Menyambung tali silaturahmi tulisanku kemarin tentang undangan pernikahan via Fesbuk dan brotkesan dari instant messaging, setelah melewati perenungan lebih dalam, ternyata undangan jenis demikian memang termasuk jenis undangan yang tiada sensitif sama perasaan orang.
Bayangkeun, gara-gara kita punya mantan pacar nan pemalas tapi kita masih cinta (cieee…cinta. Mamam tuh cinta!) dan kepengen balikan, suatu saat kita dikirimin undangan nikahnya, apa ndak hancur perasaan kita?
Hancurnya dobel-dobel pulak! Sudah harapan kita buat balikan menguap begitu saja, ealah…kitanya juga masih harus menghadapi fakta bahwa di matanya kenangan saat bersama kita tidaklah terlalu istimewa. Buktinya kita cuma kebagian undangan massal hasil select all. Jangankan hardcopy undangan resmi, SMS personal pun kita tiada diberi. Gembus gembelus lojonicus berculae-lah!
Sakit?
Jangan khawatir, aku tau gimana rasanya, kok. Situ nggak sendirian. Aku juga pernah. Istilah londonya: been there, done that, got the t-shirt.
Memang kampret mantan pacar kita itu. Sungguh, beliau betul-betul makhluk yang tak berperasaan; tidak peduli kita di sini bakal meraung kesal, menjerit menyayat hati. Baginya, apa yang kita rasakan, ya peduli setan.
Maka setelah mengadakan surpei (baca: survey, bego!) kecil-kecilan di kalangan teman sendiri, ada beberapa tips dari mereka tentang hal-hal yang bisa dilakukan untuk melampiaskan perasaan kita:
1. Melatih Otot
Susah tidur gara-gara mantan pacar besoknya mau ijab kabul? Cobalah tips dari Mas K berikut ini: push-up dan sit-up sampai capek.
Dengan begitu kita bisa lemes kecapekan, kemudian mau nggak mau kita bakal tertidur dengan sendirinya. Sisi positifnya, jika kita susah tidur sejak 2 minggu sebelum hari H, lengan kita bakal terlatih, otot-ototnya kencang bin ndak menggelambir. Yang kedua, lemak di perut pun menghilang. Kita pun bakal siap kalo ternyata besok-besok kita ditawarin buat ikutan casting sekuelnya “The Raid”. “The Raid” yang film itu, maksudku. Bukan yang aerosol.
Catatan tambahan: Kisah Mas K ini lumayan bikin menitikkan air mata, lho. Saat mengetahui mantan pacarnya mau nikah, karena harus melanjutkan studinya ke Amerika, Mas K tidak bisa datang ke pernikahannya Mbak Mantan. Mas K lalu memutuskan memberikan kado pernikahan untuk si Mbak sebelum hari H saja.
Tapi apa lacur, sampai rumah Mbak Mantan, Mas K malah ketemu sama mantan calon bapak mertuanya. Gomblisnya, Mas K ini malah disuruh pulang. Kedatangannya tidak diterima, kadonya ditolak. Mas K ditengarai cuma mau cari perkara saja sama si mantan calon bapak mertuanya. Sedih ya? Iya.
2. Mencicipi Kearifan Lokal
Sedang dinas ke luar daerah, sendirian, tanpa teman, lalu tiba-tiba ada pemberitahuan kalau mantan pacar mau nikah? Bingung mencari pelampiasan? Tirulah Mas A.
Mas A waktu itu sedang ditugaskan sama pabrik tempat kerjanya buat dinas ke Denpasar ketika kasih tak sampainya sejak esema tau-tau menghubunginya. Tentu Mas A girap-girap kesenangan.
Sayangnya sejurus kemudian, elhadalah…si Mbak cuma mau ngasih kabar kalau dia mau nikah. Si Mbak cuma pengen tau alamat domisilinya Mas A yang sekarang buat dikirimin undangan manten (alhamdulillah ini hardcopy, bukan jenis undangan massal).
Kelanjutannya bisa ditebak. Mau mewek tentunya kok ya kesannya nggak jantan. Lanang kok nangisan? Malulah sama dunia, apalagi Mas A ini sewaktu esema dikenal sebagai jagoan berantem. Dinginnya lantai di balik jeruji besi pun sempat beberapa jam dia cicipi. Nangis? Sori-sori-sori, Jek-lah yaw…
Tanpa teman Mas A memutuskan menyapa satpam di hotel tempatnya menginap. Dia berucap, “Mas, di sini tempat jual arak Bali yang paling dekat ada di mana?”
Bapak Satpam ramah menjawab, “Oh, ada, Mas. Mari saya antar.” Kemudian berboncenganlah mereka berdua di motor Pak Satpam buat mencicipi kearifan lokal ala Denpasar.
Hikmah positifnya, setelah arak terbeli, Mas A membaginya dengan si Pak Satpam. Sensasi kearifan lokal terasakan, Mas A pun bertambah teman. Ya, si Bapak Satpam itu tadi, yang kemudian jadi teman minumnya.
3. Menjajal Kesaktian Tanpa Harus Menambah Lawan
Dalam keadaan kesal bisa dimaklumi kalo lakik itu cenderung ingin melampiaskan segala sesuatunya dengan jalan kekerasan. Salah-satunya ya Mas J ini.
Begitu tau mantan pacarnya bakal digagahi lelaki lain, Mas J kontan meradang. Tapi untung akal warasnya masih dominan. Mas J ini cuma seorang mahasiswa perantauan. Cari perkara di kandang orang salah-salah Mas J bisa-bisa pulang cuma tinggal nama. Gelar sarjana urung didapat, eh, gelar almarhum yang malahan justru tersemat.
Maka Mas J mencari benda diam yang tak bisa melawan. Dan ketemu! Tembok kamar dihajarnya habis-habisan. Jab, straight, hook, sampai uppercut yang dipelajarinya dari komik tinju sebangsa “Ashita no Joe” diobral berangasan. Cat tembok kamar pun mengelupas berjatuhan. Kulit kepalan juga lecet. Darah mulai keluar.
Nggak sakit?
“Nggak. Nggak kerasa,” kata Mas J. “Soalnya yang di dalam sini justru jauh lebih sakit,” imbuhnya sambil menunjuk dadanya.
Catatan tambahan: Mas J itu aku. Sudah. Cukup. Catatan tambahannya cukup sekian saja.
4. Angkat Sekali Lagi Kalengmu, Kawan
Cewek terkadang memang nggak berperasaan, seperti yang terjadi pada kisah asmara Mas U.
Sewaktu tahun pertama kuliahnya, Mas U sempat punya pacar. Tapi sayang, kisah kasih mereka tidaklah bertahan lama. Pacar Mas U merasa Mas U tidaklah memberikan perhatian selayaknya seorang pacar. Jangankan telepon-teleponan menjelang bobo’, bahkan SMS pun Mas U dinilai jarang.
Padahal ini bukanlah tanpa alasan. Mas U waktu itu memang mahasiswa pas-pasan. Pulsa di hapenya tidaklah selalu tersedia. Bagaimana mau tersedia, dari penampilan sehari-harinya pun seharusnya si Mbak bisa memaklumi: Mas U selalu terlihat nelangsa. Jaketnya bolong, kemejanya kusam, kaos yang dipakainya dolan di luar jam kuliah pun cuma itu-itu saja.
Seharusnya si Mbak maklum, kan? Tapi itu tidak terjadi.
Mas U diputus secara sepihak, tanpa perundingan, tanpa konferensi meja bundar. Bahkan setelah pemecatan sepihak itu, Mas U juga tidak menerima pesangon.
Tapi Mas U tabah. Dia menerima semuanya dengan ikhlas sebagai sebuah ujian Illahi untuk menempa mentalnya. Kesabarannya kontan terbayar.
Sekarang Mas U sudah kaya. Karirnya tidaklah memalukan almamaternya yang konon nomer 1 di Endonesa itu. Sebagai seorang programmer bahasa Jawa (baca: Java, dong, ah) Mas U bergelimang harta. Tapi apalah artinya bergelimang harta jika hidup berlangsung tanpa cinta?
Sayangnya untung tak dapat diraih, malang tak kena ditolak, malapetaka itu ternyata tetap datang! Mantan pacar Mas U memutuskan menikah dengan pria lain. Kandas sudah cita-cita Mas U membina mahligai rumah-tangga bersama gadis yang selalu mengisi mimpi basahnya. Mas U patah hati meskipun selalu berusaha ditutupi dengan tawanya ke mana-mana.
Teman-temannya segera dikumpulkan. Ngumpul dengan teman memang salah-satu obat yang mujarab. Dengan teman sejati kita bisa melupakan sakit hati. Di sebuah warung kopi teman-temannya berkumpul datang, Mas U menyusul kemudian sambil tasnya dipenuhi kalengan Heineken dingin, sajian untuk mereka yang berbaik hati menemaninya melewati malam.
5. Menulis
Di antara 5 tips yang ada mungkin inilah tips yang paling positif: menulislah. Tulislah semua kekesalan sampeyan. Lampiaskan. Konon, saat sakit cinta semua orang bisa jadi pujangga.
Inilah yang dilakukan Mas C, seorang kolumnis andalan sebuah situs portal IT di negeri ini. Memang dasarnya jagoan merangkai kata, Mas C melampiaskan perasaannya lewat tulisan.
Di kalangan sejawat kampusnya, kisah cinta Mas C ini terbilang yang paling mentereng. Saat Endonesa belum menderita demam Korea, jauh-jauh tempo sebelumnya Mas C sudah menjalin asrama, eh, asmara dengan gadis negeri ginseng sana lewat sebuah program pertukaran satwa mahasiswa.
Tapi namanya saja hubungan model LDR alias Long Distance Relationship, ya LDR itu kemudian berlangsung sesuai dengan kepanjangannya yang lain: Lalu Ditinggal Rabi.
Pelampiasannya? Mas C jadi produktif. Beberapa cerpen dituliskannya, beberapa puisi dihasilkannya. Kemampuan menulisnya justru terasah lewat serangkaian pelampiasannya. Imbasnya, Mas C semakin diandalkan di tempatnya mencari nafkah sebagai kuli tinta.
Tips dariku buat yang pengen meniru apa yang dilakukan Mas C ini sederhana: jika menulis, menulislah dengan tidak menempatkan diri Anda sebagai lakon penderita. Jangan pula menuliskan ratapan asal-asalan di jejaring social media. Itu bahaya.
Kenapa bahaya? Karena jika Anda nekad melakukan hal demikian, ya siap-siap cap sebagai cowok cengeng melekat erat di imej sampeyan. Itu tidak bagus. Itu sama saja menutup kesempatan sampeyan untuk membina hubungan baru dengan betina lainnya. Siapa, sih, wanita waras yang mau kehidupan rumah-tangganya diimami oleh seorang lelaki cengeng?
Maka tulislah perasaan kalian itu sambil dikamuflasekan. Ejawantahkan kisah kalian itu pada diri seorang tokoh rekaan yang kalian tuliskan. Dengan begitu siapa tahu saja ada gadis khilaf yang terpesona dan terharu dengan kisah Anda. “Wah, penulisnya romantis sekali. Aku suka,” komentar sang gadis. Dengan begitu imej cengeng bisa kalian hindarkan sekaligus kesan romantis bisa sampeyan dapatkan.
Cengeng dan romantis adalah 2 hal yang berbeda. Lihat saja Giacomo Casanova dan tulisan-tulisan di memoarnya. Dan normalnya, wanita bisa membedakan 2 hal tersebut pula. Ini modal bagus. Modal bagus buat sampeyan melanjutkan aksi kibul-kibul sampeyan kepada anak gadis orang yang lainnya.
Akhir cerita, dipamungkasi dengan kisah Mas C di atas barusan, berakhir pulalah pertemuan kita pada kesempatan hari ini. Semoga 5 kelakuan di atas bisa menginspirasi dan menemani hari-hari patah hati kalian semua, sidang pembaca yang terhormat. Sebagai penutup, bolehlah kiranya penulis bersabda seperti kata-kata dari Jhonny Iskandar berikut ini:
Patah hati bukan sifatnya lelaki
Apalagi sampai nekad bunuh diri
Putus cinta itu soal yang biasa
Aku tak putus asa
Jadi ingat Joni Iskandar baca epilog artikel ini π *Salam kenal dari Bandung*
salam kenal juga dari jokja, eh dari jakarta, eh dari jokja, eh…aduh, domisili saya ini di mana, sih, sebenernya?
baiklah, salam dari denpasar sahaja
Mas A: Anindito
Mas J: Joe
Mas K: Koro
Mas C: Catrianto
Mas U: Uaskoro
*maksa*
yayaya, semuanya memang sayalah pelakunya. beginilah nasib kalo kebanyakan mantan pacar…
kamu ditinggal sama mantanmu yang mana lagi Joe?
*pukpuk dari jauh*
anu…yang di atas itu cerita saya jaman dulu kok, mbak. i’m good…i’m good
“Patah hati bukan sifatnya lelaki
Apalagi sampai nekad bunuh diri
Putus cinta itu soal yang biasa
Aku tak putus asa”
suka banget deh sama quote ini..
lanjutan quotenya juga kere…aeh, keren, kok
Waduh… Kasian ya tu tembok dipukulin. Pernah coba mukul kaca gak? Sumpe… Tu lebih cetarrrr membahana.
O ya, hainekken? Gak pilih calsberg aja? Yakin cuma hainekken kalengan?
Quote terakhirnya? Lumayan… Dah seminggu terakhir tu quote maen2 di kepalaku. Tapi lupa tu quote ternyata punya-nya jhony iskandar.
silakan tanya sama Mas U jikalau tiada percaya
perkara kaca, saya tiadalah sebodoh kawan esema saya yang setelah putus bercinta lengannya dijahit di rumah sakit
ceileh! mantap kali puisi yang terakhir mas Joe! memang dirimu benar-benar pejuang cinta sejati, hahaha.
eh, coba dikirim tulisan ini ke malesbanget.com deh, kayaknya mewakili jutaan perasaan pria di nusantara ini yang ditinggal nikah mbak mantan π
ah, jangan…tips dari saya belum cukup norak buat dimasukin ke mbdc, oom