Return of the (Poison) King(s)

Yang di atas itu (lagi-lagi) logo bikinanku, lho. Yakin! Ndak bohong! Itu logonya The Poison Kings (biar ndak kelamaan le ngetik, selanjutnya ta’tulis TPK aja). Apa itu TPK? TPK itu band yang bakal manggung di acaranya Himakom, Sneakers 2008: Selamatkan Bumi, besok Sabtu, 26 April 2008, di halaman kampus MIPA Selatan UGM, mulai dari jam 5 sore.

Di TPK itu aku ikut-ikutan juga masang tampang sebagai gitaris, lho, lantaran gitaris yang lama, Arief Aji Pratopo, ngaku sibuk mau konsen ke skripsi. Tapi gara-gara cuma bisa main gitar 3 jurus aja, akhirnya aku dipecat. Aku dianggap nggak layak nemenin si John Angga buat bareng-bareng main gitar. Ndak mungkin, kan, kalo tiap manggung cuma mbawain 2 buah lagu yang itu-itu aja: “Jatuh Cinta”-nya Base Jam sama “Last Kiss”-nya Pearl Jam. Posisi gitarisnya sendiri akhirnya malah diisi sama Rifqi, yang anak Ilmu Komputer 2005.

Tapi aku nggak gampang nyerah! Demi ditolak sebagai gitaris dan demi melihat kosongnya posisi basis setelah ditinggal Bramantyo Erlangga yang memilih bergabung ke Ericsson, akhirnya aku berhasil menjadi basisnya TPK. Hore! Sayangnya kegembiraan itu ndak berlangsung lama. Ternyata seorang oknum teman seangkatanku yang bermerek Muhammad Haris Diponegoro jauh lebih stabil dalam menjaga tempo lagu. Maka dialah yang akhirnya diberi kehormatan untuk menjadi basis dari band dengan jumlah penggemar terbanyak se-MIPA Selatan.

Mau bagaimana lagi? Selanjutnya tidak ada lagi tempat tersisa. Pada drum, instrumen tersebut sudah dikawal sama Andi Kicrut. Mau megang recorder sopran, barang wasiat sejak jaman esde itu malah ketinggalan di rumahku di Denpasar. Celaka. Akhirnya hampir saja aku putus asa. Untung saja Gusti Pengeran itu maha adil. Karena tampangku dinilai bakal mampu mendongkrak popularitas TPK di kalangan kaum hawa dan meningkatkan penjualan merchandise, akhirnya aku didapuk buat jadi vokalis, nemenin Gentho Wibawa buat urun-urun suara serak yang nggak lebih bagus ketimbang suaranya Ian Gillan dari Deep Purple atau lengkingannya Andi Deris dari Helloween. Tapi alhamdulillah, posisi vokalis ini sudah sangat lumayan ketimbang kejeduk tembok.

Dan besok Sabtu TPK manggung lagi. Mungkin gara-gara terpengaruh album “Acoustica”-nya Scorpions atau “Good Acoustics”-nya Firehouse, TPK akhirnya disepakati besok bakal tampil dalam format akustik. Genre musik kami masih tetap berpijak pada akar j-rock, alias javanese (jangan berlogat ndeso! Ini pake “v”, bukan pake “p”) rock. Lagu-lagu lama seperti “Juventus Versus MU”-nya Blackstar dan “Fire Monkey”-nya Ranto Edi Gudel sepertinya masih bakal kami bawakan, selain 2 lagu baru yang (tidak) menjadi hits di radio-radio, “Subsitute Girl” dan “Bantulnese in New York” yang sangat terpengaruh sekali oleh warna musiknya The Police.

Nah, sidang pembaca yang terhormat, begitulah kisah perjalanan karirku yang berliku-liku. Jadi kalo mau ngeliat bagaimana penampilan TPK dalam format akustik, datang aja besok ke kampus MIPA Selatan yang di deketnya Mirota Kampus itu. Jangan khawatir, paling-paling di sana cuma bakal ditagih sumbangan buat mendanai aksi penyelamatan bumi ala Himakom, kok. Sekian dan terima kasih.


12 Comments

So, what do you think?