“Umpan lambung langsung dari tengah nggak bisa dipake. Dribel bolanya sampe ujung dulu, Joe. Pancing beknya biar deketin kamu, habis itu baru balikin lagi ke depan gawang.”
Ketut Gde Suastika, penyerang tengah kelas II.5
Dulu waktu esema, sekolahku rutin ngadain turnamen sepakbola antar kelas tiap menjelang ulang tahun sekolah. Judul turnamennya Liga Karmany. Dan 2 kali kelasku melenggang ke final untuk 2 kali pula kalah dari lawan yang sama – II.1 yang kemudian bermetamorfosa menjadi 3 IPA 1 – dengan skor kekalahan yang sama pula, 2-3.
Quote yang di atas itu diucapkan sama temenku yang akrab dipanggil sebagai Black gara-gara kepekatan warna kulitnya.
Ceritanya waktu itu posisi kami lagi tertinggal 0-2. II.1 memang sulit ditembus. Di situ ada libero timnas Smansa, Agung Bowo Setiaji, dan dibantu juga sama Pande Dharmayasa yang sama-sama menghuni timnas. Belum puas dengan 2 manusia itu, II.1 masih memiliki Wahyu Prabawa plus Ary Kurniawan yang menggenapi kuartet lini belakang mereka yang ngetop sebagai pertahanan paling solid sepanjang turnamen.
Tapi tim kelasku juga nggak kalah gaya. Di lini depan, Black adalah striker timnas. Di tengah ada Wira Sutha Kusuma sebagai jangkar yang juga penghuni timnas. Tandemnya adalah Nyoman Trisna Suryantara alias Koming yang bahkan menolak untuk bergabung dengan timnas Smansa, untuk kemudian mereka berdua dijepit sama aku dan Putu Belly Sutrisna di kanan-kiri. Belum cukup, pencetak gol terbanyak selama turnamen adalah Ngurah “Bikul” Prayudi yang notabene justru menjabat sebagai penyerang cadangan di tim kami. Maka tiada heranlah kalo tim kami disebut sebagai tim paling agresif di Liga Karmany. Seluruh penghuni lini tengah kami juga rajin mencetak gol.
Dan dalam drama 1 babak kami sudah tertinggal 0-2. Panik? Rasanya nggak. Kami masih sempat bercanda pas turun minum sambil membahas strategi babak kedua. Saat itulah quote legendaris (yang tentunya dalam bahasa Bali) dari Black yang masih kupegang sampai sekarang terucapkan.
Jangan bandingkan kemampuanku yang dulu sama sekarang. Sekarang aku sudah kayak orang goblok kalo lagi main bola. Nafas beta tiada kuat lagi. Tapi dulu, dalam keadaan tertinggal kayak di atas itu, cuma dribel dan kecepatan lariku yang akhirnya jadi tumpuan. Bukan apa-apa, sih. Ini cuma gara-gara akulah satu-satunya pemain spesialis sayap yang dimiliki timku. Belly, walaupun posisinya di sayap kiri, tapi mentalnya lebih condong ke arah bertahan.
Sayang beribu sayang, meski sempat mengejar sampai kedudukan menjadi 2-1, 3-1, dan 3-2, umpan tarik terakhirku yang disambar Bikul dengan kepalanya cuma menghajar tiang gawang. Bola keluar lapangan dan peluit akhir berbunyi. Pertandingan selesai tanpa bisa kami paksakan untuk berlanjut ke adu penalti.
“Beh, adi kalah ci, Joe? Tapi tumben aku ngeliat kamu bisa main bener-bener bagus,” kata Putu Suardana, anak II.7 yang waktu itu didapuk sebagai hakim garis, sambil setengah mengejek.
“Biasa… Kemampuannya baru keluar kalo sudah bener-bener tertekan,” kata Adnyana Sudoyok Sudewa, kiper timku yang juga portiere nomor 1 di timnas Smansa.
Tahun depannya kami ternyata nggak berhasil juga membalas-dendam. Aku bahkan ditarik keluar sebelum pertandingan berakhir setelah darah keluar dari lutut sampai betis kananku gara-gara sliding tackle dari Ary Kurniawan.
Nah, maka dari itu, sehubungan dengan kegagalan timku menang dari timnya II.1, sekarang kita balik lagi aja ke judul postinganku tentang mecucu dan melotot.
Jadi begini… Akhir-akhir ini, kayak yang pernah kubilang sebelumnya, aku lagi rajin banget diskusi atau juga beradu komentar di blog-blog yang bertopik agama gara-gara invasi Israel ke Gaza. Dan gara-gara rajin adu komentar itulah akhirnya aku jadi mendiagnosa sesuatu.
Aku jadi inget acara-acara debat di tivi-tivi yang tahun lalu sering banget kutonton (sekarang aku hobinya nonton “Termehek-mehek” walopun, konon, acara itu cuma kibul-kibulan ala produser acaranya). Biasanya acara debat itu jadi rame kalo sudah melibatkan tokoh yang dianggap mewakili agama Islam.
Biasanya lagi, keadaan jadi rame kalo si tokoh agama itu udah mulai ngomong. Seru, lho. Urat lehernya sampai keliatan, nadanya menyalahkan lawan bicaranya sambil matanya melotot, meski kadang (kalo nggak mau dibilang sering) apa yang diucapkan sama si tokoh agama itu nggak nyambung sama pertanyaan yang dilontarkan lawan bicaranya yang keliatan lebih tenang dan kalem. Mata beliau melotot sambil mulutnya mecucu-mecucu. Ngeliatnya, sumpah mati, jadi lucu. Pengen ngakak terang-terangan tapi nggak tega. Lha, mereka-mereka itu, kan, katanya lagi mewakili agamaku.
Kalo tensi mulai meninggi, suasana debat jadi lebih gayeng lagi. Fallacy berlompatan dari bibir mereka. Yang paling sering adalah tipikal ad hominem, seperti yang sering aku alami kalo aku lagi urun komentar di blognya orang-orang yang ngaku sebagai aktivis dakwah ataupun kader ormas Islam tertentu.
Tapi jangan khawatir, duhai sodara-sodara seimanku. Habis ngakak dalam hati pas nonton itu acara di tivi, setelahnya aku jadi prihatin. Duh, kok, kayak gini, sih, modelnya orang-orang yang dicap sebagai pemuka agamaku? Caranya berdiskusi (atau sebutlah sebagai debat, kalo ada yang menyebutnya demikian), kok, ya nggak bonafid banget?
Pas diskusi via world wide web aku juga sering dibegitukan. Tapi akunya, sih, sudah biasa. Disebut sebagai antek barat, yahudi, dianjingkan, mau digorok lehernya, atau juga disebut pengikut paham Jaringan Iblis Liberal, semuanya sudah biasa aku terima. Yang paling baru dan paling lucu justru baru kutahu hari ini sebelum berangkat Jum’atan tadi: aku dikatain sebagai kudanil
Dasar jindal! Hohoho. Tapi ya mau bagaimana lagi? Yang bisa kulakukan cuma memaafkan orang itu atas ketidak-tahuannya. Orang itu, kan, rasa-rasanya nggak kenal Septo, temenku, juga. Seandainya aja dia tau Septo, niscaya dia akan bisa mengalamatkan sebutan kudanilnya dengan lebih terarah; siapa di antara aku dan Septo yang lebih cucok, bo, untuk disebut sebagai kudanil 😆
Cuma…
Cuma…
Cuma ini bukan perkara aku sudah biasa dikata-katain atau bukan. Ini perkara – yang menurutku – krusial untuk citra umat Islam. Kalo gaya berdiskusi mereka kayak begitu terus, penuh kesalahan logika, maka apa kata dunia, selain kalo orang-orang Islam itu ternyata banyak yang bego?
Itu yang pertama. Yang kedua, kalo cara mereka dalam nggambleh itu kayak gitu, siapa juga yang bakal tertarik sama dakwah mereka? Yang ada orang-orang ya malah bakal menjauhi mereka dan bibir dowernya yang nyinyir. Kalo bibirnya cuma sekedar dower tapi ngetop macam Mick Jagger atau Steve Tyler, sih, ndak masalah. Lha ini, sudah dower, ealah…kok, ya dijauhi orang. Kasian sekali, kan?
Dari dulu, kok, mereka nggak sadar-sadar kalo metode yang mereka terapkan itu nggak efektif, tho? Dan kalo aku nyoba ngomong plus ngasih pandangan supaya nyoba metode yang lain, akunya malah dikatain nggak istiqomah dalam berdakwah. Istiqomah model mana, coba? Apa iya yang namanya istiqomah itu harus identik dengan bicara keras-keras, ngotot, tuding sana tuding sini sambil nyalah-nyalahin orang, plus menebar fallacy? Goblok, ah, elu-elu pade! 😈
Heran aku… Padahal mereka sendiri sudah bisa liat kalo metode mereka mentok, tapi, kok, ya sama sekali nggak ada kesadaran untuk mengubah metodenya, nggak coba nyontoh Sunan Kalijaga yang dakwahnya fleksibel? Sudah tau kalo umpan lambung itu nggak efektif, lha ya kenapa nggak nyoba membongkar pertahanan lawan dengan umpan-umpan pendek atau sesekali aksi individu? Nggak sadar po kalo mereka memaksakan diri bermain dengan umpan lambung (dengan alasan istiqomah dalam karakter tim), energi mereka bakal habis tapi pertahanan lawan nggak kebongkar-bongkar?
Ah, mereka pasti nggak kenal juga sama Black…
Jadi bagaimana ya enaknya? Apa orang-orang model kayak gitu itu enaknya dilenyapkan dari muka bumi aja daripada hidup lama-lama tapi memperburuk citra agamaku? Atau bagaimana kalo mulai sekarang pelajaran tentang fallacy dimasukkan dalam kurikulum sekolah menengah? Setidaknya, ta’pikir, itu bakal lumayan juga kalo diusahakan supaya kebahlulan bangsa berkurang.
Bagaimana?
Bagaimana?
Bagaimana?
Emang si Black ngomong apa?
lha, itu…quote yang di paling atas 🙂
mecucu apaan siy??
intinya kan kamu tu KERE jon..
tidak mengubah fakta klo kamu tetap KERE.. hahahahahaha…
It’s a nice blog. Salam kenal. Wassalam.
Hehehe, saya perhatikan juga begitu. Orang-orang yang mestinya mahir berdakwah, nada diskusinya sering ndak bemutu. Masih mending kalau cuma fallacy, kalau isinya cuma flame + ad hominem, ya walhasil ajarannya bakal dijauhi. Lha produk hasil binaannya ternyata bebal semua, berarti ‘kan ajaran yang dia bawa juga terkesan nda berkwalitet.
Makanya Masbro aja ya dakwah. 😛
*yang
mbuh lah.. neng ke wae.. bek ne urip ben melu ngentek entek ke oksigen.
Kelakuan manusia memang aneh aneh termasuk membawa Tuhan dalam keanehan itu.
Kulonuwun Kang.. Ini artikel yang ngomongin orang lain apa idenya orang lain? Hehe.. kalau fallacy itu komentar-komentar di tulisannya atau tulisannya Mas Titok? Kalau komentar-komentar di tulisannya Mas Titok yang njenengan komentari itu mah sama aja njenengan cuman menambahkan “fallacy-fallacy” yang lain.. Tapi kalau bisa mendiskusikan apa yang ditulis Mas Titok itu baru siipp..
Mengenai diskusi, usaha ke arah itu sudah dilakukan, tapi ketemu jalan buntu, terkait tempat, izin,dll, bla.. bla.. bla.. jadi mending kita buat diskusi kecil-kecilan saja tapi berlanjut dan satu waktu diskusi satu tema.. gimana Kang?
Kulonuwun Kang.. Ini artikel yang ngomongin orang lain apa idenya orang lain? Hehe.. kalau fallacy itu komentar-komentar di tulisannya atau tulisannya Mas Titok? Kalau komentar-komentar di tulisannya Mas Titok yang njenengan komentari itu mah sama aja njenengan cuman menambahkan “fallacy-fallacy” yang lain.. Tapi kalau bisa mendiskusikan apa yang ditulis Mas Titok itu baru siipp..
Mengenai diskusi, usaha ke arah itu sudah dilakukan, tapi ketemu jalan buntu, terkait tempat, izin,dll, bla.. bla.. bla.. jadi mending kita buat diskusi kecil-kecilan saja tapi berlanjut dan satu waktu diskusi satu tema.. gimana Kang?
Yang kerbau ama kuda nil itu ya bro?
Saya heran juga tuh, bisa make internet, cuman kelakuan kok ajaib gitu.
ipi:::
itu lho…mulut dimonyong2in khas kalo orang lagi ngambek
yang punya bramantyo.com:::
tapi tidak sekere antum, hahahaha
mbak maya:::
salam kenal juga 🙂
Kgeddoe:::
saya? saya ndak hapal alqur’an dan hadist. di situ masalahnya
mybrainsgrowe;;:::
nyahahaha…jangan pesimis gitu, git 😛
imcw:::
ah, iya. saya juga jadi mikir begitu
hanif:::
ngomongin orang lain, kok. orang banyak malah. jadi nggak mengkhusus ke 1 oknum aja. kalopun ada, itu cuma studi kasus aja 😀
eh, saya menambahkan fallacy? maksudnya gimana ya? saya kok jadi agak nggak bisa ngopi.
lho, yang saya lakukan di situ itu apa bukan diskusi? cuma ya belum beranjak ke zona yang serius aja saya sudah males. terlalu banyak flame, soalnya. nggak sehat kalo saya sendiri nantinya sampe kebawa2 😉
perihal diskusi antara kita, dulu waktu saya tawarkan (sampe 3 kali, kalo nggak salah) untuk mengkomunikasikan sama himakom tentang pelaksanaannya, apa sudah sampeyan lakukan? waktu itu saya masih jadi “petinggi” di situ. jadi rasanya kalo memang niat ya saya bisa mengusahakan. cuma, wew, sampeyan ndak pernah nongol. ya bagaimana saya bisa tau kalo ada jalan buntu – yang sebenernya cuma dilihat sekilas aja tapi belum dicoba untuk masuk apakah jalan itu bener2 buntu atau tidak. sampeyan memang nggak datang nyari saya ke himakom, kan, waktu itu?
danalingga:::
soalnya mereka jarang baca2 wiki, mungkin. khususnya yang membahas tentang pengertian fallacy, huehehe…
pernah nggak sekali waktu ngikutin kehidupan mereka seharian penuh joe?
saya pikir men-cucu dan me-nenek
halah! 😀
lho… joe…
kok koe melu mecucu… :p
dodo:::
jujur, terlintas di pikiran pun tiada pernah. sekali-sekalinya kesambet malaikat dan kepengen nyantrik sama jagoan agama, saya pengennya nyantrik ke modelnya quraish shihab atau gus mus yang stylenya kalem 😀
firman:::
oh, bukan…ini bukan tentang itu. postingan ini tentang kecemerlangan saya sebagai sayap kanan eksplosif milik ss bipentium
Athrun:::
hah? hah? apa ya? apa ya?
oooo,,iki koyone bakal rame
asal tidak ditutup komennya aja kayak si hanna
hahahahaha
Hmm, betul juga. Kenapa mereka tidak berpikir untuk mengubah cara berdakwahnya yah? 😕
Tulisan Joe ini punya kelemahan, di tulisannya disinggung tentang “kudanil” dan joe mengaitkannya dengan pengemban dakwah, masalahnya apakah orang yang ngatain Joe itu memang benar pengamban dakwah? wong orangnya aja ndak jelas gitu (abu_zenab).. ndak ada link ke blog atau apapun, dan saya lht komen2nya ndak ahsan (baik).. saya hanya kasih saran ke Joe, kalau nunjuk orang itu nyang jelas Joe.. jangan sampai orang yang loe tunjuk itu ternyata bukan bagian dari orang2 yang loe tuduh di tulisan loe ini.. hati-hati joe.. jangan-jangan yg loe tunjuk itu ternyata orang yang sengaja buat citra para aktivis dakwah pada contreng poreng.. jangan-jangan loe sendiri yg komen kayak gitu.. hehe.. lha wong ndak ada data diri yg jelas tentang si dia (abu_zenab)..
eh iya, ini gw tambahin.. ada komentar dari KH Aminudin Ibrahim, pimpinan Ponpes Modern Darul Iman Pandeglang saat memberikan tanggapan pada acara Workshop Syariah & Khilafah di Aula RM S Rizki, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Ahad (8/2).
“Para aktivis (HTI) juga berani berdialog dengan kalangan apapun sekalipun pihak yang diajak dialog memandang miring HTI. Sebuah sikap yang elegan. Saya yakin ini karena keteguhan keyakinan dan sikap yang dimiliki aktivis. ”
Ada juga komen dari KH Saefullah Taftazani, Pimpinan Ponpes As Syafiiyah Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, mengungkapkan bahwa dirinya pernah mendengar bahwa Hizbut Tahrir adalah aliran baru yang perlu diwaspadai. Namun, setelah menghadiri undangan workshop soal syariah dan khilafah ini, ia memandang bahwa apa yang disampaikan Hizbut Tahrir adalah layak diperjuangkan dan disuarakan kepada masyarakat. “Saya siap melakukannya. Ide syariah dan khilafah yang dibawa Hizbut Tahrir harus didukung,” ucap KH Syaefullah yang menghadiri acara bersama puteranya KH Deden Syaifullah.
Lihat selengkapnya di http://hizbut-tahrir.or.id/2009/02/08/ulama-pandeglang-lebak-siap-serukan-khilafah/
So, jangan takut joe klo mau diskusi sama mereka atau menghadiri kajian-kajian mereka.. jujur Joe, gw bukan salah satu dari mereka, dulu gw kayak le JOe, sengitnya minta ampun sama yg namanya HT, tapi sekarang ya gw bisa nerima sedikit-sedikit, dari diskusi sama mereka juga JOe..
So, selamat bergabung Joe.. Selamat bergabung dengan orang2 yg “sadar”..
Aday:::
siap, jenderal! saya tidak akan kabur meninggalkan gelanggang 😀
Disc-Co:::
iya, kan? heran, kan? sama!
ahmad:::
pertama, kudanil itu cuma sebuah contoh kasus aja. sebelum bagian kudanil itu, kan, saya juga nulis tentang debat ala tivi, tho? atau, lebih jauh lagi, kalo misalnya aja sampeyan mengikuti kisah2 saya sejak ngeblog jaman dulu, sampeyan akan tau kalo postingan saya di atas ndak merujuk ke 1 orang atau 1 ormas aja, melainkan semua yang menurut saya hobi tebar fallacy. tapi ya kebetulan memang cuma 1 kasus aja yang ada linknya. yang tentang ulama2 di tivi itu nggak, soalnya bikin hyperlink ke tabung televisi itu susah. saya nggak tau syntaxnya, hohoho…
pendeknya, postingan saya bukan cuma perkara Hizbut Tahrir (HT) thok.
kedua, saya baru tau kalo mengemban dakwah itu cuma tugas buat orang2 tertentu. setau saya, berdakwah adalah kewajiban tiap muslim. tapi kalo memang berdakwah itu cuma ditugaskan kepada orang2 tertentu, ya berarti saya salah; sapa tau aja yang saya kasih link-nya itu memang bukan orang yang diserahi tugas untuk berdakwah
biar lebih gayeng lagi, sekalian aja setiap ada orang di world wide web yang nggak jelas identitasnya dan hobi maki2 orang lain, anggap saja sayalah orang itu. enak, kan? toh nggak ada buktinya kalo orang itu bukan saya. iya tho? 😆
saya mungkin bakal “bergabung” dengan HT, asalkan beberapa kondisi – yang tidak pernah saya temukan dari HT – di bawah ini terpenuhi:
1. kegiatannya HT nggak cuma workshop, seminar, dan demo (yang notabene mayoritas cuma dihadiri sama simpatisannya aja) thok. harus ada tindakan nyata untuk ummat yang riil, yang bisa dirasakan langsung oleh ummat.
2. HT nggak menghambur2kan duit dengan mubazir lagi, semacam ngadain pertemuan akbar di senayan kemarin itu yang kalo keseluruhan biayanya dikalkulasikan maka – menurut saya – bakal lebih bermanfaat kalo dipakai buat meningkatkan kesejahteraan kaum dhuafa
3. HT punya solusi yang riil tentang bagaimana mengatasi kemajemukan budaya dan agama di Endonesa; bukan hanya memandang pendirian sebuah khilafah islamiyah dari kacamata islam sendiri. langkah demi langkah yang diambil HT haruslah konkrit. bukan hanya berpijakan pada konsep ideal tapi juga harus mempertimbangkan fakta yang ada di masyarakat.
saat ini konsepsi versi HT menurut saya terlalu melangit dengan acuan sudut pandang umat muslim versi HT saja; terkesan meminggirkan fakta kemajemukan bangsa.
4. HT harus punya kerjaan rutin lain yang lebih bagus ketimbang nyetak buletin sama nyebarin poster. Tunjukkan kalo HT benar2 berpihak pada umat islam lewat langkah dan tindakan nyata yang bukan hanya sekedar propaganda.
sementara cukup segitu aja. nanti kalo ada yang kurang bisa ta’tambahin lagi, kok. tenang aja 😀
tentang dakwah HT Talk Only silahkan lihat di blognya Titok : http://titok.wordpress.com/2007/06/11/dakwah-ht-talk-only/
menarik!
saya sudah baca link yang sampeyan ajukan, dan saya mendapatkan sebuah paragraf yang menegaskan HT memang talk only:
yang jadi masalah adalah, bahkan dalam pengopinian pun HT, menurut saya, tidaklah optimal. saya beberapa kali membaca buletinnya dan melihat2 beberapa propagandanya yang lain, yang lebih sering dalam bentuk poster.
dan yang saya rasa adalah bahkan dalam proses pengopinian, saya sendiri pun beberapa kali merasa nggak sreg ketika membacanya – entah kenapa, saya juga tiada tahu. mungkin karena bahasanya yang terlalu melangit
yang bisa saya sarankan untuk HT kalo memang cuma dan hanya cuma pengen beraksi sebatas pengopinian, bacalah buku yang judulnya “hypnotic writing” karangannya joe vitale 😀
btw, “talk only” menurut saya sudah nggak menarik lagi. karenanya membandingkan ideologisasi antara HT dan Karl Marx (yang diketengahkan di link yang sampeyan ajukan), menurut saya, kurang pas. zaman sudah berubah, strategi periklanan berkembang sangat pesat.
karenanya, membandingkan proses ideologisasi ataupun pengopinian antara yang dilakukan Marx pada zamannya dan yang dilakukan HT pada masa sekarang sepertinya sudah tidak relevan lagi. cakupan ideologinya pun berbeda. Marx berangkat dari dasar kemanusiaan dalam versinya tanpa pembedaan agama, sedangkan HT hanya mengetengahkan wacana dari sudut pandang islam saja. islamnya sendiri pun adalah kaidah islam versi HT sendiri ^_^
yeah, kecuali kalo memang HT bisanya cuma melakukan yang itu-itu saja dan tidak berniat mengubah metode dakwahnya, itu beda perkara lagi. kalo niatnya memang kayak gitu, prediksi saya, bersiaplah untuk mentok di situ-situ aja 😉
ngomong-ngomong, kok, bahasannya jadi HT-sentris, ya? padahal postingan saya di atas itu saya niatkan buat semua pelakon dakwah agama (islam) yang hobi tebar fallacy, hohoho…
berpendapat tu memang susah disini joe hehe.. sabar..
btw sundulanku ga meleset kalo umpannya lebih terarah sedikit 😆
uughhhh pekok tenan !!! malah ngejek mas septo kudanil !!! 😀 sempat2nya… ck ck ck
Kelihatannya dari tahun ke tahun gak habis2nya kamu dimaki-maki lawan diskusi ya, joe?
setelah kudanil apalagi nanti…
“Kalo gaya berdiskusi mereka kayak begitu terus, penuh kesalahan logika, maka apa kata dunia,”
dalam urusan agama kita tidak boleh mengutamakan logika yang kita harus mengutamakan al-qur’an dan as-sunnah. ajaran islam itu ada yang sebagian bisa dicerna dengan logika. tapi sebagian lagi juga gak bisa diterima oleh logika. u understand???
“Dari dulu, kok, mereka nggak sadar-sadar kalo metode yang mereka terapkan itu nggak efektif, tho? Dan kalo aku nyoba ngomong plus ngasih pandangan supaya nyoba metode yang lain, akunya malah dikatain nggak istiqomah dalam berdakwah. Istiqomah model mana, coba?”
kalo menurut anda metode yang bagaimana?????
kalo aku sih, metode yang sesuai dengan metode nabi gak usah membuat-buat metode yang baru… karena gak bakalan diterima sebagi ibadah.
coz syarat ibadah itu ada 2: 1 ikhlas karena Allah
2. ittiba’ Rosul (sesuai dengan tuntunan Rosul.
kalo anda di katakan sebagai jaringan islam liberal ato jaringan iblis laknatuillah, silahkan anda pelajari buku2 karya tokoh2 dari JIL pemikiran mereka sama gak ama pemikiran kamu???
1 lagi nasehat buat anda(pemilik blog ini): rosul SAW bersabda:+ -“Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka gembiralah orang-orang yang asing” (hr. muslim)
yudi:::
umpanku selalu tepat sasaran, kul. aku ini “pernambucano dari timur” 😛
han2cute:::
saya tidak mengejek. itulah kenyataan hidup 😆
jensen99:::
ah, tunggu saja 😀
militan:::
yes, i stand under u!
maaf, sepertinya anda nggak nyambung dengan maksud saya. sebelum lebih jauh lagi, apakah anda tahu dengan apa yang disebut sebagai fallacy?
menurut saya? sangat jelas kok saya sebutkan di atas: metode yang nggak pake fallacy. nggak kebacakah? 😉
dan, euh…menurut saya sendiri, metode tanpa fallacy sendiri bukanlah sebuah metode baru. nabi sendiri apa pernah ber-fallacy ketika berdakwah? apa nabi kalo berdakwah juga sambil mecucu dan melotot lalu memaki lawan bicaranya?
saya nggak bicara tentang metode baru, lho. saya bicara tentang metode yang lain, yang sebenarnya adalah metode lawas juga; metode yang tanpa fallacy dan arogansi. justru yang ber-fallacy lalu kemudian mecucu dan melotot itulah yang menurut saya sedang menerapkan metode baru, alih-alih metode nabi 😛
saya nggak bisa menilai ini. orang lainlah yang merasakan. beberapa kali saya memang setuju dengan mereka yang-disebut-sebagai-JIL, tapi nggak jarang juga pendapat saya bertentangan dengan mereka itu. toh pada setiap perkara – seburuk apapun – selalu ada hikmah di dalamnya 😉
hahaha.,aq baru baca blog ini.,
tulisan yg bagus jo.,jd inget lg perseteruan antara kls qt dl.,mana dl smpt mw tawuran lg.,hahaha.,what a moment…
tawuran? wah, saya nggak merhatiin, wo. waktu yus sama doyok mau pukul2an, saya malah lari ngambil kamera. niatnya mau mengabadikan. eeee…tapi pas kameranya sudah siap, ributnya malah sudah selesai. memang agak repot jaman dulu itu. belum ada slr digital, adanya masih yang analog 😆
@Haniifa say :
😀 Hua.ha.ha… sampean memang Antum Kelentum kayak entung… 😆
________________________________________
#joesatch yang legendaris said
January 4, 2010 at 11:37 am
ahahaha…
lagi2 ad hominem. bolak-balik cuma bisa hal yang sama. pantas…orang islam ternyata memang masih banyak yang tolol 😆
________________________________________
#???????? said
January 4, 2010 at 11:53 am
@Joesatch
Alhamdulillah ternyata orang Islam itu masih banyak yang tolol, dan NON ISLAM SEMUA SUPER TOLOL 😀 😆
________________________________________
joesatch yang legendaris said
January 4, 2010 at 12:03 pm
wah, kok gitu? jangan bawa2 agama lain, donk. saya aja nggak ngejek2 agama lain di luar agama saya, kok situ malah ngejek2 agama yang bukan agama situ sih?
________________________________________
@Haniifa say:
Hehehe… merengek-rengek kayak bencong sesuai dengan artikel ini.. .gud suragud sampean sekarang tidak Oot lagih, tapi super duper DUNGU
Sumber : Argumentum kelentum ad hominem di lindes SETUM … Super Duper Idiot
Hei sampean yang Argumentum kelentum ad hominem di lindes SETUM,
Khok jadi SAPI Bejinuh… 😀 😆
@@Joesatch Super duper IDIOT
wah, kok gitu? jangan bawa2 agama lain
____________________
😀 hua.ha.ha…..
Kenapa sampean nggak pakai ilmu KUDA LINU untuk melawan sayah ?!
(hua.ha.ha… ilmu idiot kamu pakai pantasan sampean super duper dungu
)
http://haniifa.wordpress.com/2009/11/20/laki-laki-mengaku-ahlul-bait-artinya-dia-bencong/#comment-9711
???????? said
January 4, 2010 at 12:29 pm e
@Hei super duper idiot
Khok sampean jadi SAPI bejinih komentarnyah
http://haniifa.wordpress.com/2009/11/20/laki-laki-mengaku-ahlul-bait-artinya-dia-bencong/#comment-9713
😀 😆 hua.ha.ha…
Sampean gemetaran toch... hayooo smedi dulu, biyar freshh lagih
hooo…ada yang komennya semangat banget. terima kasih jika sudah benar-benar membaca tulisan saya. jikapun tidak, silakan kembali ke sini lagi untuk membaca ulang kapan saja 😉
@Yang Punya Diary
Sampean ada salam dari temen sayah.. 😀 😆
_______________________
cekixkix said
January 4, 2010 at 5:56 pm
@Om Joesatch
Apa elo kagak malu tuhhh…. Cekixkix…kix…kix…
Atou elo kagak ada kemaluan, gue laki-laki dewasa tong… Cekixkix….kix…kix…
_______________________
Hohoho.. nyohhh.. sampean lihat komeng abrakadabra…
salam balik ya, meskipun sejujurnya saya malah risih kalo dapet salam dari cowok. jujur, saya lebih seneng dapet salam dari dian sastrowardoyo 😀
Somehow I feel that being a troll is an enormous thing…
segala kehebatan dan kebesaran itu menjadi tidak berarti lagi begitu berhadapan dengan saya 😛