Jangan Menilai Sebuah Komputer dari Casing-nya

Kapan hari kemarin dulu, aku sempat pernah punya rencana bareng Chiell kepengen nerbitin majalah. Konon niatan itu dibangun gara-gara aku “kecewa” sama majalah terbitannya anak-anak Himakom yang mati suri.

Jadi ceritanya di Himakom itu ada sebuah divisi yang judulnya Himakomedia. Divisi itu berfungsi sebagai divisi persnya Himakom. Kerjaannya tentu saja adalah melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan dunia jurnalistik, dan nerbitin majalah adalah salah-satunya.

Cuma, eh, cuma namanya saja mahasiswa, ya pastinya selalu ada kendala dalam kegiatan keorganisasian, misalnya aja majalah yang dikasih nama IT-Magz itu ternyata nggak bisa terbit secara berkala. Kesulitan mendapatkan sponsor untuk menambal biaya produksi adalah alasannya. Jadilah IT-Magz terbit tidak tentu; bulan ini terbit, 3 bulan kemudian baru terbit lagi, atau 1 semester berikutnya malah bisa nggak terbit-terbit.

Harap maklumlah, sodara-sodara. Sekali lagi, namanya aja mahasiswa. Kerjaan kayak gini, kan, lebih mirip kerja sosial sampingan. Maka dari itu jangan terlalu berharap kalo anggota-anggotanya bisa berlaku profesional secara total. Kehidupan utama mahasiswa adalah menuntut ilmu, tho? Jadinya ya nggak bisa disalahkan juga kalo awak-awak IT-Magz lebih milih buat hadir di kelas untuk tatap-muka sama dosennya ketimbang mikirin nasib majalahnya dan kemudian rela berpanas-panas di jalan demi nyari sponsor. Toh mereka-mereka juga pada nggak digaji ini πŸ˜€

Maka karena alasan itulah aku sama Chiell sempat kepengen mengelola sebuah majalah beneran, yang manajemennya bukan manajemen ala majalah kampus. Aku kepengen bisa nerbitin majalah secara profesional, dan sekaligus sebagai balas jasa kepada almamater, bolehlah anak-anak singkong di divisi Himakomedia itu nunut kehidupan organisasinya di bawah majalah terbitanku. Mereka bisa melakukan kegiatan jurnalistiknya secara lebih terarah, dengan total ngurusin konten majalahnya tanpa pusing mikirin biaya produksinya, malah bahkan digaji. Aku sama Chiell kepengen majalah terbitan kami itu bisa berlaku sebagai partner-nya Himakom, khususnya divisi Himakomedia-nya. Tentu saja nanti di majalahnya sendiri nama Himakom bakal disebut sebagai partner kerjasama kami. Sama-sama untung, kan? Anak-anak Himakomedia bisa belajar jurnalistik di tempatku, dan aku sendiri juga nggak perlu repot-repot nyari sumber daya manusianya, karena sejauh ini regenerasi di Himakom selalu berjalan dengan lancar-lancar saja.

Tapi itu wacana kemarin dulu. Setelah ngobrol-ngobrol panjang kali lebar kali satuan persegi sama dengan luas bareng Chiell yang notabene adalah mantan pemrednya IT-Magz sendiri, aku malah jadi tahu kalo biaya produksi awal buat majalah itu nggak sedikit. Berhubung saat ini aku belum punya duit, jadilah rencana kepengen bikin majalah itu kupending dulu sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Tapi jangan khawatir, sodara-sodara. Niatan itu selalu ada. Aku masih berhasrat untuk kepengen bikin majalah komputer yang isinya bakal mengulas tentang gabungan antara teknologi informasi dan gaya hidup. Jadi ya bukan kayak majalah-majalah komputer yang banyak beredar sekarang ini, yang isinya kayaknya memang ditujukan buat orang-orang yang sudah bener-bener freak sama komputer. Aku kepengen bikin majalah komputer yang lebih ringan, yang bisa dikonsumsi sama siapa aja tanpa harus ngerti-ngerti banget tentang komputer.

Maka daripada itu, kemarin-kemarin ini aku jadi hobi beli-beli majalah yang topiknya kalo nggak komputer ya berarti gaya hidup. Buat survei, istilahnya. Dan berhubung kemungkinan majalahku besok cuma bakal rilis di Jokja aja ketika masa-masa awal penerbitannya, salah satu majalah yang kubeli untuk bahan survei adalah majalah Fresh Magazine, majalah gaya hidupnya anak-anak muda Jokja.

Sebelum-sebelumnya aku memang belum pernah mbaca Fresh Magazine itu. Aku tiba-tiba tertarik buat kepengen beli cuma gara-gara ngeliat sampul depannya yang kayaknya keren juga untuk sebuah majalah kelas lokal Jokja. Kertasnya juga pake art-paper, dan layout halaman di dalamnya bolehlah diadu sama majalah-majalah lain sebangsanya yang sudah punya reputasi nasional.

Sayangnya kekaguman itu nggak berlangsung lama. Setelah membolak-balik halaman-halamannya sambil melototin foto cewek-cewek cantik yang bertebaran di dalamnya (aku sempat agak nggak percaya, lho. Memangnya iya cewek-cewek di Jokja cakep-cakep dan seksi-seksi kayak yang di majalah itu? Kalo iya, kok, di kampusku nggak pernah ada yang model begituan? Bener-bener, dah, UGM ini… Muka cewek-ceweknya ketekuk-tekuk semuanya, terutama yang biasa kuliat di MIPA. Apa mungkin gara-gara kebanyakan makan kalkulus, ya? :mrgreen: ), mulailah aku membaca reportase-reportasenya, sehuruf demi sehuruf.

Astaghfirullah, sodara-sodara. Ternyata betul kata Pak Tareqat, ustadzku jaman aku kecil dulu, bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah. Reportase yang ada di Fresh Magazine ternyata amburadul. Saking amburadulnya, majalah edisi November yang kubeli kemarin itu malah memuat berita yang rata-rata adalah peristiwa yang terjadi bulan Agustus kemarin. Masya Allah banget, kan? Padahal dari Agustus ke November ada sela berapa bulan, hayo? Aku serasa macam anak teka yang lagi ngapalin nama-nama bulan, jadinya: Agustus, September, Oktober, November…

Buset, dah! Majalah model apa coba yang nggak tau malu nampilin berita 3 bulan sebelumnya? Soundrenaline, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Miss Universe yang datang ke Jokja, sampai tingkah selebritis dalam menyambut bulan ramadhan, semuanya kelewat basi, Mas, Mbak…

Jujur aku memang belum tau format terbitnya Fresh Magazine itu per berapa hari sekali. Tapi sekalipun formatnya memang terbit per 3 bulan, apa istimewanya menyajikan berita yang sudah terlanjur nggak diperhatikan lagi sama orang-orang? Atau jangan-jangan ini memang majalah yang diperuntukkan buat orang yang suka bernostalgia? :mrgreen:

Belum cukup dengan kebasian beritanya, aku lagi-lagi dibikin prihatin sama gaya bahasa reportase dari majalah yang dihargai 12.500 perak/edisi itu. Lhadalah… Tiba-tiba aja aku jadi teringat sama gaya bahasa yang biasa dipake sama aku plus teman-temanku dulu waktu masih jadi pengurus majalah sekolah pas jaman esempe sampe esema. Gaya bahasa yang dipake di Fresh Magazine bener-bener mengesankan kalo majalah itu ditulis sama anak esempe (atau mentok-mentoknya esemalah) yang baru belajar jurnalistik. Betul-betul njempalik kalo harus dibandingin sama casingnya yang terkesan lux.

(Eh, tapi bentar dulu… Memang Fresh Magazine-nya yang mengalami cacat sumber daya reporter atau penilaian negatifku itu cuma gara-gara aku lebih sering mbaca-mbaca tulisannya wartawan-wartawan Kompas, ya? Semoga aja semuanya lebih gara-gara yang terakhir, hohoho)

Selanjutnya, masalah nggak berhenti sampai di situ. Aku masih nemu banyak sekali kesalahan peletakan tanda baca dan ejaan yang ngawur-ngawur. Penulisan kata-kata serapannya yang dari bahasa asing juga memprihatinkan.

Jadilah aku terpaksa mengambil kesimpulan kejam. Fresh Magazine perlu menggaji editor-editornya dengan lebih baik lagi, atau jika memang gaji editor-editornya sebenernya sudah layak, mereka perlu mencari editor yang lebih bagus lagi. Nggak perlu yang hebat, kok. Tapi setidaknya ya yang lebih kompetenlah ketimbang editor mereka yang ada sekarang ini 😈


Facebook comments:

28 Comments

  • ulan |

    keliatan beda emang om.. yang atas majalah komputer beneran, yang bawah majalah kesing komputer heehhehehe

  • lambrtz |

    Halah…beli majalah gara-gara sampulnya doang πŸ˜›
    Beli Urecco sama Bejean aja Joe :mrgreen:
    (kala belum kenal, googling ga dilarang kok)

    BTW, udah pernah baca Kabare Jogja? Sepertinya (note: sepertinya) itu majalah gaya hidup lokal (Jogja) yang cukup bonafid…gambarnya. Artikelnya lupa πŸ˜› . Aku dulu baca di tempat Aska…

    BTW2, gambare digedhekke Joe! Paling ora isa diklik lah ben metu gambar gedhene, trus aku iso nonton dengan jelas…

  • hanna |

    apa mas??? cewek mipa kebanykan makan kalkulus??? rupmu mas!!! cowok2nya kebanyakan kalkulus juga !! weeeeek…. mas, gawekke majalah bwt himakom!!! ahahhahah…kmu jd mahasiswa lg aja

  • lupek |

    hehehe,, pancen kalo mbandingken majalah lokal sama kompas jelas bedaa jauh mas tata bahasa ne,,

  • dnial |

    Nerbitin majalah?
    Kan ada internet? Bikin online magazine aja bro…
    Aku juga mo nyoba ngusulin itu ke almamater tercintah ah…

  • Yang Punya Diary |

    lambrtz:::
    masya allah, djo… kamu memberikan akses ke majalah2 favoritku. dosa itu. haram hukumnya πŸ˜†

    kabare jogja memang top, djo. foto2nya terkesan eksklusif, bahasanya juga nggak semrawut. tapi berhubung di dunia ini nggak ada yg sempurna, kesemrawutan itu akhirnya diwakili oleh harganya (seenggaknya buat aku), kekeke

    hanna:::
    aku memang makan kalkulus, tapi ndak banyak2 kayak yang lainnya. cukup 2 kali dan…jreng! nilaiku B πŸ˜›

    lho, skrg kan aku juga masih tetep mahasiswa. bedanya aku udah bukan mahasiswa ilkom ugm lagi πŸ˜€

    lupek:::
    huehe, itu yang ta’keluhkan :mrgreen: cobalah untuk meningkatkan standar. ujung2nya kan kredibilitas juga ikut meningkat

    dnial:::
    kalo kata bangaip, selalu saja ada pasar untuk apa saja πŸ™‚

    itikkecil:::
    boleh..boleh..asal gajinya cukup buat biaya hidup+dugem tiap weekend πŸ˜› yaaah…namanya aja majalah lifestyle, kan aku jadi tertuntut untuk selalu gaul πŸ˜†

    YangJugaPernahMengurusITmagz:::
    heee…terus pertanggungjawabannya ke sponsor piye, ham?

  • tyan |

    Bang Joe, aQ juga dari Jogja.
    TinggaL dimana?
    Daftar dunk jadi modelnya(week)..gubrak…becanda…

  • jensen99 |

    Mungkin majalah Fresh itu semacam waralaba, soalnya saya sering liat majalah persis sama (judulnya juga) dengan konten lokal sini. πŸ˜›
    Tapi (model) cover yang di skrinsyutmu itu layak discan dan posting ulang lho! :mrgreen:

  • dim |

    di Papua, aku pernah nemuin artikel, didalamnya dia pernah menyebut seorang Kepala Polisi bernama Begin;vcard. Trus di kalimat berikutnya dia mengulang, “begitu menurut Vcard”
    Serasa ngga sadar kalo salah yak, padahal mgkin dia cm salah baca isi sms…

  • Yang Punya Diary |

    tyan:::
    saya sih ndak tentu. bisa di soropadan, surokarsan, bulaksumur, atau juga kadang2 malah di kaliurang atas, hohoho…

    eh, main aja ke webnya fresh magazine. mereka juga lagi nyari model, kok. info lengkapnya ya di webnya itu.

    salam kenal juga, mbak πŸ™‚

    jensen99:::
    hooo…mungkin juga, sih. saya malah baru tau kalo di tempat lain kontennya juga lain πŸ˜€

    dim:::
    hah??? pekok men nek kuwi πŸ˜†

  • ika |

    kalo gitu cassing majalahnya gambar BOBO ajahhh……. hehehehe……….. btw, mosok to anak UGM pada calculus face smuanya???????

  • Yang Punya Diary |

    wib:::
    dadi satpam wae, tho. jarene pepe raimu kan galak. lumayan nggo meden2i bocah cilik πŸ˜›

    yudi:::
    majalah yang mana? pleboi? aku ndak langganan pleboi, kul πŸ˜€

    Bangpozan:::
    nanti ya…kalo saya sudah sekaya rupert murdoch πŸ˜†

    Aday:::
    nek karo kowe, mending kita bisnis hiburan malam saja. yang murah-meriah tapi berkelas. yang boleh masuk cuma cowok jelek sama cewek cakep aja, biar semua pelanggan ceweknya lari ke kita semua kalo lagi khilaf gara2 kebanyakan vodka 😈

    luqman syauqi:::
    hah? masak iya? duh…jadi gimana gitu :mrgreen:

    Parus:::
    selamat! anda kurang beruntung. karena rencananya 10 edisi awal akan menampilkan saya sebagai cover boynya

    Ika:::
    iya lho, mbak. tapi itu yang di kampusnya saya aja. kalo main ke ekonomi sih ga tahan… apalagi kalo nantinya harus saingan sama cowok2 di situ. sini memang menang rupo tapi tetep aja kalah bondo πŸ˜€

  • Rukia |

    Siyal tertipu mentah-mentah πŸ‘Ώ
    kirain beneran ngebahas tentang komputer ternyata tentang majalah
    *misuh-misuh gak jelas*

  • Yang Punya Diary |

    lambrtz:::
    bukan, djo. itu konon lulusan terbaik muhi tahun kapan, gitu. eh, muhi atau muha, ya? aku lupa…
    emang mirip olga? olga syahputra? πŸ˜†

    chiell:::
    yayaya…kamu pimpro. dengan ini kesalahan penulisan jabatan saya anggap sudah diralat

    Rukia:::
    lho, padahal judulnya sudah ta’tulis gede2: ‘jangan menilai sebuah komputer dari casing-nya’. eeeehmmm…pasti makna kalimatnya ndak dihayati, ya? kekeke…

  • Yang Punya Diary |

    lambrtz:::
    ternyata betul, djo. itu potonya olga syahputra! :mrgreen:
    maapkan saya baru bisa buka gambarnya di kantor. lha di rumah gambar sama javascript ta’matiin semua biar irit bandwidth, je…

  • Farid |

    wah aq juga beli tuh majalah (iseng2)
    emang agak ancur (secara aq anak balairung dg jurnalisme sastrawinya)

    layoutnya sih bagus, dan lumayan murah untuk bentuk seperti itu,,tp tulisannya itu loh, ga mutu blas..nyesel aq beli,,

So, what do you think?