Gay dan Hewan, Lesbian dan Pohon

Sedang pengen menanggapi deretan status Twitter-nya Mbak Anggun berikut ini:

mbak anggun 1

Aku paham, Mbak. Sebagai bukti pemahamanku, meniru presiden Endonesa kita tercinta, pertama-tama saya…prihatin!

Kelanjutannya…

Aku setuju.

Tapi yang ini:

mbak anggun 2

Ijinkan aku menanggapi.

Dulu aku juga pernah diskusi masalah ini sama Lulu. Waktu itu aku bilang, “Gay dan lesbian sekarang memang nampak normal dan banyak yang menganggap bukan kelainan seksual. Tapi jaman dulu?”

Dan kulanjutkan, “Having sex sama hewan atau sama pohon, bagaimana? Menurutmu kelainan seksual atau bukan? Sekarang mungkin iya, kelainan. Tapi besok-besok bisa saja ada beberapa kelompok masyarakat yang memelopori opini bahwa hal itu normal dan sah-sah saja.

“Yeah, normal atau tidaknya perilaku seseorang, semua tergantung dengan norma-norma yang dianut masyarakat di lingkungannya. Menurutku gitu,” kataku.

Terus, aku juga baru tau…

mbak anggun 3

…kalau ternyata kalau “orientasi seksual” itu adalah jenis ras juga, seperti halnya ras mongoloid ataupun kaukasian πŸ˜†

Terakhir, percayalah (dan tenanglah), dengan kecenderungan yang ada sekarang ini, suatu saat nanti dendrophilia dan beastility tidak akan dianggap sebagai kelainan seksual lagi. Insya Allah! 😈


Facebook comments:

13 Comments

  • lambrtz |

    Kamu…kamu…kamu…menjelek-jelekkan idolaku. Terimalah pembalasanku! πŸ‘Ώ Meteoooor pegaaasuuuuuuus!!!!1 *halah* πŸ˜†

  • Kimi |

    Halah, kok rasis sih? maksudnya apa itu? Mas Joe gak mention si Mbak Anggun untuk minta penjelasannya? πŸ˜€

  • Yang Punya Diary |

    sudah saya mention donk, kim. ta’kasih link ke sini juga, biar sekalian dia jelas sama maksudku. 140 karakter nggak cukup buat nulis sebanyak di atas itu, kan? huehe…

  • AnakNggaya |

    hihihihi…konkret banget ya! itu sama kaya waktu si salah satu azhari bilang soal rasis2 gini juga… hahahahaha. ah ya, diskusi nya end up dengan apa ya waktu itu? *maklum suda nenek-nenek*

  • AnakNggaya |

    aaaa~~~ ntar kalo transformer sama harpot main di bandung saya mau cau sekaligus makan sushi lagi!

  • Cahya |

    Ini topik yang pro kontra, yang pro biasanya membawa idealisme dari sumber-sumber kajian psikologi terkini (pandangan modern), yang kontra biasanya yang memegang nilai dan norma masyarakat sejak lama (pandangan klasik).

    Lha, kalau sudut pandangnya berbeda, bagaimana mau ketemu :D.

  • Yang Punya Diary |

    AnakNggaya:::
    saya juga mau ke bandung kalo gitu, biar dibayarin πŸ˜›

    Cahya:::
    itulah makanya saya yakin kalo sebentar lagi dendrophilia dan beastility tidak akan dianggap sebagai kelainan seksual lagi 😈

  • aphip_uhuy |

    wah,jadi agak ilpil skrg ma mbak anggun -_-‘ dimana-mana gak ada cerita adam+adam .. ato hawa+hawa .. adanya ya adam+hawa .. di umat hindu juga adanya Lingga+Yoni .. gak ada Lingga+Lingga.. sejak kapan juga Tuhan mengganggap sama org Gay/ Lesbi .. coba di Kitab yg mana? ato Tuhan yang mana? negeri shodom aja di hancurin.. smoga org2 tersebut lekas diberi kesadaran.. bahwa adam+hawa itu nikmat.. yakin.. bener gak mas joe :p xixiixi

  • Yang Punya Diary |

    sebenernya maksud saya lebih simpel lagi, phip. untuk sesuatu yang memang tidak bisa membawa2 nama tuhan, ya tidak usah dipaksakan bawa2 tuhan. jadinya ya cuma argumen koplak macam di atas itu

    entah si mbak anggun mbaca tulisan saya di atas itu atau ndak. padahal sudah ta’mention di twitter, lho 😈

  • wijaya |

    Wah, pasti si Joe belum tahu yang namanya agama Wicca ya. :D. Siapa tahu tuhannya si Anggun dah beda sama tuhan kita. Bisa jadi pernyataan itu memang benar.

    Mungkin, kalo mbak Anggun memang menganggap tuhannya dia itu omnipotent, omniscience, the one and only, dia nggak perlu kitab-kitaban segala. Kayak Michael Schumacher atau Robin van Persie itu lho. Tuhannya dia barangkali seperti tukang jam. Habis bikin jam, dibiarin ceklik-ceklik sendiri.

    Nah, ternyata mas Joe ini memang pinter banget membahas teori normal. Ada orang membahas tentang rasis, dibandingkan sama dendrophilia. Hmm, emang gitu sih.

    Kalo mbahas apa yang normal dan tidak normal, apa yang patut dan tidak patut, nggak ada batasan. Selalu saja batasan itu berubah, tergantung trend masyarakat itu sendiri. Karena itu saya nggak percaya sama moral universal. Itu pasti bego, kalo ada orang yang bilang tentang kebaikan universal dalam agama-agama. Kalau mau baik, ya sendiri-sendiri aja. Baiknya agama A begini, agama B begitu, agama C lain lagi.

    Apakah membunuh itu selalu jelek menurut moral universal?
    Apakah berbohong itu selalu jahat menurut moral universal?

    Orang-orang yang nggak ingin percaya agama pengen punya pegangan dengan yang namanya moral universal. Moral universal itu palsu. Mendhing atheis aja deh. Berbuat suka-suka, Hidup suka-suka. Mati juga seenaknya.

    Wah, dadi dawa. Pindah kamar, lanjut lagi aaah.

So, what do you think?