Dari sebuah orasi di sebuah mesjid ngetop di kawasan Jokja selatan:
“Ada yang bilang Palestina nggak perlu dibantu karena saudara-saudara kita di tanah air masih banyak yang butuh bantuan. Daripada membantu Palestina lebih baik membantu saudara-saudara kita sendiri di tanah air terlebih dahulu. Tapi mereka yang bilang begitu itu nggak konsisten. Buktinya, kalau Piala Dunia mereka malah sibuk ngobrolin Jerman, Italia, Belanda, Brazil, atau Argentina. Seharusnya kalau mereka memang tidak mau mengurusi masalah internasional, mereka juga jangan ngurusin Piala Dunia. Cukup yang lokal-lokal. Liga Indonesia aja.”
Dan aku jadi geli denger argumen macam gituan. Mari kita lihat konteksnya 1 demi 1…
Palestina dan saudara-saudara kita sendiri di tanah air dalam konteks bantu-membantu, pada kenyataannya memang di Endonesa sendiri masih banyak saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan. Cukup beralasan kalo ada yang ngomong, sebelum ngurusin luar negeri, urusin dulu dalam negeri. Ketimbang duit kita dimakan orang-orang Palestina, lebih afdol kalo dipake sama saudara-saudara kita sendiri dulu. Ini masuk akal, kok. Malah aku sendiri bakal mbatin, situ tega bener jadi manusia… Kalo di erte situ masih ada yang butuh makan dan pakaian, kok ya duit situ malah diterbangin ke negeri seberang ketimbang dipake mbantuin saudara se-erte?
Ini skala prioritas aja. Mulai dari yang kecil-kecil dan yang paling dekat di sekitar kita.
Tapi kalo bicara Piala Dunia dalam konteks hiburan, apa tepat alasan macam di atas itu?
Okelah, gini aja, daripada ada yang nggak terima, baik, aku pake analogi yang sama. Kita boleh menikmati hiburan kelas internasional kalo hiburan kelas lokal juga sudah kita nikmati. Aku sendiri sudah menikmati liga sepakbola antar kelas di sekolah dulu, terus disambung liga lokal Denpasar via Perseden. Selanjutnya dari esde aku sudah jadi suporternya Gelora Dewata. Timnas Endonesa di Piala Tiger dan SEA Games juga sudah kutonton. Waktu Widodo C. Putro mencetak gol terbaik Piala Asia ’96, aku juga menikmati kiprah timnas di sana. Hiburan kelas lokal dan nasional sudah habis kunikmati, maka tidak aku bolehkah menikmati hiburan kelas internasional? Aku sudah menjalankan skala prioritas, step-step mulai dari yang kecil sampe yang besar kulalui semua. Masih tidak sahkah aku menganalisa strateginya Pak Domenech yang tidak memainkan Florent Malouda dari menit awal pertandingan?
Aku cuma geli aja, bikin perbandingan dan perumpamaan kok ya ternyata nggak nyambung
Aku nggak ngelarang kalo ada yang mau ngirim bantuan ke Palestina, kok. Aku juga peduli dengan mereka. Buktinya di blogku ini aku juga masang banner dukungan buat Palestina 😀 Cuma, aku bilang, lebih afdol ngasih bantuannya kalo di sekeliling kita sudah pada kita bantu terlebih dahulu. Aku sendiri juga bakal menghibahkan duitku buat orang-orang Palestina, tapi dengan catatan kalo saja di depan rumahku sudah nggak ada lagi mbah-mbah yang tersenyum sumringah waktu kukasih setumpuk koran lawas.
Anda baik sekali 🙂
Salam buat mbah2 beserta korannya
Ng.. OOT bentar ya, mas… Blognya lebih friendly di hp skrg. ihiiiy.. 🙂
Sepertinya saia juga pernah mendengar orasi di atas…
eh, kok jogja utara?
nd:::
salam buat akunya mana?
Kimi:::
saya selalu peduli dengan keinginan penggemar 😆
masabhi:::
tadinya mau ta’samarin, bhonk. kamu malah nanya-nanya. sudah, saya ganti jadi selatan sekarang 😈
Ayo, sumbang opini! http://bit.ly/aD6yW8 😈
sudah! 😀
@jensen99
Di sini ada link ke sana, di sana ada link ke sini… 😆
sepertinya saya cuman mendengar kalimat pertama dari orasi di atas.. ah, mungkin waktu itu saya sedang sibuk.. 😛
sibuk apa? siomay, bakso, kambing guling, mie goreng, atau es krim?
hihi,,,ya kalo bisa emang seimbang,,,ga cuman mikir yang jauh2 tapi juga yang di sekitar
salam
waah… mbah-mbahnya itu mengharukan.. kamu baik sekali mas joe…
**** CERITA-CERITA ****
Setahu saya relawan Indonesia (wa bil khusus personel Mer-C) yg ikut Freedom Flotila adalah orang-orang yang sama yang pada menit pertama sudah berada di lokasi kejadian saat terjadi situasi kegawatdaruratan baik akibat bencana maupun konflik baik di dalam maupun luar negeri.
Mer-C sendiri adalah organisasi kegawatdaruratan medis. Meskipun berideologi Islam, tetapi dalam aksinya Mer-C lebih mirip dengan LSM Médecins Sans Frontières (Doctors Without Borders, Dokter Lintas Batas) yang sekular. Kode etik kedokteran memang melarang untuk memberikan pertolongan berdasarkan atribut-atribut primordial. Sejauh ini Mer-C telah mengirim beberapa misi baik ke dalam negeri maupun luar negeri.
Misi di dalam negeri rasanya terlalu panjang kalau disebut satu persatu di sini. Sebut saja misalnya Tsunami Aceh, Gempa Padang, Gempa Jogya, Gempa Kupang, konflik Ambon dsb. Dengan kemampuan mobilitasnya yang tinggi sukarelawan Mer-C hampir selalu berada di tempat kejadian pada menit pertama.
Misi luar negeri Mer-C diantaranya ke perang Libanon, gempa Iran, konflik Sudan, perang Irak, perang Afghanistan. Bahkan saat terjadi pembantaian di Pattani (Thailand Selatan) mereka sudah berada di sana pada hari ke-2 kejadian. Beberapa misi berbahaya, dimana batas antara hidup dan mati hanya setipis kulit ari, dipimpin langsung oleh pendiri Mer-C Dr. Joserizal Jurnalis.
Selain itu hingga saat ini Mer-C telah mengoperasikan 66 Klinik di seluruh wilayah Indonesia. Sejak dari Aceh hingga Sorong. Sejak dari Tuhemberua, Nias hingga Wamena. Info lebih lengkap mengenai organisasi ini dapat dibaca di Mer-C dot org.
Khusus mengenai misi Fredom Flotila, ini bukan misi Mer-C ke Palestina yang pertama. Pada misi sebelumnya mereka sudah pernah menjangkau Gaza lewat jalur darat via pintu Rafah (Mesir) dan menyampaikan amanah para donatur kepada warga Gaza.
**** DISKUSI ****
Saat hangat-hangatnya pemberitaan freedom flotila komentator yang sinis dengan nada tinggi bilang : BANTU DULU RAKYAT INDONESIA BARU BANTU RAKYAT NEGARA LAIN. Seakan-akan para relawan itu, tempo hari ongkang-ongkang kaki abai terhadap saudara senegaranya sendiri lalu tiba-tiba nyelonong membantu rakyat negara lain. Setelah mereka tahu para relawan itu tidak seperti yang mereka kira maka komentarnya berubah, tentu saja dengan nada yang lebih rendah : MAKSIMALKAN DULU LAH MEMBANTU RAKYAT INDONESIA BARU BANTU RAKYAT NEGARA LAIN.
Kalau dicari akan ada banyak padanan atas komentar di atas, misalnya :
1. Ngapain tuh USAID, FORD FOUNDATION ngasih-ngasih bantuan, bea siswa dll ke rakyat Indonesia, lha wong rakyat Amerika saja yang jobless dan tidak berpenghasilan saat ini mencapai 13.9 %. Bantu dulu rakyat Amerika sampai tidak ada lagi yang miskin baru bantu rakyat negara lain.
2. Ngapain organisasi-organisasi missionaris Amerika itu jauh-jauh mengirimkan misionaris untuk berdakwah di Indonesia, rakyat Amerika saja masih banyak yang bejat. Dahwahin dulu orang Amerika sampai tidak ada yang bejat. Baru dakwahi warga negara lain.
3. Atau (membayangkan, seraya berharap ini tidak terjadi) suatu saat istri Joe muring-muring karena tahu Joe mengirimkan uang untuk adiknya, begini : Ngapain Mas bantu-bantu adikmu sedangkan rumah saja kita masih ngontrak, hasil jualan kaos Mas Joe baru cukup buat makan. Cukupin dulu kebutuhan keluarga kita Mas, baru bantu adikmu. (BTW Joe punya adik gak sih ?)
Gimana, kayaknya sih komentar model begitu adalah komentar yang silly ?
Anda donatur Mer-C ? Silahkan meributkan kemana mereka harus menyalurkan amanah Jika bukan, lalu apa urusan Anda mendikte mereka : Bantu dulu orang Indonesia dst….sedangkan para donaturnya saja sepakat dengan aksi mereka. Kecuali jika Mer-C adalah organisasi pemerintah dimana mereka mengemban amanah atas pajak yang Anda bayar, maka jangankan sekadar protes, mengajukan tuntutan class action pun Anda berhak. Jika tidak paling pol Anda cuma bisa menggerutu “Tuh gara-gara mereka pemerintah cq Deplu jadi ikut repot. “ Itu saja !
So, jika Anda ingin Mer-C MEMBANTU dulu rakyat Indonesia, maka sesungguhnya Anda ketinggalan berita. Mereka, meminjam kosa kata orang Betawi, ‘udah ngelakuin sejak tahun atu’.
Anda ingin Mer-C MEMAKSIMALKAN bantuan untuk rakyat Indonesia dulu ? Ok, bagaimana kalau mulai dari diri Anda dulu. Saya kira menghibahkan setumpuk koran bekas ke Mbok-mbok adalah modal yang bagus. Namun itu tidak cukup. Kita tunggu yuk, kalau nanti ada bencana besar melanda suatu daerah (Ya Allah semoga ini tidak terjadi !). Jika Anda tidak lebih cepat berada di lokasi kejadian dibanding Mer-C, atau Anda tidak berbuat lebih banyak dari Mer-C, atau bantuan Anda tidak lebih besar dari Mer-C, lalu adakah pembenaran moral atas seruan Anda kepada Mer-C agar mereka memaksimalkan pemberian bantuan kepada rakyat Indonesia ?
Khan gak fair kita lesehan, rokokan sembari nonton bokep di kamar sambil nyuruh-nyuruh orang untuk bekerja lebih maksimal sementara orang yang kita suruh sudah berjibaku di TKP dengan segala daya upaya dan tim backupnya sibuk luar biasa di base camp menyiapkan disaster manajemen.
Jangan sampai kita masuk dalam kategori orang yang disebutkan dalam suatu hadits ‘ Celakalah orang bodoh yang ribut mencari kesalahan orang pintar, orang menganggur yang ribut mencari kesalahan orang sibuk, dst….Na’udzubillahi min dzalik !
Meminjam salah satu paragrap dalam protokol zionisme, dikatakan bahwa di dunia ini manusia dibagi dalam tiga kategori. PERTAMA : Orang yang terbengong-bengong melihat suatu perubahan. KEDUA : orang yang tahu mengapa perubahan itu terjadi KETIGA : orang-orang yang menjadi pelaku perubahan itu sendiri. Yang pertama adalah penonton. Yang kedua adalah analis. Yang ketiga adalah pelaku. Dengan segala yang dilakukannya saya rasa relawan Mer-C tidak termasuk ke dalam yang pertama. Semoga demikian juga kita.
Wallahu a’lam.
Prima:::
ah ya, saya maunya juga gitu
ninit:::
dan saya juga ganteng 😀
Grandong:::
eh, saya nggak bahas tentang sikap ke palestina, kok. saya mbahas tentang sebuah perbandingan yang menurut saya keliru.
well, ini bukan tentang mr-c thok, kok. lagipula rasanya ini sedikit berbau tu quoque dan red herring, deh. cmiiw
btw, kalo mau bicara fakta, memang nggak akan pernah selesai bantuan kepada sesama orang endonesa selama pendapatan per kapita di negara ini masih segini-segini aja. maka silakan pilih, sesuai dengan pendapat anda sendiri, mau ke palestina atau – misalnya – ngurusin aceh dulu?
saya pribadi, sih, suka sebel aja… seperti kata seorang kawan di aceh, “simpati bukan main ke urusan luar negeri, tapi tdk utk ‘kontra’ dgn republik ini. Entah tdk bernyali, atau cuma karena di sini manusia (baca: muslim) kelas dua saja.”
http://snipurl.com/xcxxt
“… tidak pernah membicarakan soal brutalitas TNI di Aceh dalam masa konflik. Tetapi mereka mengkampanye brutalitas Israel di Palestina.”
jadi, diskusinya masih mau dilanjutkan, meskipun saya sebenernya sejak awal tidak punya niat membahas tentang hal itu, apalagi khusus tentang mer-c, atau bagaimana? 😀
Maaf kalau komen ane gak tepat. Ente bicara tentang PERBANDINGANNYA, ane bicara masalah KONTEN dari perbandingan itu.
BTW, mungkin ente perlu lebih banyak gaul sehingga tahu lebih banyak info termasuk info underground. Termasuk kemungkinan komentar sohib Aceh ente itu gugur karena orang2 yang simpati luar biasa ke urusan LN (baca ; Palestina) itu adalah juga orang2 yang punya peran krusial atas lengsernya Simbah tempo hari. So tentu mereka tidak sekadar punya nyali tetapi juga bermain cantik : Percuma kalau cuman dipegang ekornya langsung saja gebuk kepalanya.
kalo begitu beritau saya 😀 dan semoga ini bukan sekedar teori konspirasi.
sebenernya kalo bicara konten pun, konten yang dibicarakan juga nggak tepat, menurut saya. oke, mer-c udah “melakukan segalanya”. tapi di luar sana yang berteriak-teriak tentang palestina – yang saya tau – jumlahnya jauh lebih besar dari relawan mer-c yang sudah melakukan segalanya itu mer-c yang cuma contoh kecil tentunya kurang pas untuk dipakai mewakili seluruh elemen yang ada
Oh ternyata saya salah lagi. Ternyata Joe bicara tentang yang teriak-teriak di luar sana tho. Bukan bicara tentang misi ke Palestina itu sendiri.
memang enggak. dari awal yg dibicarain sama oratornya di paragraf kedua kan memang tentang sikap orang2 yg dikenal sama si orator seputar bantuan ke palestina dan piala dunia 😉
eh, itu cerita yg undergroundnya gimana? minimal saya dikasih linknya aja deh, biar nanti saya baca sendiri aja 8)
Wis gede masa harus disuapin. Tapi Gpp dech ! Kembangkan sendiri, Joe. Cari dari situs2 yang lain detil peristiwa saat itu. Kalau kamu trus ambil kesimpulan ah gak ada hubungannya. Ah dipaksakan. Ah angan2 kosong penggemar teori konspirasi. Itu hak kamu sepenuhnya.
http://www.pks.or.id/v2/main.php?op=isi&id=1540
ahahaha, sebelumnya jangan tersinggung. saya bukan minta disuapin kok. saya hanya butuh pembanding antara versi yang saya simpulkan selama ini dan versi menurut sudut pandang orang lain. adapun sejauh ini saya sendiri merasa ada yang dilebih-lebihkan – ketimbang pengakuan langsung orang lapangan, yang jadi obyek, yang mengalaminya sendiri – dari informasi yang saya telan selama ini.
well, kelanjutannya, kalo link yang sampeyan cantumkan sampeyan benar, macam itulah yang harus dilanjutkan. diprioritaskan. supaya tidak ada sodara sebangsa yang merasa kalo dirinya cuma dianggap muslim kelas 2 oleh aktifis2 “kemanusiaan” di pulau jawa. tapi yang terjadi selama ini, yang dirasa sama mereka, ya seperti yang saya bahas di atas sebelumnya, kan?
*eh, sampeyan bisa ngakses link yang dikasih sama jensen99 nggak? khawatirnya, karena itu dari fesbuk yang bersifat semi-privat, sampeyan jadi nggak bisa ngaksesnya…
akhirul kalam, yah…ketika saya menulis sesuatu di blog saya secara subyektif, saya harus siap menerima pandangan subyektif pula dari orang per orang dalam bentuk komentar di kolom yang saya sediakan. tulisan saya boleh diamini, boleh pula disanggah. begitu pula komentar yang masuk. seharusnya pastilah boleh saya setujui ataupun sebaliknya. saya sadar sepenuhnya, kok…kalo saya enggan disanggah, lebih baik saya tidak usah menulis di ranah publik saja, hehehe
semua yang komen itu ga punya otak
termasuk anda nggak? 😉
Bagi yang dulu menceramahi tim dari Indonesia yang ke Gaza dengan ‘bantu dulu rakyat Indonesia, baru bantu rakyat negara lain’, diundang ke Mentawai, Wasior dan Merapi untuk menunjukkan Anda bertanggungjawab atas ceramah Anda.
Jika tidak maka seharusnya justru Anda yang harusnya diceramahi, karena yang Anda ceramahi -salah satunya MerC– sudah sejak kesempatan pertama berjibaku di lokasi-lokasi bencana itu.
saya setuju