Pernah datang ke acara mantenan di mana antara mempelai pria dan wanitanya didudukin terpisah? Belum? Kalo belum, sini ta’kasih tau kalo aku sudah pernah datang ke acara mantenan model kayak gitu. Sounds weird, huh? Yeah, memang agak nggak lazim, apalagi kalo ditambah fakta bahwa kedua mempelai sebenarnya sudah melangsungkan akad nikah, tapi begitulah fakta yang terjadi di lapangan.
Jadi kisahnya begini: Jumat kemarin, selepas Jumatan, aku kedandapan pulang dari kantor buat ngacir ke kampus. Ada janjian sama Septo perihal jalan-jalan ke Puerto Rico, aeh, Purwokerto, soale. Temen seangkatannya Septo ada yang nikahan di Purwokerto. Namanya Aldo. Anaknya aktif sebagai aktivis dakwah kampus di Jama’ah Shalahudin. Entah alasannya nikah muda karena kepengen menghindari zina atau karena takut calon istrinya disaut orang, aku ndak tau. Yang jelas aku diajakin Septo buat ikutan njagong ke Purwokerto.
Aku sebenernya ndak begitu kenal sama Aldo itu. Walaupun dulu aku sering ngulang kuliah bareng anak-anak angkatan 2004, aku nggak pernah sekelas sama Aldo. Aldo anak kelas A, yang notabene memiliki nomer mahasiswa berakhiran angka ganjil, sedangkan nomer mahasiswaku genap. Jadilah aku lebih guyub sama anak-anak kelas B bangsanya Septo, Pepe, Komeng, Ucup, Saber, atau Destian. Maka dari itu, niatku ke Purwokerto sebenernya bukan murni pengen datang ke mantenannya Aldo (lha, wong aku ndak diundang, kok), tapi lebih dikarenakan aku kepengen dolan-dolan ke luar kota aja.
Dan sesampainya aku di kampus, aku langsung nyariin Septo buat ngomong tentang kepastian berangkat ke Purwokerto sore itu. Tapi di kampus aku ndak ketemu Septo. Septo sudah cabut. Yang waktu itu ada di ruang Himakom malah Aphip, Komeng, Saber, dan Liem. Berhubung hapeku baterenya lagi sakaratul maut, aku minta tolong ke Saber buat ngirim SMS ke Septo nanyain ntar sore ngumpul di mana, jam berapa, sebelum ke Purwokerto. Konfirmasi kuterima. Kami bakal ngumpul di Stasiun Lempuyangan buat naik kereta jam 4 sore nanti. Akupun segera pulang, mandi-mandi dan siap-siap.
Chapter 1:
Aku datang di stasiun jam setengah 4 kurang sedikit. Motor sudah kutitipkan di penitipan motor, untuk kemudian mendapati Septo dengan segerobak bekal perjalanannya di depan loket tiket kereta. Yang lain belum pada datang. Kata Septo, yang berangkat cuma berlima termasuk aku. Yang lainnya tercatat nama-nama seperti Jaladri Abhirama yang ngetop di panggil Abhonk dan mantan kapten basketnya tim MIPA, Arief Aji Pratopo yang akrab disapa Mbah Surip, asli Purbalingga dan kebetulan ngikut ke Purwokerto sekalian pulang kampung, serta terakhir ada Afifah “Oprah” Rahmawati, anaknya Ketua MUI Yogyakarta.
Setelah kami berlima ngumpul ternyata malah ada kecelakaan! Kereta Logawa yang rencananya akan membawa kami menuju Purwokerto ngadat dan baru akan masuk Jokja selepas maghrib nanti. Katanya gara-gara banjir. Lha kampret! Mau apa coba berjam-jam di stasiun nungguin kereta kayak anak ilang macam begitu? Alhasil, lewat rapat kilat, kami memutuskan untuk ke Purwokerto via bis patas dari Terminal Giwangan sahaja. Dari Lempuyangan ke Giwangan kami bakal nebeng bis kota jalur 6 sambil tidak lupa mampir ke angkringan terdekat buat makan siang yang sebenernya sudah sangat terlambat.
Tapi ternyata bis yang dinanti tak jua menampakkan batang bempernya. Berhubung kesal – ditambah hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya – kami memutuskan menyetop taksi saja. Taksi datang, dan berhimpitanlah kami berempat di jok belakang (Septo di depan, berhubung doi memiliki anatomi tubuh yang paling buncit diantara kami semua).
Di dalam taksi sempat terjadi tragedi yang melibatkan Afie dan sang sopir. Jadi kisahnya, Afie itu entah kenapa dilahirkan dengan kulit hitam. Dan mungkin gara-gara kepekatan kulitnya itu, tiba-tiba setelah taksinya berjalan beberapa saat sang sopir berkomentar, “Lho, ini semuanya berlima, tho? Tadinya saya kira cuma berempat.”
Kontan saja Afie ngamuk-ngamuk. Habis sudah martabatnya gara-gara sepanjang perjalanan ke Giwangan ternoda oleh mas-mas sopir taksi.
Sampai Giwangan kami langsung naik bis patas cap Raharja. Kami duduk paling belakang karena memang cuma tempat itu yang tersisa buat kami. Sempat juga aku ketemu dengan teman sekantorku, Hobby, yang kebetulan mau pulang juga ke Purwokerto. Sepanjang 4 jam perjalanan ke Purwokerto, waktu kami habiskan dengan ngakak-ngakak dan bercanda tanpa mutu; mencoba mengganggu penumpang lain yang kepengen tidur.
Lewat setengah 9 malam, bis patas yang kami tumpangi masuk Purwokerto. Di pertigaan antara Purwokerto dan Purbalingga, Surip turun. Sisa pasukan yang tinggal berempat memilih tetap bertahan di tempat sampai dengan bis memasuki Terminal Purwokerto.
Begitu turun dari bis kami langsung diterjang dengan logat yang terasa lucu di kuping kami. Keributan ala terminal dengan logat ngapak khas Banyumas cukup membuat kami terpaksa nahan-nahan ketawa. Tapi si Afie curang. Dia tetap cengengesan cengar-cengir. Waktu kuperingati, “Fie, ojo ngguya-ngguyu wae. Mengko nek kowe diantemi wong sak terminal sopo sing arep nulungi?”
Afie malah menjawab, “Ora, Mas Joe. Iki lho aku lagi moco SMS lucu,” ngelesnya sambil pura-pura baca SMS. Padahal, sumpah, hapenya lagi mati!
Di terminal itu juga kami mendapati rombongan anak-anak kampus yang lain. Ada Afia, Sita, juga Bo, dan teman-teman 1 komplotan KKN mereka (yang juga 1 komplotan dengan Aldo). Akhirnya, gara-gara merasa sebagai satu-satunya makhluk paling cantik di rombonganku (walaupun sebenernya ndak kelihatan saking itemnya), Afie memilih untuk berpisah dan bergabung dengan rombongan kedua. Sedangkan aku, Abhonk, dan Septo tetap memilih untuk nginep di tempat buliknya Septo untuk kemudian mendapati nasib baik bahwa kami bertiga dijamu dengan super mewah.
Chapter 2:
Langit sudah terang ketika aku baru siuman. Setelah kucek-kucek mata sebentar dan mencari rokok plus korekku, aku keluar kamar dan mendapati Septo sudah makan dengan tenang di depan tivi. Abhi masih tidur di kamar. Rencananya hari itu kami bakal ke mantenannya Aldo jam 11 nanti, dijemput Surip yang bawa mobil dari Purbalingga.
Maka setelah akhirnya kami berangkat dan menjemput rombongan kedua, kami menuju ke tempat mantenannya Aldo di Gedung Sumarjito, Universitad Jenderal Soedirman. Begitu nyampai, seperti biasa aku dituntut untuk membubuhkan tanda-tanganku oleh mbak-mbaknya yang jadi penerima tamu. Sebagai balasan atas keramahanku sebagai idola, aku dikasih supernir berupa sebatang bolpoin. Mungkin cuma gara-gara mbak-mbaknya penerima tamu itu pada ndak bawa kamera aja makanya mereka malu-malu untuk minta foto bersama bareng aku.
Di dalam gedung, busyet, baru kali ini aku mendapati pesta pernikahan macam demikian. Tamu undangan dan mempelainya dipisah menurut jenis kelamin, di tengah-tengah gedung dipasang hijab, hiburannya buat para tamu juga cuma 1 jenis saja: nasyid! Mungkin memang beginilah pesta pernikahan ala aktivis dakwah. Tapi setelah pulangnya aku nanya ke Afie (sehubungan dengan status bapaknya), dia juga bilang kalo dia sendiri juga baru sekarang ini nemu acara mantenan model begitu. Jadilah aku yang merana, tiada bisa ngeceng-ngeceng di depan para wanita muda. Yang bisa kulakukan cuma icip-icip makanan, foto bareng mempelai pria, dan kemudian langsung pulang.
Pulang dari mantenan kami punya rencana jalan-jalan ke Purbalingga. Tapi ternyata yang bisa ikutan cuma formasi awal rombonganku aja. Yang lainnya pada milih pulang ke Jokja. Jadilah setelah mobilnya Surip mengantarkan para makhluk yang tiada mau diajak berhura-hura itu, kami kembali ke formasi awal: aku, Septo, Surip, Abhonk, dan Afie. Rencana tambahannya, keluarganya Septo juga pada mau jalan-jalan sekaligus berenang di Owabong, di Purbalingga sana.
Tapi semprul! Ternyata aku lupa bawa cawet! Abhonk juga lupa bawa celana kolor buat dipake berenang. Akhirnya kami terpaksa dolan-dolan ke Moro dulu, supermarket yang konon paling ngetop se-Purwokerto buat nyari cawet merek favoritku, Kamen Rider, sedangkan Abhonk nyari celana kolor bajakannya Real Madrid. Aku juga akhirnya tergoda buat beli kolor yang berjudul Liverpool FC, dan tentu saja bajakan!
Selanjutnya, demi bergaya ala tuan muda Tao Ming Tse, aku mengeluarkan kartu Visa-ku untuk membayar semua belanjaan kami. Mbak kasirnya kayaknya sempat agak jutek juga ngeliat kami bukannya dengan segera menuntaskan tranksaksi, tapi malah foto-foto di depan kasir. Kalem, Mbak… Kan jarang-jarang tho ada konsumen di Moro yang mbayar tagihan pakai Visa? Wong nyatanya aja mbak kasirnya kelihatan sedikit kebingungan melayani tranksaksi model caraku, wekekeke!
(Sebenernya aku sedikit curiga, mbak kasirnya itu bingung atau kaget? Apa dipikirnya tampang mahasiswa kere kayak aku nggak bisa punya kartu Visa? Huh! Biar kere aku kan ngganteng)
Sepanjang perjalanan ke Purbalingga, aku diejekin sama Septo. Katanya, ini perjalanan duka. Jauh-jauh waktu sebelumnya Surip juga sempat nanya, “Kowe kok meneng wae kenopo, Joe?”
“Semakin dekat ke Purbalingga, aku semakin berdebar-debar,” jawabku asal. Yeah, mantan pacarku dulu memang kakak kelasnya Surip waktu esema, dan ini pertama kalinya dalam hidupku ke Purbalingga setelah 4 tahun musuhan (lebih tepatnya dimusuhi sama mantan pacarku). Septo dan Afie berkali-kali berkomentar, “Kowe ra sisan mulih neng Kutasari, Joe?”
Bajindal! Dulu aku memang sempat ngarep banget kalo Kutasari bakal jadi tempatku nengok mertuaku saban Lebaran.
Kami nyampai di Owabong, alias Obyek Wisata Air BojONGsari lewat ashar. Segera saja aku sama Abhonk dan Surip jebar-jebur. Septo nggak ikutan. Meriang, katanya. Afie juga nggak ikut. Nggak bawa baju renang khusus, ngakunya. Ongkos masuknya murah kalo dibandingin Waterboom Cikarang atau Waterbom Kartika Plaza-nya Bali. Cuma 15 ribu, sudah termasuk softdrink dan gadis-gadis cantik (kalau ada). Dan kalau saat itu Komeng ikutan, bisa dipastikan beliau pasti bakal girap-girap kesenengan sambil berkomentar yang jadi ciri khasnya: “Kenapa banyak gadis cantik?”
Walaupun begitu, tentu saja fasilitas wahana airnya belum sedahsyat Waterbom di kampung halamanku. Pas waktu itu, tempat perosotannya yang gede juga lagi nggak bisa dipake, entah kenapa alasannya. Tapi aku cukup senang. Sudah lama nggak berenang, soale.
Tentang gadis-gadis cantiknya sendiri, Septo sempat berkomentar, “Aku nek nduwe bojo cah kene bakal ta’kon meneng wae. ‘Kowe nek meneng ayu, Nduk. Ning neng ngomong malah lucu.'”
Aku setuju. Jaman dulu aku sendiri sering geli kalo lagi ngobrol sama Desti. Banyak kosakatanya yang sering kuralat. Misalnya dia ngomong, “…nggelar klasa,” (alias tikar) pasti langsung kuserobot, “Klasa? Yang bener kloso, Des.” Hahahaha! No offence, kok. Aku sama Aphip (yang juga sempat dicampakkan sama cewek Kebumen) malah punya pendapat kalo cewek manis, bening, berjilbab, dan ngomongnya ngapak itu it’s so sexy… Cewek daerah ngapak memang terkenal bening-bening, lho (kecuali kalo pas kebetulan ketemu sama yang keruh) π
Akhirnya setelah puas ngeceng-ngeceng, waktu pulang pun datang. Ditemani hujan deras yang tiba-tiba turun sampai besok paginya, kami nganterin Surip balik ke rumahnya di daerah Wirasana. Selanjutnya kami berempat, sisanya, langsung kembali ke rumah buliknya Septo dan nggak berkeinginan untuk jalan-jalan lagi malam itu saking capeknya.
Chapter 3:
Akhirnya ini hari terakhir kami di Purwokerto. Setelah paginya aku berempat sempat jalan-jalan pagi keliling kampung, kami pulang dengan kembali naik bis patas cap Raharja yang kami tumpangi waktu berangkatnya (entah juga, kenapa bisa ada kebetulan model gitu). Surip sudah menanti di terminal buat balik ke Jokja ketika aku, Septo, Abhonk, plus Afie masih sibuk berburu oleh-oleh ditemani oomnya Septo. Jam 12 lewat beberapa menit akhirnya bis yang tumpangi bergerak menuju Jokja.
Di dalam bis, lagi-lagi kami duduk paling belakang. Anak-anak cowok pada sempat bersorak kegirangan ketika di kursi depan kami duduk seorang gadis manis berjilbab nan montok. Sesaat Surip sempat alpa akan keberadaan pacarnya di Jokja dan berteriak, “Tombo ngantuk!”
Tapi mbaknya yang duduk di depan kami ternyata rodo semrawut. Kerjaannya selama di bis cuma tidur melulu. Kalopun bangun pasti langsung telepon-teleponan atau esemesan, yang mana obyeknya kami curigai sebagai cowoknya. Kami juga sempat iseng. Setelah mengintip dari sela-sela kaos lengan panjangnya dan mendapati bulu-bulu halus di lengannya, juga mengamati atas bibirnya dan mendapati kumis tipis yang membayang, dengan lagak ala dr. Boyke dan kesok-tahuan di bidang seksologi, kami menyimpulkan, “Wah, mbak’e iki mesti nafsuan. Piye, dicipok wae yo?”
Biar gitu, tetap aja nggak ada seorang pun yang berani melakukan hasrat bejat tersebut.
Selain peristiwa mbak-mbak penidur itu, selama di bis, Abhonk juga sempat memecahkan rekor MURI sebagai pemakan kuaci terlama. Setengah perjalanan Purwokerto-Jokja dilewatinya dengan makan kuaci terus-menerus. Sisanya dihabiskan dengan membaca novel “Deception Point”-nya Dan Brown.
Akhirul kalam, setelah 4 jam perjalanan, kami nyampai kembali di Terminal Giwangan. Surip dan Afie pisah buat naik bis kota jalur 7 ke Kaliurang, sedangkan aku, Septo, dan Abhonk memilih jalur 6 buat ngambil motor yang dititipkan di dekat Stasiun Lempuyangan.
Penutup:
Nah, pembaca, begitulah kisahku di akhir pekan yang lalu. Buat teman-teman di Purwokerto-Purbalingga yang belum sempat datang di acara jumpa fansku, jangan kuatir! Mungkin besok-besok aku bakal ke sana lagi. Nanti, kalo mantan pacarku sudah mau kuajak balikan.
Wah, ke Purwokerto toh, bapak ibuku ya asli situ mas.. Btw, Puerto Rico Trip-nya puanjanggg banget…
Loading-e suwi…
tapi nyenengke ketoke mas Joe…
dan pernikahannya ko aneh nian π
ketigax-kah?
btw, critane seru tenan ki π
holoh..holoh… memorynya berapa giga yah, ampe masih bisa nge keep memory yang puannnjang dan detail gini?
Low q org cilacap maz,pk logat bnyumasn jg.
Qjg lucu lo dgr cr ngmngya wong jowo wetan(ky solo n jokja):mrgreen:
aaarrrrgggghhhh…
purwokerto, tanah kelahiran,,
pengin mudik π₯
Kamen rider apa maz?
Kamen rider kn bnyk,da agito,ryuki,kuuga,dll.
Skalian hettrick ach…
BTW thanx y wat nasehatny…
Edun! Liat cewe berbulu halus maen napsu pengen nyipok. Jgn keburu napsu mas. Maen bersih dunk seperti saya.
fahmi:::
ooo…itu cuma fatamorgana. keliatan panjangnya gara2 fotonya banyak π
Goop:::
wah, kalo pernikahannya jgn tanya saya. kalo saya yang jelas ya pengen bersanding di pelaminan sekalian pamer istri ke khayalak undangan, “iki lho, deloken bojoku. wis ta’kandani aku bakal karo dian sastro, salahe mbiyen do ngeyel kabeh!” π
dewi:::
biasa aja, mbak. apacer 1gb. itu juga masih dishare buat card2an yang onboard semuanya π
detnot:::
saru? maaf, tidak ada hal2 saru yang terjadi
*salah fokus*
maxbreaker:::
mangap, hetrik anda guagal
yak! kamen rider saya adalah kamen rider cawet!
vend:::
saya juga belum puas di purwokerto. belum sempat icip2 gadisnya π
creez:::
ini tadinya juga mau main bersih, john. cuma si mbaknya itu malah tidur terus π jadinya malah nggak kesampaian
Gagal yax, kuciwa dh. Soalny q bk blog mas n komen ny pk hp,pk Op mini3.
Lo bakul cawet typ hri lwt rmhQ mas, tp cawet ayu,bkn cawet kamen rider
weleh2…. mantap banget foto2nya π
Ke purblngga gx mmpir ke kebon setroberi mas?
ajegile! potonya banyak amat. joe…kamu memang layak dapat bintang julukan narsis. π
btw itu frame kacamatamu, ganti napa? π
arrgghh…disini ga bisa
coretya?eh bisa… π
*joged joged*
wohoho… ternyata angkatan
19982002, bisa juga sekelas sama anak angkatan 2004/2005 ya…hm…
kapan kowe mantenan?
aku gelem dadi EO…
π
oiyo…ngemeng ngemeng… Purbalingga itu rumah mantan calon mertuaku yang akhirnya nggak jadi calon mertua n mertuaku…
π
kampungku, kampungku *jejingkrakan*
hohohohoho… ke owabong toh? aku malah rung tau iks dab.. π
hikss….
mosok ndak mamfir ke temfadh saia? hiks….
π
*OOT*
Mas komen yg msk blogQ ko hrs di moderasi dulu y? Biar lgsg msk n gx prlu moderasi drQ dlu gmn carany mas?
Mhn bntuanny,thanx
Asem, postinge dowone ra umum.. π
kok yo eling detail sih joe? nganti jam2e barang? koe nggowo recorder po? ojo2 ngarang thok kiiii… hahaha…
Btw wajahmu memang mirip Suneo π
eh supaya avatarnya keliatan gimana sih joe ?
vanjang… dan lagi-lagiu tentang kawinan..??? tapi seru je …
senengnyaaa..
kliatanya asik banget Bung
ikutan seneng deh..
salam kenal dari SOLO
*salaman*
panjang banget
btw senang ya, bisa jalan-jalan
aku juga pengen…:((
maxbreaker:::
hoho, bakul cawet ayune ayu tenan ra?
biar ga dimoderasi masuk ke bagian opsi, trus masuk ke diskusi, nanti ada pilihan centangnya mau pake moderasi/ga. dioprek terus aja adminnya. jangan takut salah. coba2 aja π
aRuL:::
ooo…kebanyakan itu hasil karyanya septo sama afie
cK:::
bukannya yang narsis itu kamu, chik? sudah terbukti kan?
chiw:::
eo?
ta’bayar kaos oblong yo? π
arya:::
sing ndi? pwt/pbg?
Hoek Soegirang:::
hlha…mau bagemana lagi. jadwal
syutingsaya padat soale πThe Sandalian:::
dah ta’bilang, yg bikin keliatan panjang itu gara2 banyak fotonya π
savic:::
iya, pik, saya ngarang2, gyahahaha!
Retorika aka Jaian:::
kata yang lain, saya malah mirip youri djorkaeff π
gabung di gravatar.com
celo =3:::
tentu saja. kawin itu selalu menyenangkan π
fauzansigma:::
ooo…saya juga dari solo lho π
marinta:::
makanya, sering nongkrong2, mar. biar dapet info dolan2 terus
wusss..full skrinsyut,mantaBH..
sayang ada satu skrinsyut yang kurang, sampel cewe ngapak nan bening πΏ
itu dia! saya juga belum sempat icip2 π
tapi pengalaman nostalgila semasa kuliyah & ngekost di Djokdja dulu, memang proven Jo, rata2 cewe bermotor plat R di sekitaran kostku (selokan mataram) tergolong cukup bening π
*apalagi kalo dah kluwar ngapak accent-nya* π
purwokertrek no dab
tapi saya pengen juga tuh kolor Liverpool-nya.
piro Jo regane, ra peduli palesu, sing penting Liverpool!
wew…!!
pUertO riCo Tu Hum QuwH…
ugH,,Jd pgN bLk…
But mW ujiaN..
ga9 k BtrdN mZ?
hohoho,,,ga9 SmuwaH ank pueRto Rico ngapak Lhoh..
kekekekekek…
titov:::
47500. kubayar pake visa, hahaha!
arya:::
oke. konfirmasi dikopi! π
AiU:::
wah, ndak ngapak? ndak ngapak berarti ndak seksi π
Jo, ono tambahan!!!
Aldo ternyata se-club karo aku lho,,,
Cewek’e luweh tuo!!!
Angkatan 2001 bo’….
Kok avatar ku ra metu yo Jo, padahal wis tak dabhtarke neng Gravatar π
wuhui…koe ming purbalingga, denengora mampir umah ku? cedek umaeh jiprat jane. limang menit lah..wakaka
Aday:::
buset…kuliahe luwih ndisikan mbangane aku π
titov:::
imel sing dinggo submit komentar kudu podo karo sing dinggo ndaftar gravatar, kang
farid yuniar:::
neng nggone surip aku yo mung tekan terase, kok. omahe desti wae ra mampir opo meneh omahmu, rid, gyahahaha!
bozz makin keren aja…
salam kenal yaaa…
makaseh atas ilmunya!!
yang megang gagang telpon umum di gambar pertama itu namanya siapa mas?
amri:::
ilmu? yang mana ya? yang pengasihan? perasaan saya ndak ngajarin, kok. lha saya sendiri juga ga bisa soale π
yett:::
oh, itu si abhonk. kenapa, mbak? ngefans? nanti ta’kasi nomer hapenya, deh π
Fufufu…
Waahhh…. sayang sekali gadis-gadis di mantenan itu ndak bisa ketemu seleb kayak mas Joe π
kalo di tempat saya mantenan model begini sudah sering dan kebetulan saya sering diundang ke mantenan model begini.. π
di bali pernah ada kok mantenan kaya’ gtuw… pas yg manten temenku nge-band duluw… hehehe… katanya siy adat’e orang timur tengah emang gtu… tapi iki temenku emang punya ortu org timur tengah sana….jadi ya sah-sah ajah siy… btw…moso siy banyak bulunya tuw ‘nafsuan’? rasanya beberapa teman kita ada yang berbuluw… inget ratih ama wulan kan?
hahahha, kisah menarik, gw bacanya sambil ketawa. apa lagi sama yang ini
“cewek manis, bening, berjilbab, dan ngomongnya ngapak itu itβs so sexyβ¦ Cewek daerah ngapak memang terkenal bening-bening, lho (kecuali kalo pas kebetulan ketemu sama yang keruh) :twisted:” sumpak ini keren banget… lucu..huahauhauhau π
“…atau karena takut calon istrinya disaut orang…”
hehehe… ntar diambil mas Joe.
btw, cerita pernikahanku => diah.aldohas.com
ada beberapa foto2nya juga
cover Puertorico Trip-nya keren mas… π
mas ta comot buat content di tugas CMS ya..
muachhhh….