Web-web jejaring sosial itu sedikit bikin repot!
Bagaimana tidak… Gara-gara sebiji web bikinannya Mark Zuckerberg, aku jadi harus meluangkan waktu buat membalas ucapan-ucapan selamat ultah yang kuterima dari penggemar-penggemarku tanggal 29 Mei kemarin ini. Mestinya, sih, aku bisa aja tidak harus membalas ucapan dan doa dari mereka. Cuma kok ya rasanya nggak enak aja kalo nggak dibalesin secara pribadi 1 demi 1. Rasanya kok ya berkesan sok sibuk banget kalo aku sampe harus nulis status macam: “Terima kasih buat temen-temen semua atas doanya. Mohon maap, karena keterbatasan waktu dan tempat, saya tidak bisa membalas semua ucapan selamat ulang tahun dan doa dari kalian.” Jadilah akhirnya aku sedikit mengalami jari pegal gara-gara membalas ucapan yang bejibun banyaknya itu.
Kalo dulu pas jaman esema, sih, pas jaman belum musim hape, rasanya enteng aja membalas tiap ucapan selamat ultah yang kuterima waktu aku disalami sama teman-temanku. Lalu begitu musim hape, kesibukanku jadi bertambah gara-gara harus membalas ucapan selamat ultah itu. Mengetik kan tidak bisa dikerjakan secepat mengucapkan kata-kata. Dan sekarang, kerjaan mengetik itu jadi lebih banyak gara-gara jejaring sosial. Mulai dari Fesbuk itu, terus juga Twitter, semuanya bikin aku sedikit repot.
Tapi aku memang sengaja merepotkan diri. Apa salahnya membalas secara personal? Mereka – maksudku teman-temanku itu – secara personal sudah menunjukkan kepeduliannya pada ulang tahunku, masak iya aku tega membalas kepedulian personal mereka secara massal? Fesbuk dan Twitter-ku toh belum di-follow ribuan orang, dan rata-rata yang sudah berbaik-hati mengucapkan selamat ulang tahun ke aku adalah orang-orang yang dengan baik kukenal.
Aku juga bukan selebritis yang harus menerima konsekuensi menerima ucapan selamat dari orang-orang yang tidak kukenal (hasil berlaku sedikit strict pada akun Fesbuk-ku). Maka sudah seharusnya aku berterima-kasih kepada teman-temanku secara personal juga. Lagipula doa dari mereka bagus-bagus (meski ada yang tidak terlalu kuharapkan buat terwujud dalam waktu dekat ini, semacam “cepat nikah” dan “cepat insyaf” ), rasanya rugi kalo nggak kuaminkan satu-persatu.
Hanya saja, tidak sedikit juga yang nodong makan-makan lewat Fesbuk. Nah, khusus buat yang ini aku jadi sedikit melakukan seleksi ketat. Kondisi finansialku memang sedang dalam proses menyamai kondisi finansialnya Bill Gates. Tapi ya namanya saja “sedang dalam proses” yang bisa diterjemahkan sebagai “belum”, bisa mawut aku kalo harus menraktir mereka semua yang sudah ngucapin selamat via akun jejaring sosialku.
Jadilah aku membuat peraturan: tidak ada SMS ucapan selamat ultah, tidak ada makan-makan π Yang lainnya lagi, kalo ada yang minta traktiran susulan, aku cukup bilang, “Dalam 1 tahun, ulang tahunku cuma sekali, kok. Pas tanggal 29 Mei. Jadi ya ndak ada model susul-susulan. Kalo mau traktiran ulang tahun dan situ ndak bisa joinan pas tanggal 29 Mei, ya wassalam. Waktu aku lahir, aku lahirnya langsung 1 paket utuh, kok. Ndak susul-susulan model tangan duluan, terus besoknya kaki, terus minggu depannya kuping sama hidung, dan bulan depannya baru akhirnya kepalaku nongol π ”
Cara ini cukup efektif meredam gejolak massa. Akhirnya cuma mereka yang memang niat dapet makan-makan gratis pas tanggal 29 yang ngirim SMS, mengorbankan sedikit pulsanya untuk ditukar beberapa slice pizza 8)
Kemarin ini akhirnya aku makan-makan di Rumah Pizza. Tempatnya di kiri jalan pinggiran Selokan Mataram arah ke Babarsari kalo dari Jalan Gejayan. Sengaja aku milih di situ soalnya karena selain memang letaknya deket sama kontrakanku, di situ juga cenderung sepi. Kalo mau ke Hoka Hoka Bento atau Bebaqaran atau Waroeng Steak atau malah Pizza Hut sebenernya aku juga bisa. Cuma saja 4 tempat terakhir itu biasanya rame. Aku nggak mau privasiku jadi terganggu dan jadi pusat perhatian publik gara-gara ribut dan membuat ulah di sana. Bisa-bisa aku diusir gara-gara dianggap mengganggu ketenangan tamu-tamu yang lain π
Alhamdulillah ketika nyampe di TKP sekitaran jam setengah 8 malam, konsumen yang ada di situ cuma rombonganku. Meskipun begitu, menu pizza yang ada dengan ukuran large cuma tinggal 10 biji. Tanpa banyak pertimbangan kusikat semuanya, nggak peduli kalo sebentar lagi ada konsumen lain yang datang yang harus menerima kenyataan kehabisan pizza ukuran besar dengan kecewa. Alhamdulillah lagi, ternyata sehabis itu memang tidak ada konsumen lain yang datang. Jadilah aku dan 20-an temanku bisa makan dengan hati riang.
Rumah Pizza ini sebenarnya cukup menyenangkan buat pemakan pizza macam aku. Cuma saja entah kenapa setiap ke situ tempatnya nggak pernah rame. Selalu relatif sepi. Padahal menurutku pizzanya juga enak meskipun memang kualitasnya masih beda sama Pizza Hut. Bedanya mungkin gara-gara kualitas bahan yang dipakenya. Kayaknya Rumah Pizza ini make bahan dari yang harganya lebih murah dan kualitasnya sedikit di bawah. Karena itu juga harganya bisa dibikin lebih murah. Nyaris sampe hampir setengahnya harga pizza di Pizza Hut.
Kalo ngeliat pizzanya sendiri, sih, sekilas modelnya mirip sama pizza-pizza standar di Pizza Hut. Nggak heran, soale waktu aku ngobrol sama masnya yang punya, doi bilang kalo doi dulunya memang mantan tukang masak di Pizza Hut. Setelah merasa agak kaya, akhirnya dia memutuskan buat buka warung pizza sendiri.
Cuma saja, oven pizza yang ada di situ kayaknya masih dikit. Aku sempat harus menunggu berlama-lama sampai akhirnya pizza yang kami pesan diantarkan 2 demi 2. Selalu ada jeda yang lumayan lama antara 2 loyang sebelumnya dan setelahnya. Ini sejujurnya agak mengganggu. Rasanya nggak nyaman kalo lagi makan tapi harus berhenti di tengah jalan π
Yang agak mengecewakan juga, beberapa menu tambahan yang biasanya kupesan kalo ke situ, kemarin malam dicoret dari daftar. Tidak ada lagi spaghetti dan lasagna. Yang masih bertahan bertahan bisa dipesan cuma tinggal fettucini sama calzone.
Overall, tempat ini sebenernya enak juga buat makan pizza asal kokinya bisa menjaga kualitas ideal pizza bikinannya. Yang bikin nilai tempat ini jadi terasa kurang, sih, cuma stok bahan pizzanya terkadang bisa sangat terbatas, terutama buat yang ukuran besar. Terus juga, kadang-kadang pula pizza yang disajikan matangnya kurang merata. Tapi buat tanggal 29 Mei kemarin ini aku tidaklah terlalu kecewa. Yeah, soalnya ternyata aku juga dapat kado sebotol Polo Sport dari Mada, sebiji helm dari Nadia, dan 1 set kartu remi bergambar wayang dari adikku sendiri.
Kampret juga mantan-mantan pacarku yang lain. Terkutuklah mereka karena tidak memberi aku kado ulang tahun!
Tahun depan Mas Joe harus nraktir saya!
eh, saia spesial donk…
nggak ultah, tapi ditraktir trus 5 hari!
>:)
*eh?*
Bisa ne acara 29 Mei di posting 29 September….
*gagal dapet pretamax…
sedih
Kimi:::
kamu kan ga boleh nerusin s2 di ugm… π
GadisPucat:::
nganu…anggap sahaja itu budget yang teralihkan. jadi jangan ge-er!
chiell:::
saya lupa, chiell. jebul review ini masih nyempil di draft saya. nggak jadi diposting rasanya sayang aja. bisa-bisa saya ndak jadi pamer dapat kado dari cewek senilai total nyaris 1 juta rupiah kurang 3 ratus ribu π
wuaah nraktir 20 orang juga nggak bangkrut ya karena harganya murah murah π