Balas dendam itu tidak baik. Konon, sih, begitu. Tapi meskipun sudah dikasih tau kalau itu nggak baik, aku ini tetap saja seorang natural born pendendam. Susah ngilanginnya. Parahnya lagi, aku ini termasuk jenis pendendam yang suka membalas dengan bunganya sekaligus. Kadang bunganya bisa cuma 0,09%, atau kutambahi 100%, atau bahkan kuikhlasin 400%. Nggak ada pedoman pasti untuk itu. Yang jelas rasanya hepi aja kalau ngeliat orang yang berlaku sompret sama aku lalu merangkak-merangkak penuh derita.
Jahat ya?
Lha, salahnya juga dia jahat duluan sama aku π
Yang lainnya lagi, aku ini nggak suka dituduh. Beberapa sejawat yang suka nongkrong bareng aku pastilah sudah hafal kalau aku ini suka mewujudkan beberapa tuduhan semprul dari orang, dan aku menganggapnya itu adalah bentuk kebaikan serta kasih-sayangku terhadap sesama umat manusia. Ya daripada jadi fitnah? Kasian, kan, penuduhku kalau dia sampai kecatat sebagai tukang fitnah gara-gara tuduhan ngawurnya ke aku?
Misalnya, kalau ada seorang tembelek bebek yang nuduh aku coba-coba menggoda gadisnya, seandainya aku tadinya nggak melakukan itu, demi memuaskan tuduhan si tembelek bebek ini, sejak saat itu aku akan berusaha mendekati ceweknya. Semacam itulah. Makanya…besok-besok sampeyan jangan suka nuduh aku yang aneh-aneh, apalagi tanpa konfirmasi dan klarifikasi dulu sebelumnya, atau aku bakal menghalangi sampeyan dari siksa keji api neraka gara-gara sudah memfitnahku.
Dan kapan hari kemarin aku heran sama sejawat yang sekonyong-konyong menuduhku sebagai seonggok makhluk snob gara-gara perkara sepele. “Kamu kenapa, sih, sampai unfollow Twitter-ku segala?” tanyanya.
Sebelumnya kami memang sempat debat – sampai masing-masing dari kami hampir saja jadi kusir – tentang sebuah problematika khas remaja. Tapi aku juga nggak nyangka, kok ya dia tau juga kalau aku unfollow Twitter-nya? Ah, semprul π
Jadi kujawab saja, “Lha yang mulai duluan unfollow aku di Instagram siapa? Sana follow aku lagi. Habis itu kufollow Twitter-mu lagi.”
Dia nggak merespon omonganku berpanjang-lebar lagi. Tapi habis itu ada notifikasi di hapeku, ada follower baru di Instagram-ku. Dia.
Yeah, ternyata manusia seringnya berlaku lebih buruk dari seorang pendendam. Melakukan sesuatu ke orang lain tapi nggak terima kalau beliaunya diperlakukan dengan cara yang sama. Sudah begitu sok-sok’an pura-pura lupa pula perkara siapa yang memulai pertama.
Lebih buruk menurut siapa? Tentu saja menurutku, yeeeeeeeee… π
Wah… kalo ke aku dendam apa kamu mas Joe??
aku susah e dendam sama yang namanya dian, apalagi dian sastrowardoyo
Syukurlah..
Tunggu yaaaa aku pasti balas dendam.
Sekarang konsep pertemanan itu, unfollow lebih kejam daripada bilang “udah kita ga temenan lagi” #Flashback ke tahun 1998 wahaha