Deprecated: Function add_option was called with an argument that is deprecated since version 2.3.0 with no alternative available. in /home/satchd01/public_html/diary/wp-includes/functions.php on line 6114

Deprecated: Methods with the same name as their class will not be constructors in a future version of PHP; FBCRC_Widget has a deprecated constructor in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments-recentcomments.php on line 192

Notice: Function wp_enqueue_script was called incorrectly. Scripts and styles should not be registered or enqueued until the wp_enqueue_scripts, admin_enqueue_scripts, or login_enqueue_scripts hooks. This notice was triggered by the jquery handle. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 3.3.0.) in /home/satchd01/public_html/diary/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Undefined index: hideWpComments in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments.php on line 132

Deprecated: Function create_function() is deprecated in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments.php on line 242

Notice: Undefined index: fbCommentCount in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments.php on line 261

Notice: Undefined index: combineCommentCounts in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments.php on line 265

Deprecated: Array and string offset access syntax with curly braces is deprecated in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/sitemap-generator/sitemap-generator.php on line 715

Deprecated: Array and string offset access syntax with curly braces is deprecated in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/sitemap-generator/sitemap-generator.php on line 758

Warning: Use of undefined constant ddsg_language - assumed 'ddsg_language' (this will throw an Error in a future version of PHP) in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/sitemap-generator/sitemap-generator.php on line 44

Deprecated: The called constructor method for WP_Widget class in FBCRC_Widget is deprecated since version 4.3.0! Use __construct() instead. in /home/satchd01/public_html/diary/wp-includes/functions.php on line 6114
Dan, Tambah Banyak Lagi Jumlah Muslim yang Makin Ngawur | The Satrianto Show: Beraksi Kembali! – Diary of Anindito Baskoro Satrianto

Dan, Tambah Banyak Lagi Jumlah Muslim yang Makin Ngawur

Perkara bahwa masih banyak umat Muslim di Endonesa yang bahlul, itu kuakui. Dari beberapa komentator di tulisanku tentang ketololan yang dilakukan oleh oknum umat Muslim Endonesa, lebih dari separuhnya ternyata memang bertindak membenarkan tulisanku. Alih-alih pengen mendebat pernyataanku yang dalam sangkaan mereka menodai ajaran Islam, komentar mereka malah semakin menunjukkan kalo mereka – sungguh sayang sekali – memang tolol kuadrat. Eh, salah… Bukan tolol kuadrat lagi, dink. Kemungkinan besar malah sudah sampai level tolol pangkat 3 atau pangkat 4.

Mereka memiliki ciri-ciri bertipe fast reader, yang sayangnya kecepatan mereka tidak diimbangi dengan skill yang mumpuni. Padahal manusia cepat dan punya skill macam Super Sic saja bisa bernasib naas dan akhirnya meninggal dunia (possa tu riposare in pace, Marco), ya apalagi mereka-mereka yang waton cepat zonder skill.

Kecurigaan yang lebih besar lagi, mereka cuma baca judul tulisanku, kemudian separagraf-2 paragraf isinya, untuk kemudian langsung memutuskan ngamuk saja! Ah, (Muslim) Endonesa… 😈

Tipikal macam di atas itu memang mengesalkan. Bolak-balik aku harus menjelaskan maksud tulisanku ke mereka. 1-2 bisa ngerti, sisanya? Nehi! Pokoknya mereka yang benar, padahal mereka tidak pernah bisa membalas argumenku. Cuma dan hanya cuma karena aku sendiri lumayan hobi “bermain-main” dengan makhluk seperti merekalah makanya aku nggak pernah bosan menjawab komentar mereka.

Banyak juga yang ngajak aku berantem. Yeah, berantem tanpa tahu permasalahan yang sebenarnya dan tanpa memiliki argumen yang valid untuk berantem. Tentu saja kutanggapi pula sesukaku. Kupersilakan datang ke Jokja. Ini rahangku, silakan pukul saja kalo sampeyan memang mampu menyentuhnya :mrgreen: Hasilnya bisa ditebak… Sudah tolol, ternyata mereka juga cuma tukang gertak. Buktinya sampai sekarang masih belum ada yang betul-betul berani menyentuh ujung hidungku.

Malangnya, adik kelasku di kampus ternyata ada juga yang setipe, senada, dan seirama dengan mereka. Kupikir dia betul-betul khilaf menunjukkan imej Muslim barbar yang tolol ketika status Fesbuk-nya menyebutkan betapa dia kepengen gelut sama David Villa yang sudah menghina Mesut Ozil dan ajaran Islam yang dianutnya. Bagus betul, kan? Selesaikan masalah apapun dengan kepalan tangan saja, Dek. Berikutnya, makin barbar sajalah imej ajaran Islam gara-gara pendeknya cara berpikir sampeyan itu. Semoga saja antum betul-betul khilaf ketika ngapdet status macam itu. Karena jika tidak, mohon maaf, Anda bikin malu almamater saja! 👿

Dalam sebuah dialog intern umat beragama antara aku sama adik sepupuku yang lulusan pondok pesantren, pernah juga terjadi percakapan sebagai berikut:

“…tapi Kristenisasi itu bahaya, Mas,” kata adikku.

“Bahaya di mananya?” Tanyaku.

“Ya mereka, kan, berusaha memurtadkan orang Islam.”

“Terus kalo sudah murtad diapakan?”

“Diajak masuk Kristen, donk. Mas Ditto ini gimana, sih? Kayak nggak tau aja.”

“Lho, wajar, tho? Kita aja juga punya kewajiban berdakwah, ngajak orang supaya memeluk Islam. Apa salahnya agama sebelah melakukan hal yang sama? Mereka pasti juga punya kewajiban dakwah sesuai SOP masing-masing agama, kan?”

“Tapi sasaran mereka, kan, orang-orang Islam yang bodo.”

“Terus?”

“Orang Islam yang bodo, kan, masih banyak, Mas.”

“Kalo gitu siapa yang salah? Mereka yang pinter atau kita yang bodo?” tanyaku pada akhirnya.

Damn! Negara ini memang semrawut. Di tingkatan pemerintahnya banyak yang brengsek secara sadar, sementara di tingkatan akar-rumput banyak yang goblok secara tidak sadar. Kasusnya, ternyata jumlah oknum umat Islam yang goblok, yang nggak paham istilah “bermain cantik” masih berjubel. Kebanyakan dari mereka memiliki cara berlogika yang morat-marit. Menyedihkan. Sukanya metode-metode instan, jalan pintas, nggak mau berproses, dan maunya hasil cepat tanpa usaha nan cerdas. Gembus!

Salah-satu contoh metode instan yang akhir-akhir ini bikin aku terheran-heran adalah metode bajak-membajak cerita. Lebih jauhnya lagi, tanpa argumen dan literatur yang bisa dipertanggung-jawabkan, banyak terjadi pembajakan cerita, dongeng, dan legenda populer yang di-Islam-Islam-kan. Misalnya legenda Candi Borobudur dan Prambanan yang dibilang peninggalan Nabi Sulaiman di bawah ini:

Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman?
Senin, 27 September 2010 21:13 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Membaca judul diatas, tentu banyak orang yang akan mengernyitkan dahi, sebagai tanda ketidakpercayaannya. Bahkan, mungkin demikian pula dengan Anda. Sebab, Nabi Sulaiman AS adalah seorang utusan Allah yang diberikan keistimewaan dengan kemampuannya menaklukkan seluruh makhluk ciptaan Allah, termasuk angin yang tunduk di bawah kekuasaannya atas izin Allah. Bahkan, burung dan jin selalu mematuhi perintah Sulaiman.

Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sementara itu, Candi Borobudur sebagaimana tertulis dalam berbagai buku sejarah nasional, didirikan oleh Dinasti Syailendra pada akhir abad ke-8 Masehi atau sekitar 1.200 tahun yang lalu. Karena itu, wajarlah bila banyak orang yang mungkin tertawa kecut, geli, dan geleng-geleng kepala bila disebutkan bahwa Candi Borobudur didirikan oleh Nabi Sulaiman AS.

Candi Borobudur merupakan candi Budha. Berdekatan dengan Candi Borobudur adalah Candi Pawon dan Candi Mendut. Beberapa kilometer dari Candi Borobudur, terdapat Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Plaosan, dan lainnya. Candi-candi di dekat Prambanan ini merupakan candi Buddha yang didirikan sekitar tahun 772 dan 778 Masehi.

Lalu, apa hubungannya dengan Sulaiman? Benarkah Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman yang hebat dan agung itu? Apa bukti-buktinya? Benarkah ada jejak-jejak Islam di candi Buddha terbesar itu? Tentu perlu penelitian yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak untuk membuktikan validitas dan kebenarannya.

Namun, bila pertanyaan di atas diajukan kepada KH Fahmi Basya, ahli matematika Islam itu akan menjawabnya; benar. Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman yang ada di tanah Jawa.

Dalam bukunya, Matematika Islam 3 (Republika, 2009), KH Fahmi Basya menyebutkan beberapa ciri-ciri Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan putra Nabi Daud tersebut. Di antaranya, hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya istana Ratu Saba ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, dan lainnya.

Dalam Alquran, kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba disebutkan dalam surah An-Naml [27]: 15-44, Saba [34]: 12-16, al-Anbiya [21]: 78-81, dan lainnya. Tentu saja, banyak yang tidak percaya bila Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman.

Di antara alasannya, karena Sulaiman hidup pada abad ke-10 SM, sedangkan Borobudur dibangun pada abad ke-8 Masehi. Kemudian, menurut banyak pihak, peristiwa dan kisah Sulaiman itu terjadi di wilayah Palestina, dan Saba di Yaman Selatan, sedangkan Borobudur di Indonesia.

Tentu saja hal ini menimbulkan penasaran. Apalagi, KH Fahmi Basya menunjukkan bukti-buktinya berdasarkan keterangan Alquran. Lalu, apa bukti sahih andai Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman atau bangunan yang pembuatannya merupakan perintah Sulaiman?

Menurut Fahmi Basya, dan seperti yang penulis lihat melalui relief-relief yang ada, memang terdapat beberapa simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana keterangan Alquran. Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan. Pada relief yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang.

“Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman’.” (QS Al-Baqarah [2]: 248).

Kedua, pekerjaan jin yang tidak selesai ketika mengetahui Sulaiman telah wafat. (QS Saba [34]: 14). Saat mengetahui Sulaiman wafat, para jin pun menghentikan pekerjaannya. Di Borobudur, terdapat patung yang belum tuntas diselesaikan. Patung itu disebut dengan Unfinished Solomon.

Ketiga, para jin diperintahkan membangun gedung yang tinggi dan membuat patung-patung. (QS Saba [34]: 13). Seperti diketahui, banyak patung Buddha yang ada di Borobudur. Sedangkan gedung atau bangunan yang tinggi itu adalah Candi Prambanan.

Keempat, Sulaiman berbicara dengan burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]: 20-22). Reliefnya juga ada. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya.

Kelima, kisah Ratu Saba dan rakyatnya yang menyembah matahari dan bersujud kepada sesama manusia. (QS An-Naml [27]: 22). Menurut Fahmi Basya, Saba artinya berkumpul atau tempat berkumpul. Ungkapan burung Hud-hud tentang Saba, karena burung tidak mengetahui nama daerah itu. “Jangankan burung, manusia saja ketika berada di atas pesawat, tidak akan tahu nama sebuah kota atau negeri,” katanya menjelaskan. Ditambahkan Fahmi Basya, tempat berkumpulnya manusia itu adalah di Candi Ratu Boko yang terletak sekitar 36 kilometer dari Borobudur. Jarak ini juga memungkinkan burung menempuh perjalanan dalam sekali terbang.

Keenam, Saba ada di Indonesia, yakni Wonosobo. Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. (QS Saba [34]: 15). Dalam kamus bahasa Jawi Kuno, yang disusun oleh Dr Maharsi, kata ‘Wana’ bermakna hutan. Jadi, menurut Fahmi, wana saba atau Wonosobo adalah hutan Saba.

Ketujuh, buah ‘maja’ yang pahit. Ketika banjir besar (Sail al-Arim) menimpa wilayah Saba, pepohonan yang ada di sekitarnya menjadi pahit sebagai azab Allah kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya. “Tetapi, mereka berpaling maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar[1236] dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS Saba [34]: 16).

Kedelapan, nama Sulaiman menunjukkan sebagai nama orang Jawa. Awalan kata ‘su’merupakan nama-nama Jawa. Dan, Sulaiman adalah satu-satunya nabi dan rasul yang 25 orang, yang namanya berawalan ‘Su’. Kesembilan, Sulaiman berkirim surat kepada Ratu Saba melalui burung Hud-hud. “Pergilah kamu dengan membawa suratku ini.” (QS An-Naml [27]: 28). Menurut Fahmi, surat itu ditulis di atas pelat emas sebagai bentuk kekayaan Nabi Sulaiman. Ditambahkannya, surat itu ditemukan di sebuah kolam di Candi Ratu Boko.

Kesepuluh, bangunan yang tinggal sedikit (Sidrin qalil). Lihat surah Saba [34] 16). Bangunan yang tinggal sedikit itu adalah wilayah Candi Ratu Boko. Dan di sana terdapat sejumlah stupa yang tinggal sedikit. “Ini membuktikan bahwa Istana Ratu Boko adalah istana Ratu Saba yang dipindahkan atas perintah Sulaiman,” kata Fahmi menegaskan.

Selain bukti-bukti di atas, kata Fahmi, masih banyak lagi bukti lainnya yang menunjukkan bahwa kisah Ratu Saba dan Sulaiman terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya angin Muson yang bertiup dari Asia dan Australia (QS Saba [34]: 12), kisah istana yang hilang atau dipindahkan, dialog Ratu Bilqis dengan para pembesarnya ketika menerima surat Sulaiman (QS An-Naml [27]: 32), nama Kabupaten Sleman, Kecamatan Salaman, Desa Salam, dan lainnya. Dengan bukti-bukti di atas, Fahmi Basya meyakini bahwa Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman. Bagaimana dengan pembaca? Hanya Allah yang mengetahuinya. Wallahu A’lam.

Redaktur: Budi Raharjo
Reporter: Syahruddin El-Fikri

Cerita di atas itu pertama kali aku tahu ketika aku lagi sowan ke rumah oomku di Denpasar. Waktu itu beliau dengan bangganya menunjukkan sekumpulan print-print-an berbagai artikel dari Internet tentang Bandung Bondowoso alias Nabi Sulaiman.

Bandung Bondowoso memang konon bisa memerintah jin sesuka hatinya, persis Nabi Sulaiman. Jadilah dengan berapi-api oomku bercerita dengan bangga tentang literatur-literatur (hoax) yang dipelajarinya itu.

Dalam hati, sih, aku ngekek. Ngekek dalam artian bukan berarti aku nggak percaya kalo Bandung Bondowoso itu adalah Nabi Sulaiman. Aku toh belum pernah bertemu mereka berdua. Jadi ya mana bisa aku menyimpulkan kalo mereka berdua adalah homo sapiens yang sama atau berbeda. Aku cuma ngekek karena prihatin. Kumpulan artikel yang saat itu kubaca di rumah oomku itu sifatnya hampir sama kayak quote di atas. Semuanya lebih bersifat ke opini. Semuanya tidak disertai hasil riset yang ilmiah. Semuanya cuma berkesan othak-athik-gathuk khas orang Jawa. Prihatinnya, kok, ya ternyata ada banyak orang – termasuk oomku itu – yang langsung percaya begitu saja. Lebih prihatin lagi, kenapa juga ada oknum umat Islam yang “berani” mengeluarkan statement macam di atas itu tanpa olah TKP yang valid.

(Betewe, ngekeknya aku nggak kuperlihatkan di depan oomku dengan terang-terangan, lho. Soalnya apalagi kalo bukan akunya takut menyinggung perasaan beliau 😆 )

Buatku ini memang memprihatinkan. Betapa tidak… Boleh-boleh saja kalo kita kepengen bangga pada ajaran agama kita. Tapi kupikir tidak perlulah kita sampai membajak legenda (yang sudah jamak dikenal orang sebagai legenda) bukan Islam menjadi legenda Islam. Apalagi ketika semua itu tidak dilakukan berdasarkan metode ilmiah yang bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Yang macam di atas itu cuma makin memperburuk imej Islam, menurutku.

Yeah, sekarang umat Islam – selain mendapat imej sebagai agama tukang pukul – bakal mendapat imej lain sebagai agama tukang bajak.

Selain cerita tentang candi-candi di atas itu, ternyata banyak juga kisah-kisah lain yang dibajak. Nggak main-main, “Pilgrimage to the West” juga dibajak:

TOM SAM CONG Ternyata Ulama Tong Sam Cong yang hidup di zaman Dinasti Tong (618-907 M) setelah Nabi Muhammad saw (570-633 M) adalah seorang muslim/Islam, bukan pengikut Budha/Nabi Gautama seperti anggapan sebagian orang.

Minimal ada 3 alasan yang menguatkan argumen bahwa beliau adalah seorang muslim yang taat lagi saleh, sehingga sela bersusah payah selama 17 tahun mengembara untuk menjemput kitab suci di Barat setelah mendengar berita dari para pedagang jalur sutera (jalur perdagangan sutera telah berlangsung sebelum Masehi).

Pertama : Wilayah Barat/She Thien itu Arab, sedangkan India /Thien Tok itu Selatan dan perjalanan 17 tahun mencari kitab suci itu dari Timur (Propinsi Zhe Jiang) ke Barat lewat Ta Li Muk Phen Ti/Se Chou Ce Lu/Jalur Sutera (Xin Jiang di wilayah Barat daratan Cina). Perjalanan ini dilakukan setelah pemuda alim tersebut mendapatkan kabar berita dari para pedagang lintas benua/para pedagang jalur sutera membawa berita bahwa di Barat sama telah atau baru turun kitab suci, maka berangkatlah beliau dari tanah kelahirannya, Propinsi Zhe Jiang (Cina bagian Timur) menuju Barat (tanah Arab). Lewat Gansu lalu ke Xin Jiang, disitu ada Fo Yen San/Flamming Mountain/gunung api bagian Barat Cina, yang kita ketahui bersama bahwa 99,99% penduduk Propinsi Xin Jiang (sekarang) beragama Islam.

Kedua : Jarak Ulama Tong (abad ke 7 M) dan Budha Sidharta Gautama (5 abad SM) +- 1200 tahun, jadi tidak bisa dikatakan baru lagi sebab sudah lebih dari seribu tahun.

Ketiga : Ajaran Budha Gautama sudah masuk ke daratan Cina sebelum Tat Mo Co Su/Bodhi Dharma/Zen yang juga dari India, bukti Tat Mo Co Su ada di kuil Shaolin gunung Shiong San Propinsi Henan. Berarti jalur Cina – India sudah ada sebelum perjalanan Tong, yaitu dari arah Selatan negeri Cina. Jadi untuk apa memutar begitu jauh lewat Utara baru ke Selatan sedangkan alat transportasi dahulu hanya unta, kuda atau keledai. Apakah Tong begitu bodoh? Saya tidak percaya itu.

Adapun hari ini kita membaca atau menonton kisah Kera Sakti pada perjalanan Tong Sam Cong itu hanyalah kisah fiktif yang disuguhkan oleh penulis yang bertujuan untuk menentang atau menyindir pemerintahan bangsa Mancuria pada saat itu yang sedang memerintah Cina.

Jadi pada cerita Kera Sakti ada monyet, babi dan kerbau itu sebenarnya tidak ada sama sekali/bohong besar dan ingat, di Jepang cerita ini menjadi Son Goku atau Dragon Ball. Sekarang malah cerita Kera Sakti di ceritakan di Amerika. Ingat, salah satu cara/bentuk penjajahan kebudayaan atau sejarah adalah lewat cerita/komik.

Seperti Sisingamangaraja XII dan Pattimura yang beragama Islam/muslim tapi selalu di gembar-gemborkan bukan muslim, demikian juga dengan perlawanan Wong Fei Hung yang muslim dkk melawan penindasan Mancuria pada bangsa Han di Cina, ini bisa terjadi juga karena kesalahan kita umat muslim yang tidak peduli dengan saudaranya yang lain. Ini disebabkan pendapat yang salah antara suku dan agama (Assobiah dan Tauhid).

Di akhir cerita Kera Sakti tidak diceritakan kitab apa yang diambil atau di peroleh, sebab kalau produser mau menceritakan sejarah yang sebenarnya, maka akan bubarlah keyakinan non Islam dari agamanya yang sekarang dan cerita/film tersebut tidak akan lalu terjual sehingga produser film tidak akan dapat memperoleh keuntungan alias rugi.

Sebab umumnya orang Han/orang keturunan Cina tidak akan tertarik menontonnya karena tidak sesuai dengan kepercayaannya dan umat Islam pun belum tentu akan tertarik menontonya karena masih ada masalah kesukuan/assobiah sebab datang dari daerah Timur/Cina bukan dari Barat/Arab serta masalah ilmu Tauhidologi.

Errr…

Apa-apaan ini, coba? 🙁

Mau yang lain lagi? Baiklah, ini ada sebiji lagi:

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.

Blaik! Kenapa? Apa cuma gara-gara Umar bin Khatab atau Shalahuddin Al Ayubi tidak punya “Tendangan Tanpa Bayaran” maka itu artinya kita harus membajak seorang tokoh berkaki cepat dan keras untuk menjadi pahlawan Muslim?

Lama-lama aku, kok, ya jadi muak sendiri, ya? Kalo macam begini terus rasa-rasanya makin lama ya makin jelek aja imej yang didapat sama umat Muslim. Apa yang ngarang-ngarang itu pada nggak kasian sama sodara seimannya yang lain, yang nggak ikut-ikutan bikin statement goblok tapi juga ikutan kecipratan imej bego gara-gara ulah mereka?

Maka kalo dilihat-lihat dari gelagat yang ada sejauh ini, aku nggak bakal heran kalo besok-besok bakal ada pernyataan yang bilang bahwa Siau Hi Ji itu juga tokoh nyata dan ternyata dia Muslim! Dia lahir di Denpasar, lulus SMA Negeri 1 Denpasar, habis itu cabut dari Pulau Bali merantau ke Jokja buat kuliah di Ilmu Komputer Gadjah Mada. Yeah, apapun, kan, memang bisa dikarang-karang. Buktinya, yang terakhir aku tahu, Kapten Jack Sparrow aja bisa dibuat jadi pemeluk agama Islam, kok:

Captain Jack Sparrow, siapa tak kenal dirinya? Tingkah bajak laut kocak, cuek, dan gegabah yang muncul dalam tetralogi “Pirates of the Carribean” ini menarik minat banyak orang. Namun sedikit yang tahu jika Jack Sparrow adalah seorang muslim bernama Yusuf Rais!

Di Wikipedia Indonesia bahasa Indonesia, tokoh Jack Sparrow ditulis sebagai bajak laut “fiksi”. Identitas Jack Sparrow terungkap dalam film terbaru “Pirates of the Carribean: Stranger Tides” yang tayang beberapa pekan terakhir. Mari lihat poster film ini.

Jack Sparrow

Poster memperlihatkan keping aksesoris yang menggantung memiliki simbol bulan-bintang yang tak lain adalah simbol Islam yang dipopulerkan Kesultanan Turki Ottoman. Ini tidak kebetulan. John Ward alias Birdy alias Jack Ward adalah bajak laut kenamaan asal Inggris, hidup pada tahun 1553-1622. Seorang pelaut Inggris mendeskripsikan ciri-ciri fisik Jack sebagai bertubuh pendek dengan rambut tipis agak putih dan botak di bagian depan; wajah agak hitam dan berjanggut. Ia irit bicara dan acap mengutuk. Sering mabuk dari pagi hingga malam. Kelakuannya tidak mengenakkan. Bodoh dan idiot dalam berniaga.

Ia menjadi bajak laut sekitar tahun 1603. Ketika itu, bersama 30 orang rekannya, Jack merampas kapal layar ukuran kecil berbobot 25 ton dari Pelabuhan Portsmouth. Rekan-rekan kemudian mendaulat Jack sebagai kapten kapal. Proses mendaulat kapten ini tercatat sebagai sejarah pertama pembajak memilih sendiri pemimpinnya.

Berbekal sebuah kapal layar kecil, Jack menangkap kapal layar bernama “Violet” saat bergerak ke Isle of Wight. Dengan armada lebih besar, ia terus melakukan aksi pembajakannya sampai menangkap lagi kapal berbendera Perancis berukuran besar.

Armada Jack melanjutkan perjalanan menuju Laut Tengah yang berada di antara Eropa dan Afrika. Di sana mereka merampas kapal perang yang kemudian dinamai “The Gift”. Dengan kapal perang ini, Jack dan anak buahnya menyerang pedagang yang melintasi Laut Tengah selama dua tahun berikutnya.

Tahun 1605, The Gift merapat di Sale, Maroko. Dua orang pelaut, masing-masing, asal Inggris dan Belanda bergabung dengan komplotan Jack. Setahun kemudian Jack membuat perjanjian dengan Sultan Tunisia, Usman Dei, untuk menjadikan kota Tunis sebagai markas. Dari sini kegiatan pembajakan Jack semakin mencorong.

Sebuah kapal tua berbobot 60 ton bernama “Reniera e Soderina” berhasil dirampas Jack. Kapal ini kemudian karam saat berlayar di sekitar Yunani, menewaskan 400 awak di mana 250 orang di antaranya adalah muslim dan 150 lainnya adalah orang Inggris. Kematian ratusan muslim ini membuat rakyat Tunisia murka kepada Jack. Upaya Jack mendapatkan pengampunan dari Raja James I asal Inggris kandas. Namun Sultan Tunisia menepati janji dengan memberikan perlindungan buat Jack.

Kemurahhatian Sultan membuat Jack terpanggil menjadi orang Tunisia (ketika itu Tunisia di bawah kekuasaan Turki Ottoman). Jack lantas berganti nama menjadi Yusuf Rais, menikahi perempuan Italia sembari terus mengirim uang kepada istri tuanya di Inggris. Kisah pindah kewarganegaraan ini menginspirasi Robert Daborne dan menulis naskah berjudul “A Christian Turn’d Turk” pada tahun 1622.

Beberapa tahun selanjutnya, Jack meneruskan kegiatan pembajakan hingga mencapai kemakmuran. Sebelum pensiun dan menghabiskan usianya dengan hidup bahagia di Tunis, namanya harum karena menyelamatkan ribuan muslim dan yahudi Spanyol dalam sebuah pelayaran.

Tahun 1622, saat berusia 70 tahun, ia meninggal akibat wabah. Beberapa waktu menjelang kematian, ia beralih menjadi muslim.

Atas alasan sejarah itulah, pembuat film “Pirates of the Carribean: Stranger Tides” menyisakan sedikit ikon muslim pada diri Jack Sparrow alias Yusuf Rais. Jack memakai aksesoris dengan simbol bulan-bintang, sorban merah (tren pakaian muslim masa lalu), dan janggut. Tingkah slenge’an Yusuf Rais juga ditiru habis-habisan oleh Johny Depp saat berperan sebagai Jack Sparrow.

Sedih 🙁 …dan sekaligus merasa kurang. Iya, kurang. Cerita model beginian masih kurang. Meskipun sudah ada versi Muslim-nya Einstein, Napoleon, terus juga Genghis Khan, tapi ayolah… Berhubung cerita Kapten Jack Sparrow sudah ada, ayo, Kapten Monkey D. Luffy juga dibuat sekalian jadi Muslim juga, donk…

Gembel! 👿



Notice: Undefined index: darkSite in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments-display.php on line 75

Notice: Undefined index: includeFbJsOldWay in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments-display.php on line 107

Facebook comments:


Notice: Undefined index: darkSite in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments-display.php on line 178

Notice: Undefined index: hideFbLikeButton in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments-display.php on line 179

Notice: Undefined index: faces in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments-display.php on line 184

Notice: Undefined index: v1plusv2 in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments-display.php on line 194

Notice: Undefined index: hideWpComments in /home/satchd01/public_html/diary/wp-content/plugins/facebook-comments-for-wordpress/facebook-comments-display.php on line 58

20 Comments

  • FajarNugroho |

    Kreatifitas yang salah arah…… kadang memang kita/ teman2 kita sebagai umat islam, kebablasan…

    Menurut saya, sebaiknya instrospeksi diri sendiri, mendekat pada Allah, gak perlu buat cerita2 yang dramatis….

    Bahkan tokoh islam pun banyak sekali yang ceritanya di-dramatisir… seperti wali songo, saya tidak yakin dengan kebanyakan ceita yang beredar di pasaran selama ini.

  • Yang Punya Diary |

    adhipras:::
    di rumah saya ada yang edisi itu 😆

    FajarNugroho:::
    tentu saja. saya juga tidak percaya kalo sunan kalijaga ketemuan sama puntadewa dan kemudian diwarisi baju antakusuma, caping basunanda, sama terompah padakacarna yang dulu dipakai sama gatutkaca. itu sama tidak percayanya saya sama waktu sunan kalijaga mengukur kiblatnya mesjid demak, satu tangan beliau memegang atapnya mesjid demak, tangan lainnya memegang ka’bah supaya arahnya mesjid demak pas menghadap ka’bah 😆

  • Hutakichi |

    bener-bener othak-athik-gathuk khas orang Jawa… nggilaniiii…. hahahahaha…
    kok ya yang nulis tu lhooo… hadeeeuuuuhhhh… kalo cuma tulisan fiksi ngga apapalah yaaa… 😀

  • yudi |

    jadi simoncelli tu muslim apa enggak ya? soale di berita2 di tipi cuman ada video2 balapnya :mrgreen:

  • aphip_uhuy |

    bah..ada nama saia di wong fei hung.. sudah jelas knapa dulu saia suka berkelahi.. ternyata nama saia kturuan wong fei hung.. 😛

    koq dibilang ngawur to kayak gini aja..
    ini namanya benar…
    benar benar ngawur … 😀 ha3..
    iki arane jalan menuju kengawuran jon..

    diriku membaca sambil ngekek..benar2 hiburan di kala sendu blog mu kang jon 😀 ha3..

  • sora9n |

    Jangankan yang tokoh legenda. Saya aja pernah dengar kok Kaka & Cristiano Ronaldo diaku muslim. 😆

    *miris tapi bikin ngakak*

  • Yang Punya Diary |

    Hutakichi:::
    apa boleh buat…mungkin efek karena bangsa kita terlalu lama dijajah sama sebuah usaha dagang. mental baturnya masih kerasa sampai sekarang

    chiell:::
    ah, di situ ndak cerita kalo kenshin himura itu beragama islam, chiell

    aphip_uhuy:::
    abang jadi gemes, dik… 😆

    sora9n:::
    pilih kasih. kenapa ronaldinho gaucho ga sekalian? apa gara2 struktur gigi-geliginya ga sebagus dua orang sebelumnya? 😈

    friend:::
    “mung” itu bisa jadi akibat sudah terlalu sering sehingga kerasa biasa, fren. tapi sungguh, saya prihatin kalo lagi jalan2 ke forum2 agama sebelah dan membaca komentar mereka tentang kelakuan umat muslim yang macam di atas itu

  • Pak Guru |

    Saya kok tergelitik bikin cerita aneh soal Monkey D. Luffy sebagai muslim. Takutnya apa, ditanggapi serius pula dan semakin pingin memendam kepala dalam bak pasir.

  • Judhianto |

    Waduh banyak info barunya nih…
    Saya jadi curiga, jangan-jangan Spongebob Squarepants itu juga muslim? hanya karena kospirasi Yahudi, maka identitasnya dibuat kabur…

    Ada yg mau nyelidiki?

  • Kapkap |

    Dah lama ga nyambangin blogmu, Joe, hohoho 😀

    Masya Allah, itu entri blog yang disebut di atas, yang ngomongin ‘Fitna’ itu bukannya udah dari taun 2008? Udah lama bener? Terus masih ada yang ribut sekarang? Ekemanaajabangdanenengsekalian?

    Baca artikel-artikel soal “[masukin nama tokoh beken di sini] ternyata pemeluk Islam” bikin tepok jidat berkali-kali. Kok kaya… Apa ya istilahnya? Kaya kena sindrom Pengen Berkuasa gitu… Kaya ga mau kalah. “NIH ISLAM JUGA BISA!” Islam emang bisa kok, lha kita punya filsuf-filsuf dan cendekia-cendekia beken macam Ibnu Sina dan yang lainnya. Ilmu Aljabar itu ya yang bikin orang Islam juga kok… Kok ya masih pengen dapet pengakuan yaaaa. Kaya teriak-teriak “NIH, ALAT KELAMIN GUE GEDE NIH! LIHAT NIH!” Perlu dibawain meteran? Oh ga perlu, milimeteran aja, mungkin? *maaf kalo make contoh yang kasar. Aku lha wis senep je*

    Omong-omong Kristenisasi, kaya gini udah sampe taraf bikin pengen ngakak, terjun ke jurang, terus ga balik-balik lagi dah. Waktu aku SMU dulu, kebetulan di SMU khusus Islam. Wah, gosip soal Kristenisasi iniiiiii… Bikin ngakak 😀 “Umat Kristen itu kalo ngasih makanan sebenernya makanannya dimasukin ramuan khusus buat ngehipnotis kita!” (dan dimulailah bekgron song “KAMUH, KAMUUUH, HIPNOTIS AKUUUUH”) atau “umat Kristen itu nyimpen senjata di gudang bawah tanah di gereja-gereja mereka!” Ahik ahik, situ lucu deh, kelewat parno. Jadi pengen saya tarik janggutnya.

    Setuju sama ucapan terakhirmu untuk merangkum semuanya, Joe. “Gembel”. Bikin malu juga.

    *lanjut baca entri-entri lainnya*

  • zex292 |

    Kawan-kawan yang baik…! Rasanya indah dan bijaksana ketika kita selesai membaca apapun yang kita lahap, jangan dulu (tidak) menyimpulkan bahwa itu benar atau salah adanya. apalagi dibarengi cacian dan makian pada penulisnya. Begitupula hal dengan temuan KH.Fahmi Basya, bahwa Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman. lebih baik teman-teman cari kebenrannya..apalagi teman-teman kebanyakan mahasiswa yang dianggap masyarakat sebagai kaum intelektual.

  • Haji Prabu Sutijab |

    Gara-gara kengawuran Islam, saya H. Prabu Sutijabtetap sudah mantab murtad

So, what do you think?