Urusan sesuk yo dipikir sesuk.
Si Mbak di Jokja punya kebiasaan: Setiap kali aku pulang ke Jokja, yang biasanya berlangsung kalau weekend aja, sesaat setelah ketawa-tawa beliau mesti habis itu jadi sendu. “Tapi besok kamu sudah balik lagi ke Jakarta ya?” keluhnya sambil bertanya dengan penuh retorika.
Kalau sudah begitu ya yang bisa kulakukan cuma nyengir sahaja. “Urusan besok ya dipikir besok,” demikianlah biasanya jawabanku. “Yang penting lak sekarang aku di depanmu tho?” lanjutku kemudian.
Ya namanya aja remaja masa kini. Anak muda era FTV ini memang wajar sekali kalau hidupnya penuh dengan kegalauan, walaupun sebenarnya yang namanya kegalauan model di atas itu sama sekali nggak ada hubungannya – apakah manusianya hidup di era FTV ataupun era MTV sepertiku. Jadi ya tentu sahaja hubungan antara FTV dan remaja masa kini sebenarnya nggak ada. Yang kubilang barusan ini tidak lain dan tidak bukan adalah kengawuran belaka. Sekali lagi, nggak ada hubungannya antara hidup yang penuh kegalauan dengan tayangan FTV. Siapapun bisa dan bakal sering mengeluh, kok, kalau orangnya memang punya hobi selalu berusaha melihat celah untuk disalahkan dalam setiap peristiwa di hidupnya.
Misalnya saja, banyak manusia yang lupa untuk menikmati hal yang seharusnya bisa dinikmati dengan optimal di masa sekarang hanya karena kekhawatirannya tentang masa depan yang belum terjadi. Ilusi. Manusia terjebak ilusi pikirannya sendiri.
Mau klekaran di hari Minggu yang tenang jadi nggak tenang lagi cuma gara-gara kebayang kalau besok sudah hari Senin, harus masuk kantor lagi, mesti memeras otak lagi. Padahal mau sekhawatir bagaimanapun, hari Minggu tetaplah hari Minggu. Hari yang seharusnya memang dipakai buat leha-leha jadi tak semulus yang seharusnya cuma gara-gara pikirannya sudah di hari Senin. Padahal belum tentu hari Senin yang dikhawatirkannya bakal berlangsung seperti kekhawatirannya. Boleh jadi pas Senin subuh besoknya kantornya kebakaran, habis itu semua karyawan seminggu diliburkan. Boleh jadi tho?
Ada komik yang pengen dibaca, bacalah. Ada serial kartun yang pengen ditonton, tontonlah. Nikmati saja semuanya tanpa harus khawatir dengan apa yang kira-kira bakal terjadi kemudian. Kekhawatiran kita cuma bakal menyebabkan kita kehilangan momen untuk bersyukur atas nikmat yang sedang terjadi saat ini. Jangan macam orang-orang sok sibuk ala Jakarta-lah, urusan akhir tahun sudah dipikir dari awal tahun π
Tapi aku tahu, kalian pasti pengen membantah. Pasti! Jangan takut, ngaku sahaja. Daku sudah terbiasa menghadapi manusia-manusia macam kalian ini. Khas. Klasik π
Betul, sodara-sodara. Betul. Betul bahwa yang namanya planning atawa merencanakan masa depan itu penting. Karena itu lakukanlah sesuai jadwal. Kalau kita punya rencana untuk melakukan sesuatu di hari Selasa, lakukanlah di hari Selasa. Nggak perlu uring-uringan sejak Seninnya. Lagipula, siapa yang nyuruh sampeyan buat uring-uringan, coba?
Aku malah jadi ingat sama Mbak Mantan. Mbak Mantan dulu pernah cerita pada suatu malam nan hujan di kamar kosnya. Dia bercerita selepas kami…makan cemilan yang selalu disediakan di stoplesnya. Dia cerita tentang kebiasaan bapaknya, yang mana mantan calon mertua beta itu selepas jam kerja yang seharusnya selalu mematikan henpon miliknya, supaya nggak bisa disuruh-suruh lagi sama atasannya yang tipenya kayak kalian semua ini – mengizinkan otak kalian buat direcoki sama hal-hal yang mestinya dipikirkan di masa depan. Kupikir, boleh juga ini strategi politiknya mantan calon bapak mertua. Sejak saat itulah beta memutuskan punya nomer henpon ganda, baik ganda campuran maupun ganda kembang (baca: janda kembang, John!). Yang 1 buat kerjaan, 1 lagi buat berhubungan badan sama Mbak Mantan – dan gadis-gadis lainnya pula tanpa sepengetahuannya.
Lalu sebagai penutup perjumpaan kita pada hari Minggu yang cerah di Denpasar ini, izinkanlah aku berkisah tentang si Mbak di kantor yang kerjaannya nampak tiada habisnya dari hari ke hari. Si Mbak ini kadang suka sambat perihal kerjaannya tersebut yang dengan ngasalnya selalu kurespon, “Kerjaan itu tiap saat juga bakal ada terus. Selalu datang. Kalau bukan kita yang memutuskan berhenti dulu, ya dia nggak akan berhenti-berhenti.”
Maka, duhai sidang pembaca yang dirahmati Allah, akhirul kalam nikmatilah dan fokuslah pada apa yang ada hari ini, saat ini, karena kita semua ini adalah remaja masa kini, bukan remaja masa lalu atau malah remaja masa depan. Lha, siapa tau hari Senin belum datang, eee…5 menit lagi kita ini malah sudah mati
Masa lalu biarlah masa lalu…
Masalembo biarlah masalembo…
nek si wib_ masalambe bukanlah masalemboo
wib_:::
Wib, kamu diejek sama si cangkem jembar π
nyept:::
Tidak baik begitu…apakah kamu tiada ingat dengan kondisi cangkemmu sendiri, duhai cangkem jembar? π