Sudah lama ndak nulis yang nyerempet-nyerempet bab agama, kayaknya
Ole!
Jadi mari kita mulai sahaja π
Jadi begini, John. Berawal dari tulisannya Kopral Bambang Soebiawak, yang nyentil tentang polemik – lagi-lagi – seputar khilafah, yeah, ingatanku kayak dikembalikan ke kenangan lama, saat di mana aku sering (kelihatan) menolak konsep khilafah, seperti penilaian yang diungkapkan sama para homo sapiens yang menilaiku demikian.
Dan kelanjutan dari tulisannya Kopral Bambang itu, aku pun meluncur ke tempat kejadian perkaranya: Politikana.com untuk mendapati tulisan-tulisan baik yang pro ataupun kontra terhadap khilafah.
Sikapku sendiri?
Masih tetap kayak kemarin-kemarin, sodara-sodara: aku tidak menganggap konsep khilafah ala Islam cocok untuk diterapkan di Endonesa, at least untuk 29 tahun ke depan. Kenapa 29? Simpel. Aku suka angka itu. Itu tanggal lahirku
Kenapa?
Ini pertanyaan yang jawabannya gampang banget, kok. Jadi kenapa masih bertanya “kenapa”?
Tapi oke, manusia Endonesa adalah makhluk yang selalu pengen tahu urusan makhluk lainnya. Aku tahu tentang hal itu, kok. Aku sadar sepenuhnya. Liat aja di tipi-tipi, ada banyak acara infotainment, kan?
Jadi kenapa?
Simpel! Kalo sampeyan yang bertanya adalah orang Islam, bagaimana perasaan sampeyan sendiri kalo tiba-tiba di kampus sampeyan ada selebaran yang menyatakan bahwa sistem pemerintahan yang paling tepat untuk memimpin negara ini adalah sistem yang berasal dari ajaran agama XXX? Atau agama YYY? Atau agama ZZZ? Atau, yah pokoknya ajaran agama yang bukan agama Islam, dah!
Menolak statement macam gitu?
Wajar. Itu malah jawaban bagus, kok. Siapa juga yang mau kehidupan bermasyarakatnya diatur sama ajaran agama yang tidak dianutnya? Kita sudah memeluk agama yang paling mutlak kebenarannya dunia-akhirat, kok, ya masih disuruh-suruh buat njalanin ajaran agama lain? Memangnya apa agama kita sendiri itu ndak sempurna, po? Kok, masih ditambah-tambah segala? Gembel! Minta dibacok? π
Yeah, para juru kampanye dari agama XXX itu boleh aja m’bull-shit tentang paedah dan mangpa’at positif dari sistem pemerintahan ala agamanya. Tapi, prek su! Itu ajaran agama mereka, bukan ajaran agama kita. Berani betul, sih, merasa ajaran agamanya superior atas ajaran agama kita padahal agamanya adalah agama sesat kuadrat? Ndak percaya agama mereka sesat kuadrat (atau malah pangkat 3)? Kalo ndak percaya silakan buka kitab suci kita!
Jadi jelas, kan, pendapatku? Jangankan ketika sudah diimplementasikan, wong baru diwacanakan aja khilafah sudah banyak menuai protes, kok. Apa yang model kayak gitu masih tetep mau dilanjutkan? Masih tetep mau nyari-nyari masalah?
Makanya lain kali belajar dululah seputaran cara kampanye agama. Sadari dulu bagaimana reaksi umum dari makhluk yang disebut manusia (Endonesa) itu kalo untuk urusan macam begini. Kalo sudah paham betul barulah susun strateginya. Jangan ngeyel make model kampanye yang memposisikan ajaran agama lain keliatan inferior dibanding ajaran agama ente. Daripada terus-terusan melakukan kampanye khilafah yang bakal ditolak terus kayak sekarang ini, mending sampeyan mikir dulu gimana caranya supaya ketika mewacanakannya pun opini sampeyan nggak bakal ditolak dan terkesan nyari masalah. Caranya? Monggo dipikir sendiri. Soale sampai sekarang aku sendiri belum nemu metode yang efektif (makanya aku nggak hobi mewacanakan sistem khilafah ini kepada mereka yang kebetulan nggak seagama sama aku).
Masih mau nanya, aku ini Islam atau bukan? Kalo Islam kenapa malah mengendorkan semangat juang para pendukung sistem Islam itu sendiri, tho? Nggak sadar tuntunan agama, po?
Kolom agama di katepeku memang tertulis Islam, kok. Tapi yang kutulis di atas itu cuma supaya agamaku nggak terkesan nggak bisa membuat nyaman orang-orang di sekitarnya. Sampai sekarang aku masih hobi menggoblok-goblokkan orang yang hobi bikin kampanye khilafah dengan cara-cara bego itu π
Sampeyan boleh saja berkeyakinan bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Tapi nggak perlu sampai harus menunjukkan ke orang-orang yang tidak seagama dengan sampeyan tentang hal itu, apalagi mengampanyekannya di forum yang majemuk, misalnya kampus. Yang model gitu cuma bikin eneg aja.
Jadi kesimpulannya, untuk saat ini wacana tentang khilafah masih belum bisa menjawab problem kemajemukan bangsa di Endonesa ini. Tapi aku nggak ngelarang sampeyan-sampeyan yang kepengen sistem khilafah tegak di Endonesa ini untuk bermimpi. Silakan saja. Dalam kasus egoku sebagai orang (yang ngaku) Islam, aku sendiri juga penasaran tentang hal itu, kok.
Perkaranya, khilafah secara riil cuma bisa berdiri kalo masalah kemajemukan bangsa ini sudah teratasi. Selama itu belum teratasi, ditambah model kampanye dan promosi yang buruk, ya itu sama aja dengan nyari penyakit. Dan tindakan apapun yang dilakukan sama oknum pemeluk agama Islam yang mengesankan kalo agama Islam ini adalah agama yang hobi nyari penyakit, ya sampai kapanpun – maap-maap sahaja – model kampanye ala kalian bakal kutolak habis-habisan. Amin!
-D-:::
oke, oke, mas den π
eh, bener mas den, kan?
wawansyah17:::
waalaikumsalam,
sebelumnya mohon maaf, mas. komentar anda adalah tentang kondisi ideal, dan sebenernya saya nggak mbahas tentang kondisi ideal (yang sudah kita imani bersama). tulisan saya di atas lebih pada bagaimana proses edukasi yang seharusnya untuk menghadapi segala hal di kondisi riilnya.
lebih khususnya mungkin bisa di tulisan saya yang lebih baru daripada yang di atas itu π
Untuk menghadapi kondisi riil yg harus dibenahi ya pemahamannya dulu mengenai khilafah. Kalau menyalahi nash Al Qur’an dan Sunnah, sudah pasti akan menambah polemik bagi Umat Islam.
Wassalam…
lho, memang itu yang saya tulis. benahi dulu pemahamannya. pertama ya tentang konsep khilafahnya sendiri, terus juga tentang strategi proses edukasinya ke masyarakat π
pemahaman pribadinya akan khilafah sudah mumpuni pun, kalo pemahaman tentang konsep pemasarannya ke masyarakat masih butut ya hasilnya mentok kayak kondisi riil yang saya lukiskan di atas
Ma’af Agama bukan barang dagangan Bung, jadi tidak ada istilah pemasarannya ke masyarakat…
Emangnya Agama itu barang dagangan githu?…
saya bicara tentang analogi, kok π
saya analogikan strategi proses edukasi tentang khilafah sama dengan strategi pemasaran π
tulisan saya yang satunya sudah dibaca juga, belum?
ASSALAMUALAIKUM WR WR. . .
Saya cuma ingin mendoakan saja semoga orang yang mendukung khilafah dan tidak mendukung “sama-sama muslim” semoga ALLAH membalas perlakuan kalian karena jika menanam pasti akan menuai, saya juga pro ke khilafah karena memang Islamlah solusinya yang terbukti 13 abad lamanya, dan bagi kita semua mari kita sama-sama bercermin apakah kita sudah melaksanakan islam secara kaffa, kalo belum ya kita benahi mulai dari syahadat, shalat maupun semua yang berhubungan dengan syariah islam karena siap ato tidak khilafah adalah janji ALLAH yang pasti jadi mari kita buka pikiran dan ingat musuh islam adalah yahudi dan nasrani tapi ingat islam mengajarkan kita tetap menyayangi mereka karena kalo di dalam hidup orangnya islam semua pasti akan damai tapi ya pasti ada orang yang tidak dukung islam meski bukan orang islam yang menyebabkan ummah terpecah belah, oleh karena itu galang ukhuwah terapkan syariah dan khilafah, karena ALLAH tidak akan mengubah suatu kaum jika kaum itu sendiri tidak mau merubahnya jadi berfikir positive dan bersyukurlah kepada ALLAH karena kita diberi hidayah berupa islam dan InsyaAllAH khilafah pasti tegak.
bersatulah wahai umat muslim dengan satu bendera yaitu bendera ARRayah dan ALliwa. . .agar semua umat agama tentram dinaungan khilafah islamiyah. . .
Wassalamualaikum WR WB
kayanya ngga perlu kasar gitu deh kalo ngga setuju, karena anda juga ngga suka kalau apa yang anda sukai ditanggapi orang dengan kasar
Hamba ALLAH:::
sama-sama π
rahmi:::
errr…kata-kata saya yang mana yang dianggap kasar? bisa tunjukkan? nanti kalo memang ada yang kasar saya koreksi lagi, deh π
tidak ada ajaran Khilafah dalam Islam..
yu kita belajar sejarah kembali.. jika memang Islam tidak mengajarkan tentang Khilafah (negara Islam), lalu kenapa Rasullullah SAW di Madinah membentuk sebuah negara Islam?? hayo knp π
Pluraritas adalah fakta dan itu tidak dinafikan oleh Islam dan Rasul pembawa risalahnya. Apakah saudara yang berkoar dan mem-bullshit-kan upaya-upaya menjadikan Islam rahmatan lil ‘Alamin sudah faham tentang Islam dan aturan yang Agung tentang pluralitas. Kalo belum, sebaiknya baca dan kajilah terlebih dahulu jangan sampai umat Islam justru yang tidak tahu dibanding dengan orang luar Islam yang mengkaji. Satu hal, fenomena pros/cons adalah hal biasa dalam kehidupan, dan hanya orang yang belum fahamlah yang bimbang/minder HANYA karena ada yang cons dengan konsep yang kita anut.
heru:::
sebentar…ini kalimatnya perlu diperjelas lagi konteksnya biar saya ndak salah paham π
topan:::
negara islam dan negara yg kebetulan dipimpin oleh pembawa risalah islam saya pikir adalah 2 hal yg berbeda. tapi apapun itu, sebenernya bukan itu pokok bahasan tulisan saya π
Belajar Yuk !:::
tulisan saya bisa dibaca sekali lagi?
Wah, kalo saya sekarang sih nggak berharap khilafah Islam itu ujug-ujug ada begitu saja. Bisa jadi sesuatu yang buruk itu.
Cuman, secara pribadi saya nggak nyaman dengan RI yang sekarang. Walaupun mempunyai kebebasan yang luar biasa untuk menjalankan agama masing-masing, tetap saja itu di ranah privat, belum sampe ke ranah publik.
Saya sih pengennya, uang Endonesia itu bener-bener bersih dari riba. Saya pengennya, pembangunan didanai bukan dari dana riba. Itu cuma keinginan pribadi saya, agar saya bisa menjalankan agama saya dengan paripurna.
Oleh karena itu, bagaimana kalo dibikin kesepakatan saja, bahwa kemerdekaan untuk membuat hukum, itu lebih diperluas lagi untuk masing-masing agama? Jadi, nanti MUI menentukan sendiri pidana untuk orang Islam, PGI dan KWI juga boleh bikin sendiri, begitu juga Walubi atau PHDI.
Kalo gitu khan enak harusnya? Masing-masing umat dapat menikmati kedaulatan hukumnya sendiri-sendiri, tanpa harus merasa terganggu dengan umat beragama lain.
Cuman, harus tetep ada hukum nasional. Biar sepakat kalo yang namanya lampu merah itu berhenti. Supaya faham, kalo kita punya KTP itu satu. Supaya tahu, kalo punya tanah ngurus aktenya jelas. Juga, supaya tahu, gimana nyelesaiin urusan dengan orang yang berbeda agama.
orang yang yang punya blog ini masih hidup nggak ya?
wijaya:::
nah, ngono yo iso dijajal
Sholeh Kifahul Islam:::
ya, saya. kenapa?