRATISnya…. merupakan makanan pembuka dari seminar BAYARnya. Lah dia belum ikut kelas full saya. Saya jelaskan jurus FLIP dan NHTS saja… (bisa Anda download di e-book saya GRATIS juga) langsung bisa beli rumah 800 juta malah dapat uang tunai 200 juta. Ada no hpnya sehingga Anda bisa ngebel beliau dan melihat langsung rumah tersebut di Malang. (dia dari Bali tetapi mengikuti kelas yang di Malang). Belum ikut kelas workshop saja sudah berhasil mendapatkan 2 sertifikat tanah. Tentunya hari kedua praktek di seminar workshopnya pantesan saja dia berhasil membawa pulang sebuah sertifikat tanah. Bahkan kata Mr. Pambudi, kalau tidak dibatasi waktu praktek hanya 3 jam dia akan pulang membawa 2 sertifikat tanah. Karena yang satu janjiannya agak lebih sore dalam pengikatan

Bandingkan dengan yang ini:

Biasalah yang namanya seminar pasti ada previewnya, ada icip-icipnya alias gambaran awal dari seminar sesungguhnya. Seminar GRATIS biasanya merupakan makanan pembuka dari seminar versi berBAYAR. Lah, dia belum ikut kelas full saya, cuma saya jelaskan jurus FLIP dan NHTS saja (ada di e-book saya yang bisa Anda download GRATIS juga), sudah langsung bisa membeli rumah senilai 800 juta. Malah dapat uang tunai 200 juta pula. Nomor hapenya beliau juga ada. Anda bisa ngebel beliau dan melihat langsung rumah tersebut di Malang (dia berasal dari Bali tetapi mengikuti kelas saya yang di Malang).

Belum ikut kelas workshop saja sudah berhasil mendapatkan 2 sertifikat tanah, tentunya pantas saja waktu praktek hari kedua di seminar workshopnya dia berhasil membawa pulang sebuah sertifikat tanah. Bahkan, kata Mr. Pambudi, kalau saja dia tidak dibatasi oleh waktu praktek yang hanya 3 jam, dia akan membawa pulang 2 sertifikat tanah, karena yang satunya janjian pengikatannya lebih sore lagi.

Atau paragraf yang ini, deh:

Apa benar ketika Anda terjun ke sebuah permainan properti/bisnis benar-benar tidak ada cerita yang kalah. Semua testimoni mengatakan kesuksesan yang telah mereka ambil, mereka mengatakan keberhasilan yang mereka capai, mereka menyatakan keampuhan ajarannya, mendapatkan banyak harta, properti melimpah tanpa uang tanpa modal…. Apa benar tidak ada cerita gagalnya? Apa tidak ada peserta yang mengatakan kalau jurusnya tidak bisa dipraktekkan di daerah asal dari peserta? Apa benar 100% ada peserta selalu berhasil? Tidak ada kegagalan? Tidak ada hambatan? Tidak ada halangan? Apa ada yang berani mengatakan moneyback guarantee?

Kemudian bandingkan dengan yang ini:

Apa benar dalam sebuah permainan properti/bisnis benar-benar tidak ada cerita yang kalah? Semua testimoni pastilah mengatakan kesuksesan yang telah mereka raih. Mereka mengatakan keberhasilan yang mereka capai, keampuhan ajarannya, mendapatkan banyak harta dan properti melimpah tanpa uang, tanpa modal. Apa benar tidak ada cerita gagalnya? Apakah tidak ada perserta yang mengatakan kalau jurusnya tidak bisa dipraktekkan di daerah asal si peserta? Apa benar 100% peserta selalu berhasil, tidak ada kegagalan, tidak ada hambatan, dan tidak ada halangan? Apa ada yang berani mengatakan moneyback guarantee?

Nah, antara kalimat yang pertama kalau dibandingkan sama kalimat yang kedua, manakah yang lebih enak dibaca? :mrgreen:

FYI, kalimat yang kedua itu hasil editanku sendiri, lho, hohoho 8)

Percayalah, hampir di sepanjang buku ini sampeyan bakalane menemukan paragraf-paragraf yak-yak’an bin tidak efektif macam di atas itu. Celakanya hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu hal tersebut ternyata adalah tulisan dari seorang pemilik “universitas”.

Karena itu, ya semoga saja postinganku ini dibaca sama Mas Ridwan Raharjo, deh. Jadi dengan begitu sapa tau sahaja akunya dikasih 1 properti gratis sama dia, atau seenggaknya tiket gratis buat ikutan workshop fullday-nya, karena seperti kecurigaanku sebelumnya di atas tentang buku-buku dengan pembahasan properti seperti ini, ternyata di buku ini juga terdapat quote yang berbunyi:

Ikuti kelas FULLDAY… workshop CARA BENAR BELI PROPERTI TANPA UANG!!
www.belipropertytanpauang.com

Sama aja sama buku-buku “pemancing” lainnya, kan? πŸ˜‰

Tapi aku yakin, kok, kalau aku ini sudah sepantasnya mendapatkan imbalan gara-gara sudah mengoreksi kerjaannya Mas Ridwan πŸ˜† Bukan apa-apa… Masalahnya, lha, kalo bukunya yang ketiga ini aja ternyata tata-bahasanya masih sedemikian semrawutnya, bagaimana nasib buku-bukunya yang sebelumnya? Apa ndak lebih semrawut lagi isinya? Entah itu buku atau film atau juga produk elektronik, yang namanya seri berikutnya biasanya pastilah dibikin setelah mengoreksi seri sebelumnya, kan? Jujur, setelah membaca buku yang satu ini aku jadi malas buat mengonsumsi buku-bukunya Mas Ridwan yang sebelumnya.

Akhirul kalam, sepertinya Mas Ridwan memang perlu memperkerjakan editor yang lebih bonafid lagi. Karena jika tidak, rasanya bukan aku aja yang bakal menyangsikan kualitas lulusan “universitas” miliknya. Lha, kalau pemiliknya saja masih belum bisa menulis dengan tata kalimat yang enak dan nikmat (tidak usah baik dan benar dulu, deh. Untuk yang satu itu ilmuku sendiri juga masih jauh), bagaimana pula kualitas tata bahasa dari karya ilmiah Tugas Akhir mahasiswa-mahasiswinya? 😈

P.S. Kalimat terakhirku tidaklah ta’bikin dengan maksud menyindir mahasiswa-mahasiswa tua di bekas kampusku yang belum juga merampungkan skripsinya. Nyahahaha! πŸ˜†


43 Comments

  • yudi |

    bagh..pasti editornya nilai bahasa indonesianya waktu eS eM A ga kayak saya yang selalu 9 di raport (no hoax, bukti terlampir dan bisa difotokopi) πŸ˜†

  • Yang Punya Diary |

    paris:::
    silakan πŸ˜›

    yudi:::
    apalagi saya… saya kan rajin mewakili sekolah dalam bidang jurnalistik2an. tanyakan pada ibu guru yang tetangga anda jikalau tiada percaya πŸ˜†

  • Cahya |

    Jadi penyunting naskah itu tidak mudah, saya saja jika mau menyunting naskah mesti bulak balik belok buka kamus besar dan buku tata bahasa. Tapi tetap saja kalau nulis blog masih tampak amburadul. Belajar berbahasa tidak mudah, karena jika keliru, komunikasi kita tidak akan nyambung.

  • Kimi |

    Hore blognya Mas Joe RSS-nya udah full feed! Jadi bisa langsung baca di google reader-ku. πŸ˜€

    Btw, coba hubungi langsung si penulis atau editornya. Bilang, gak usah bikin buku kalau nulis aja masih salah2. Bilang lagi, belajar nulis dulu gih di blog. *halah*

  • septri nur ithmam |

    jangan jangan cuma buku yg kamu beli aja yang penulisannya amburadul mas joe sedangkan buku yg lain bagus,coba kamu beli 1 lg buat ngecek,

  • Yang Punya Diary |

    Kimi:::
    sudah ta’mensyen di twitternya tadi, kim πŸ˜€ dan semoga saja saya dapat tiket seminar fullnya beneran, hohoho. eh, beliaunya punya blog kok. itu namanya yang ada hyperlinknya kan ngarah ke blognya dia πŸ™‚

    septri nur ithmam:::
    lambretta, eh, lambemu, sep. pancen anda ini tiada intelek

  • sora9n |

    *baca dari awal sampai akhir*

    Astaga. Bener-bener review yang tanpa ampun. πŸ˜† πŸ˜†

  • Yang Punya Diary |

    adhipras:::
    lha…nanti kalo saya malah dimaki2 bagemana hayo? πŸ˜†

    sora9n:::
    eh, saya ngasih ampun kok. syaratnya tiket seminar itu πŸ˜›

  • Manusiasuper |

    Ealah!! Paragraf akhirnya posting ini menggunakan kata-kata “akhirul kalam” juga! Persis posting terbaru saya barusan! Tentang bahasa pulak temanya! Masyaolooohhhh……

  • fansnya bang Ridwan |

    kalo buku na no comment laah. yg jelas seminar na T.O.P.B.G.T! Fun tp berisi πŸ™‚

  • AnakNggaya |

    hyaaaahhh….kebanyakan duit beli buku yang jelas-jelas dari sampulnya aja udah mengecewakan… -_-“

  • Ibrahim Vatih |

    Saya juga udah baca beberapa buku Mas Ridwan, dan memang kacau bahasanya, hehe.. Tapi sumpah acara seminar dan ilmu yang disampaikan lewat lisan jauh lebih bagus dari pembicara properti lainnya.

    Ya mungkin kelemahan Mas Ridwan ada dalam komunikasi melalui media tulisan πŸ˜€

  • rhei |

    Matur nuwun infonya masboy, jadi saya ndak perlu beli buku ini. Lha lihat sampulnya aja udah meragukeun. Dua buku soal beli property gratisan emang kampret semua. Yang satu, penulisnya cipto junaedy terbitan gramedia lebih kampret lagi. Bukunya tebal, harganya mahal, isinya kopong. Pembeli cuman diiming-imingi trik macem-macem, tapi triknya disampein di seminarnya seharga Rp 3 jutaan. Jadi, matur nuwun infonya, dan editan sampeyan luwih apik, tenan…

  • soraya |

    bukan bermaksut buku tersebut untk pancingan.
    walaupun ditulis anda blm tentu bisa menerapkan
    dan materi ttg properti memang harus disampaikan melalui lisan dan dijelaskan buka seperti pelajaran 5×5=25 dihitung pake jari bisa…

  • Yang Punya Diary |

    AnakNggaya:::
    pokoknya ndak mau! πŸ˜›

    Ibrahim Vatih:::
    artinya? kalo sampe editornya ndak diganti, ini orang pelit atau ngeyel ya? πŸ˜†

    rhei:::
    sama-sama, pakbos πŸ™‚

    soraya:::
    lho, memangnya saya mempermasalahkan pancingannya? 😈
    di lain pihak, kalopun ditulis semuanya dan anda tidak bisa menerapkan, belum tentu saya juga sama tidak bisanya, kan?

  • Karen |

    wah yg mana nih..,
    emang beneran ngga sih bisa beli properti tanpa uang tanpa uang?
    ayo yg udah baca bukunya….!!!

  • Yang Punya diary |

    saya sudah baca bukunya, dan jawabannya adalah…ya nggak bisalah. yang namanya “beli” ya pasti pake duit. kalo dapet rumah tanpa beli, ya itu bisa saja. biasanya dapet hibah, menang undian, atau terima warisan. tapi tetap saja, yang namanya “beli” pastilah menggunakan uang sebagai alat pembayaran. kalo pake benda lain, itu namanya “barter”.

    jadi kesimpulannya, ndak mungkin buat kita beli properti tanpa uang πŸ˜›

  • dd |

    orang kita memang seperti itu, biasa…merasa cari duit susah malah bikin ulah..ya kita positif lah ada saudara yg mencoba nulis meski blm sempurna….manusia memang tidak ada yg sempur “nobody perfect” right ?… camkan itu..saya bukan siapa2..dan g ada tendensi apa2..meski saya blm punya rumah tapi tidak kepengen beli buku itu, sbb tidak ada uang tidak ada barang ..!!!…so all the argue is impossible…

  • meme |

    Klo memang merasa sbg makhluk berpendidikan, yaa mestinya cara mengkritiknya juga yg elegant dong. Yang isinya membangun dan dg TATA BAHASA bagus pula, yaa itu pun kalau memang anda merasa PINTER mengatur tata bahasa. Dan bukannya (maaf) TATA BAHASA yg justru terkesan kampungan gitu… Coba baca tulisan para KRITIKUS SEBENARNYA klo mengkritik tulisan orang lain. Sekalipun tajam, tapi TATA BAHASA nya jauh lebih indah daripada TATA BAHASA ANDA yg merasa jago editing…

    Mana buntutnya, eeeehh minta Gratisan. Weleh-weleeeh Mentalnya….

    Mengkritik itu memang gampang. Tapi coba saya menantang Anda membuat sebuah KARYA TULIS (buku) dg TATA BAHASA indah seperti yg anda sombongkan tentang kehebatan diri anda mengatur TATA BAHASA. Lalu kita liat apakah total penjualannya bisa melebihi buku yg anda kritik (terlepas siapa pun penulisnya tadi).

    Betapa menyedihkannya mental orang-orang kita. Bisanya cuma ngomong doang….

  • meme |

    Oyah… satu hal lagi. Jika anda pikir untuk membeli sgala sesuatu harus dg uang, mohon maaf, anda masih terkungkung dalam pola pikir lama. Banyak orang kaya mendapatkan kekayaannya bukan dg Uang. Karna sebagian besar dr mereka berasal dr kondisi yg tidak punya Uang.

    Seperti kata Robert T.Kiyosaki : “Uang adalah IDE”. Dan itulah yg diajarkan dalam buku itu. Yaa itu pun kalau anda cukup cerdas mencerna isi tulisannya. Kan anda jago tata bahasa…

    Dan bagi rekan-rekan lainnya… Selama Anda selalu berpikir tidak mungkin, maka SEGALA SESUATU ADALAH TIDAK MUNGKIN DALAM KEHIDUPAN ANDA. Trust ME!

  • Yang Punya Diary |

    dd:::
    memang betul, tidak ada yang sempurna. karena itulah diperlukan adanya kritik, kan?

    meme:::
    sudah baca ini?

    kalo belum, silakan dibaca dahulu. kalo sudah, masih boleh kok ngulang baca tulisan saya di atas satu paragraf demi satu paragraf lagi. kemudian setelahnya silakan baca juga komentar-komentar yang ada jauh sebelum komentar anda πŸ™‚

    soalnya saya kok curiga kalo anda melewatkan kalimat saya yang ini:

    kalau pemiliknya saja masih belum bisa menulis dengan tata kalimat yang enak dan nikmat (tidak usah baik dan benar dulu, deh. Untuk yang satu itu ilmuku sendiri juga masih jauh)

    enak dan nikmat. itu yang saya permasalahkan. bukan tata bahasa yang baik dan benar, tapi tata bahasa yang enak dan nikmat dibaca, yang tidak membuat pembacanya bingung mereka-reka maksud kalimat dari penulisnya gara-gara peletakan tanda baca yang amburadul πŸ˜€

    Mana buntutnya, eeeehh minta Gratisan. Weleh-weleeeh Mentalnya….

    oh, come on…jangan terlalu serius gitu, donk. silakan juga anda baca tulisan-tulisan saya yang lain di blog ini. maka anda bakal mendapatkan pakem tentang gaya bercanda ala saya :mrgreen:

    oh ya, walaupun anda bilang kalo tata bahasa saya kampungan, saya tersanjung, lho. setidaknya anda bisa langsung menyimpulkan bahwa tata bahasa saya itu kampungan tanpa harus bingung memikirkan maksud “ejekan-ejekan” saya gara-gara peletakan tanda baca yang semaunya, kan?

    terakhir, tunjukkan pada saya, beli barang apa yang bisa tanpa uang? beli barang tanpa uang, lho. sekali lagi: beli barang. bukan barter barang πŸ˜†

    ayolah…tunjukkan saja pada saya. anda toh sudah baca buku-bukunya oom robert kiyosaki, kan?

  • cetak buku murah |

    mencetak buku dengan harga murah tanpa ada batasan minimal cetak , berapapun kebutuhan buku anda,baik untuk instansi atau pun pribadi atau untuk kepentingan karier pendidikan anda (cetak buku untuk KUM)

  • Yang Punya Diary |

    kalo per halaman bisa lebih murah dari Rp. 50,- yakinlah sumpah saya bakal mesen di tempat situ. di deket rumah saya ada yang bisa nyetak buku 50 perak per halamannya, sih

  • anwar |

    saya sudah baca buku dan ikut Seminar nya Mas Ridwan, bagi saya setelah saya membaca bukunyA saya jadi tertanTang untuk ikut worshop nya. berhasil atau tidak itu tergantung orang nya bukan dari Mentornya.

  • Anna |

    Hare gene semua orang belagak jadi jagoan padahal prakteknya belum tentu benar. kalau benar benar, apakah dia berani cantumkan daftar harta bendanya prakteknya ? satu lagi last but not the least, orang yg bersaksi untuk dia, semuanya datanya GAK JELAS, misalnya beli rumah di apartemen mewah, DIMANAAAA PERSISNYA ? cuma bla bla bla, coba kalo berani cantumkan (tak perlu detil sampai nomor deh) dAN JUGA PROFESINYA , please deh tukang bakso dimana ? guru di mana misalnya SMAN jakarta kawasan bulungan misalnya kan jelas walau tidak detil. Jangan2 orang ini DIBAYAR πŸ˜› buat nipu 2 masyalllaaaaah yang kaya dia, ngumpulin duit dari seminar rp sekian juta (2,5 juta x 500 org per minggu (asumsi diadakan dibeberapa kota) x 4 minggu. silahkan kalkulasi deh !!! salam

  • Anna |

    Hare gene semua orang belagak jadi jagoan padahal prakteknya belum tentu benar. kalau benar benar, apakah dia berani cantumkan daftar harta bendanya prakteknya ? satu lagi last but not the least, orang yg bersaksi untuk dia, semuanya datanya GAK JELAS, misalnya beli rumah di apartemen mewah, DIMANAAAA PERSISNYA ? cuma bla bla bla, coba kalo berani cantumkan (tak perlu detil sampai nomor deh) dAN JUGA PROFESINYA , please deh tukang bakso dimana ? guru di mana misalnya SMAN jakarta kawasan bulungan misalnya kan jelas walau tidak detil. Jangan2 orang ini DIBAYAR buat nipu 2 masyalllaaaaah yang kaya dia, ngumpulin duit dari seminar rp sekian juta (2,5 juta x 500 org per minggu (asumsi diadakan dibeberapa kota) x 4 minggu. yg ada disuruh bayar 2,5 jt lalu bayar 1 jt lalu 34 juta , silahkan kalkulasi deh !!! salam yg tertipu

  • media penulis |

    cipto juanedi paraah. mending beli ebook-ebook bangun property

  • infosehat |

    Cara Menyembuhkan Wasir Ambeien Luar Tanpa Operasi – Pengobatan wasir ambeien secara alami tanpa harus operasi serta aman untuk ibu hamil yaitu dengan menggunakan obat wasir herbal ambeclear dari Klinik De Nature. Obat yang berbahan tradisional yang diformulasikan khusus untuk peyakit wasir dari setadum satu sampai wasir yang berstadium empat dari denature indonesia memang sangat terkenal dan sangat teruji keampuhanya mengobati wasir atau benjolan wasir yang sudah keluar.

So, what do you think?