Mungkin memang akunya yang berlebihan…
Mungkin juga memang Standard Operating Procedure-nya resto-resto fastfood di Endonesa sudah macam gitu. Entah itu di Hokben, Pijahat, atau Mekdi.
Tapi tetap saja aku risih disapa sebagai “Kaka” sama pelayan-pelayan di situ. Hei, ini Jokja, Mbak, Mas. Jangan menyapa beta dengan panggilan yang lebih populer di tempat lain (Jakarta, misalnya). Paling-paling lidahnya situ juga sama medhoknya dengan lidahku, tho? Jadi lebih baik sapa pelanggan Anda dengan panggilan “Mas” atau “Mbak”. Janggal rasanya, soale.
Lebih ta’khawatirkan lagi, panggilan “Kaka” itu bisa-bisa berpotensi menggerus kearifan lokal yang ada. Jadi memang kayaknya lebih baik sapa pelanggan-muda Anda dengan panggilan sesuai dengan kearifan lokal yang ada di daerah cabang tempat sampeyan bekerja. Mas ya mas, abang ya abang, bli ya bli, atau uda ya uda.
Panggilan “Kaka” itu nggak cocok buatku πΏ
P.S. Lagipula, kalo mau bicara masalah gaya permainan di lapangan, aku sendiri, ketimbang dibilang setipe dengan Kaka, lebih merasa kalo gayaku lebih mirip macam Roberto Mancini.
pertamax naek!
Di Jakarta manggilnya “kakak”. Kalo “kaka”, itu panggilan di Papua sini. π
BTW kamu second-striker toh? Kirain wing-back kanan. π
aladdin:::
tetap saja saya beli. buat menjaga performa shogun saya sih…
jensen99:::
lho, iya…maksud saya juga itu: kaka(k)
eh, aslinya saya memang main di kanan, kok. cuma mentalnya saya kayaknya lebih mirip mancini aja. konon, mancini itu begitu dapat bola, yang pertama dicarinya adalah siapa rekan setimnya yang berdiri lebih bebas
jadi gak suka dipanggil kaka, ya ka? *minta ditabok
decade plus2nya ditunggu yak, baru bangun tidur sayanyah, maapkan sebelumnya π
kalau kaum perempuan lebih bervariasi panggilannya Joe… bisa jadi dipanggil tante atau bunda…
sama kalo sedang ke tokonya Executive,Centro atau Matahari. pasti dipanggil “Kaka” juga.
nd:::
awww…kado ultah buat saya ya? π
itikkecil:::
eh, sudah biasa dipanggil “tante” ya, mbak?
*minggatmengendapendap…
crizosaiii:::
yeee…situ di jakarta sih, john. udah umum itu. yang ga umum itu dipanggil macam gitu di seputaran jalan kaliurang bawah
Halo Mas Joe, Dian boleh komentar khan ? Ki..ki..ki..
Neng kantorku (Instansi pemerintah, Jakarta) malah ana pejabat eselon II (Direktur, artinya 2 level di bawah menteri, umur 60an, asli Jogya) nek ketemu solmate (pelaksana, umur 25an, asli Solo) tegur sapane koyo ngene:
Direktur : Piye khabare Nyuk ..?
Pelaksana : Apik Su..!
Pas Si Direktur nggoleki berkas sambil ngomel merga ra ketemu2, ditegur karo pelaksane : nggoleki berkas ki ngganggo mripat ra ngganggo cangkem. Direkture wangsulan : Dapurmu kuwi !
Enak duwe bos koyo ngene. Egaliter. Gak jaim. Gak pake basa-basi sing penting kinerjane.
ini pasti dian sastro cap kibul2an. ndak mungkin yang asli kerja di instansi pemerintah π