Seperti yang sudah pernah ta’sebutkan pada naskah pidatoku sebelumnya, sudah sejak lama Mas Ganteng ini jadi penggemarnya Jampes Bon (baca: James Bond, geblek!), mungkin sejak akhir dekade 80-an, Dab. Betul, waktu itu aku masih terlalu muda buat jadi penggemarnya Bond. Memang rasanya nggak pantes buat anak kecil seusiaku pada waktu itu menonton polah James Bond yang selalu dikelilingi wanita cantik dari mana-mana (bukan cuma dari India, karena kalau cuma dari India, itu berarti bukan wanita cantik, tapi boneka cantik…dari India, boleh dilirik, tak boleh dibawa). Betapa sungguh merusak moralnya apabila seorang anak kecil disuguhi adegan zina di depan matanya. Karena itu – kalian semua jangan khawatir – selain jadi penggemar James Bond, aku juga mencoba menyeimbangkan diri dengan jadi penggemarnya Kura-kura Ninja. Biar otak beta tiada cuma terisi dengan wanita, tapi juga pizza.
Maka tentu saja sebagai penonton Bond yang sungguh paradoks, setia tapi kurang setia (karena VCD-VCD Bond yang lama kukoleksi dan kukonsumsi versi bajakannya), aku apal sama pakem-pakem filmnya Bond: kejar-kejaran, peralatan canggih, gadis manis sepah dibuang (si Bond ini hobinya gonta-ganti cewek, soale), dan tentu saja Aston Martin.
Dan dalam rangka ulang tahun film James Bond yang ke-50, kemarin ini aku dolan ke XXI buat nonton “Skyfall”, film terbarunya Bond yang (masih saja) dibintangi sama Daniel Craig. Nontonnya bareng si Wib, Yosepin, Risga, juga tidak ketinggalan Yanto Ucup, perjaka kelam yang sejak semester 2 tidak pernah punya pacar lagi sampai sekarang.
Ngobrol-ngobrol soal Mas Daniel, walaupun ada beberapa pendapat di luar sana yang mengatakan bahwa Bond yang paling-nggak-banget-deh-ih adalah Timothy Dalton, buatku Bond yang paling ndlewer ya justru Mas Daniel ini. Ini kudu sampeyan maklumi. Bond yang pertama ta’kenal ya Oom Dalton ini. Wajar kalo akhirnya Oom Dalton meninggalkan kesan kuat di dalam sanubari beta, sewajar situ pasti selalu ingat siapa cewek bandel yang pertama kali mengajari situ tentang nikmat surga dunia, kan? π Nah, habis Oom Dalton yang bukan anggota Dalton Bersaudara inilah baru selanjutnya aku flesbek ke jamannya Maladi hingga ke jaman Ronny Patinasarani jamannya Sean Connery sampai ke jamannya Pierce Brosnan.
Mas Daniel, di film ini, menurutku masih sama saja dengan 2 film James Bond sebelumnya, “Casino Royale” dan “Quantum of Solace”. Di “Skyfall” ini Mas Daniel buatku masih terlalu sangar untuk memperkenalkan diri sebagai, “Bond. James Bond.” Ketika di “Casino Royale” aku mendapatkan Bond yang berdarah-darah, tidak se-cool Bond-Bond sebelumnya, di film ini aku juga masih tidak mendapatkan Bond yang kalem. Rahangnya Mas Daniel, buatku, lebih cocok untuk ditempatkan di film tentang perang betulan, bukan perang mata-mata dengan tokoh utama bernama James Bond.
Lalu matanya. Matanya Mas Daniel ini buatku juga nggak anget. Sekalipun di “Skyfall” ini juga ada adegan kebakaran, entah kenapa matanya Mas Daniel tetap saja nggak anget-anget. Lebih tepatnya lagi, matanya Mas Daniel ini terlalu dingin buat dipake adegan nggebet cewek. Kurang nakal, kurang genit, 1 kekhasan James Bond yang menurutku sudah sukses dihilangkan sama Mas Daniel.
Dan kenapa juga tulisan ini kukasih judul “Fall of James Bond”, ini karena aku berpendapat kalau pak sutradaranya film ini berusaha mengakhiri era lamanya James Bond, yang terus sehubungan dengan usia emasnya James Bond, film James Bond berikutnya bakal diganti menuju era baru yang lebih realistis(?).
Memang, memang kuakui kalau James Bond yang sebelum Daniel Craig itu kurang realis. Bond hampir nggak pernah berdarah-darah, Bond selalu dibekali dengan gadget-gadget ndak masuk akal, Bond selalu terkesan tenang, bahkan terlalu tenang untuk keadaan yang buat manusia biasa bakal menguras emosi habis-habisan. Tapi itulah Bond yang kukenal, yang berubah drastis sejak Mas Daniel dibekali lisensi untuk membunuh pula.
Mungkin… Ini baru mungkin lho ya… Sejak Desmond Llewelyn – pemeran Q yang legendaris itu – meninggalkan dunia fana, produsernya James Bond beranggapan kalau ini adalah saat adanya reformasi birokrasi di MI6, dan film ini adalah tumbalnya. Q diganti. Imej Q yang selama ini adalah bapak-bapak tua akhirnya diganti dengan seorang geek muda. Hasilnya? Tidak ada lagi gadget tempur dengan fungsi ndak umum macam di film-film yang sebelumnya.
Sewaktu adegan si Bond heran kenapa dia cuma dibekali pistol dengan sensor sidik jari dan radio pelacak posisi, Q – dalam “Skyfall” – bahkan berkata, “Rika kepingin apa? Pulpen sing bisa njeblug, mbok? Awake dewek wis suwe ora nggawe barang sing kaya kuwe.”
Oke, Q diganti. Tapi yang namanya reformasi birokrasi ya nggak cukup kalau cuma sampai di situ. Maka M juga harus jadi tumbal. M diganti. Cukup? Belum. Si rambut coklat Moneypenny juga pensiun. Dia juga diganti. Jadilah tidak ada adegan khas si Bond nggombalin Moneypenny di awal film.
Cuma, penggemar Bond lawas boleh ceria. Ada 1 adegan di mana alat transportasi legendarisnya James Bond akhirnya muncul. Yak, benar! Aston Martin, boy! Demi menjadi umpan musuhnya, Bond mengganti mobil dinas jatah dari MI6 dengan mampir ke garasi rahasianya dan mengeluarkan…Aston Martin seri lawas! Iya, Aston Martin. Tentu saja ini adalah Aston Martin yang itu, Aston Martin dengan senapan di bempernya dan jok pelontar di dalamnya.
Sejenak, buat orang sesentimentil aku, adegan ini bikin aku spontan bersuara lumayan keras di dalam bioskop: “Huyeee…Aston Martiiin!”
Tapi sayang, sayang sayang…sribu kali sayang… Aston Martin ngganteng ini akhirnya ikutan jadi korban reformasi birokrasi. Doi njeblug! Njeblug bersamaan dengan meledaknya rumah asal James Bond di Skotlandia yang diterjang helikopter lawan, dan hilanglah segala cerita tentang masa lalu James Bond.
Kampret!
Kampret?
Iya, kampret. Kenapa kampret? Karena dengan dibumi-hanguskannya jejak-jejak masa lalu James Bond di ultah emasnya ini, aku malah jadi khawatir, jangan-jangan kecurigaanku benar: Film James Bond berikutnya bakal berubah pakemnya. Bond bakal lebih realistis, dan itu celaka. Celaka karena aku adalah orang yang masih suka menjebakkan-diri dengan kenangan masa lalu. Orang sesentimentil aku bakal tidak bisa lagi bernostalgia dengan kisah-kisah lama, karena, buatku, Bond bukanlah sekedar tokoh fiksi. Buatku, Bond adalah salah-satu tokoh – selain Sherlock Holmes dan Siau Hi Ji – yang sukses mempengaruhi karakterku sejauh ini.
Akhirul kalam, walaupun aku bilang film ini kampret, bukan berarti aku nggak menyarankan film ini untuk tidak ditonton. Aku bisa saja bilang jelek, tapi toh nyatanya di luar sana, meski belum diputar di semua negara, konon, dalam 10 hari pertamanya, film ini sudah menghasilkan 280 juta dollar Amerika. Jadi, yah, tonton saja filmnya sekalipun sampai sekarang sampeyan masih belum punya pacar buat diajakin nge-date ke bioskop berdua
James Bond itu Pierce Brosnan! (kalo ada yang ngomong statementku ini gara2 mas Brosnan ngganteng banget dengan jenggotnya, maka tak turunkan dikit)James Bond itu Roger Moore. Mereka british banget, gentlemen flamboyan. Bukan preman koyo Daniel.
Maka mungkin memang gak rugi kalok aku belom nonton quantum of solace dan skyfall.. kapan-kapan aja donlod kalo udah bosen sama cowo-cowo jepang sama korea.
kalo sama aku kapan bosennya?![:mrgreen:](http://diary.satchdesign.com/wp-includes/images/smilies/mrgreen.png)
mungkin James Bond yg berikutnya pake celana jograng dan ga main cewek lagi, Mas ;))
mungkin James Bond yg berikutnya pake celana jograng dan ga main cewek lagi, Mas ;))
tapi memang Mas, kayaknya mau berubah pakem. alat2 canggihnya bahkan ganti jadi ranjau dinamit sama belati -,-
heh mbol bukanne malah mulai ending skyfall wingi onok moneypenny maneh.. wingi 2 seri ogak onoh loh….
Versiku karakter James Bond paling pas ya Pierce Brosnan, kompatibel dgn mobilnya BMW E38 750iL. Film James Bond paling OK versiku ya Tommorrow Never Dies, khayal tapi realistic enough. Daniel Craig cocoknya maen di Expendables…
*mbayangaken http://www.imdb.com/name/nm0000288/ dadi Bond,
igaris-:::
apa kerennya jal, jadi agen rahasia tapi ndak mainan cewek? saya aja yang bukan agen rahasia aja juga ndak mainan cewek, kok. kalo gitu mbok saya aja yang jadi jems bonnya π
@ardcohol:::
tapi manipeninya sekarang ditengarai berasal dari benua hitam, kro. tiada bule lagi. makanya ta’tulis si rambut coklat pensiun
aladdin:::
setidaknya memang matanya terlihat lebih anget ketimbang mas daniel
“setidaknya memang matanya terlihat lebih anget ketimbang mas daniel”
Hiii… . Dadi gilo meh cedhak2 karo kowe Joe.
bukan gitu, jay…
seperti kata2 lawas, pria sejati bisa mengenali pria sejati lainnya, begitu juga yang terjadi pada saya: womanizer bisa mengenali womanizer lainnya #kembaliboboksiang
lah kalo gitu aku donglot ajalah, wkwkwkw