Jangan Sombong

“Jangan Sombong!”

Sering dapat gerundelan macam begitu? Aku sering. Penyebabnya, sih, bisa bermacam-macam. Bisa jadi karena akunya memang sombong, tapi bisa jadi pula karena hal macam berikut ini:

“Duh, tes buat masuk universitas negeri itu, kok, susah banget, sih?”
“Eh, kata siapa? Gampang, kok. Buktinya aku malah lulus tes 2 kali.”
“Jangan sombong kamu!”

Nah, itu. Kadang kala kita menerima gerundelan seperti itu hanya karena perkara sepele: kita memang punya kemampuan yang lebih ketimbang orang yang menggerundel itu tadi. Seandainya posisinya dibalik, kita berkata seperti judul tulisan kali ini hanya karena kita tidak bisa menerima kenyataan hidup, bahwa ada orang yang memiliki kemampuan di atas kebisaan kita.

Tapi itu wajar. Manusia itu memang aneh. Kemampuan seseorang yang berada di atas kemampuan kita sering kita anggap sebagai sebuah bentuk kesombongan. Artinya, orang yang rendah hati adalah orang yang sama tidak bisanya seperti kita, atau malah lebih baik lagi jika orang tersebut ternyata jauh lebih tidak memiliki kemampuan dibandingkan kita.

Kita suka melihat diri kita sebagai jagoan, kita senang melihat orang lain lebih lemah dari kita, karena apa? Yeah, tentu saja karena yang namanya gengsi itu memang membutakan mata hati. Kalau ada masalah yang tidak mampu kita selesaikan, maka sudah sewajarnya jika orang lain sama tidak-mampunya seperti kita. Di luar hal tersebut, itu adalah sebuah kesombongan, karena kita ini adalah manusia yang paling pintar dan benar di dunia.

Sekian dan terima kasih.

Tertanda,
Laki-laki yang Sering Dicap Sebagai Tukang Sesumbar.

P.S. Padahal aku itu sesumbarnya sudah dengan penuh perhitungan, lho. Aku cuma menyesumbarkan apa-apa yang memang pernah dan bisa kulakukan. Tapi, ya tetap saja…


Facebook comments:

9 Comments

So, what do you think?