Tidak Tahu Harus Minta Apa?

Ya Rabb, ya Tuhan semesta alam, sesungguhnya hamba ini sedang bingung. Bingung karena nggak tau kelakuan hamba yang berikut ini bakal dikategorikan congkak binti arogan atau tidak. Kelakuan hamba ini seputar permintaan-permintaan dan harapan yang lazimnya dilakukan di setiap awal tahun. Wa bil khusus awal tahun 2017 ini.

Jadi begini, ya Rabb… Demi Kamu-sendiri, ya Tuhan, hamba bingung harus minta apalagi ke hadiratMu. Bukan apa-apa…hamba cuma merasa semua yang Kamu kasih sudah sangat cukup, bahkan cenderung berlebih.

Kesehatan? Hamba sudah sangat bersyukur dengan kesehatan hamba, jarang sakit, paling cuma umbel meler-meler sedikit sama sakit leher yang hamba sudah kulina sejak jaman esema. Jadi ya bukan dianggap penderitaan lagilah saking sudah terbiasanya.

Harta? Mau apalagi? Tempat tinggal ada. Ngontrak, sih. Tapi yang nggak ngontrak, kan, juga sudah ada meskipun rada jauh dari kantor, makanya kemudian hamba pilih ngontrak rumah. Hamba juga masih bisa ajojing dan berfoya-foya saban weekend. Memang kadang masih suka ngutang ke teman, sih, terutama kalau pas nggak bawa duit cash dan malas ke ATM. Tapi ya intinya hamba masih bisa makan dan nggak kelaparan, kecuali pas sok-sok’an diet.

Kendaraan? Motor cap Suzuki Shogun ada. Toyota Corolla KE-30 malah nongkrong di rumah tanpa pernah hamba pakai sama sekali. Bukan nggak bersyukur. Nggak beranilah hamba kalau sampai kayak gitu. Hamba cuma masih kagok aja kalau harus nyetir mobil.

Kepintaran? Sudah cukup. Sangat cukup. Eh, atau malah berlebih sekali ya? Hamba sudah lama membuang mimpi hamba untuk bisa sekolah di luar negeri yang sekarang ini malah Kamu kasih. Dibayarin pakai duit Bank Dunia pula. Saban diingat rasanya gemetar sendiri. Apalagi pas kemarin di kelas, Pak Pennington, dosen hamba, malah ngritik performa website kampus hamba. “Masak master course buat e-Business Management terbaik sedunia, landing page-nya cuma kayak gini?” demikian katanya.

Eh, terbaik sedunia? Hamba nggak percaya sampai hamba nanya ke Nina, teman di bangku sebelah. “Memang iya, ada datanya, kok,” jawabnya.

Ah, mungkin maksudnya cuma salah satu dari sekian kampus bagus. Hamba toh sampai sekarang belum ngecek sendiri kebenarannya. Dulu pas ndaftar juga cuma asal ke kampus top-sekian. Yang penting reputasinya lebih bagus dari kampus hamba sebelumnya. Lagipula kalaupun cuma sekadar kesempatan buat kuliah di luar negeri, itupun sudah berlebihan sekali.

Jadi hamba bingung mau minta apa lagi? Semuanya sudah Kamu kasih, cukup atau malah masih bisa dipertimbangkan untuk dapat penilaian kalau ini berlebihan sekali. Beyond my expectation, o Lord.

Sampai kemarin malam. ya Rabb.

Manusia ini memang nggak ada puasnya. Maka kalau Kamu menyukai hambaMu yang meminta, supaya lebih disukai lagi, hamba minta 1 hal lagi: Jadikan hamba manusia implementatif yang bisa melakukan dan memanfaatkan apa-apa yang sudah Kamu kasih selama ini dengan tepat, jitu, serta terpadu, ya Tuhan. Hamba rasa hamba tak butuh jadi yang terbaik dalam segala hal, karena toh menjadi tanpa tanding itu rasanya kesepian. Yang hamba butuhkan cukup jadikan hamba manusia yang implementatif pada setiap konteks hidup.

Demikian proposal permohonan ini hamba buat. Besar kiranya semoga Dikau mengabulkan permohonan hamba ini, ya Rabb. Amen to that!


Facebook comments:

6 Comments

So, what do you think?