Suatu malam dengan gerimisnya, di daerah Maguwo, Jokja, berkumpullah 3 orang pria butut plus 1 bujangan tampan. Bujangan tampannya sudah jelas itu aku, sementara 3 begundal lainnya cukuplah kita kenal sebagai Saber, Joseph, dan Ucup (bukan nama sebenarnya, karena di akte kelahiran mereka tidak pernah terketik nama-nama tersebut. Nama-nama yang barusan itu hanyalah panggilan mesra dari lingkungan di sekitarnya).
Berbicara tentang Joseph dan Ucup, aku sempat heran… Heran betapa diskriminasi sosial atas sebuah nama bisa sebegitu kuat melekat imejnya. Bayangkan tentang Joseph. Ketika membaca nama yang seperti itu, apa yang terlintas di benak sampeyan? Lalu bayangkan pula tentang Ucup. Sekarang apa yang ente pikirkan?
Padahal, baik nama Joseph ataupun Ucup, dua-duanya boleh dibilang mengacu pada 1 orang: Yusuf, Nabi – utusan Tuhan – yang ketampanannya membuatku terpaksa mengimani kalau Gusti Allah itu memang sempat menciptakan makhluk yang lebih unggul dariku dalam masalah adu ganteng-gantengan. Karenanya aku ndak berhak mengklaim diri sebagai makhluk Tuhan yang paling tampan.
Tapi apa yang terjadi di masyarakat perkara sentimen perbedaan 2 pengucapan nama tersebut?
Ah, silakan antum rumuskan sendiri, deh. Saat ini akunya lagi ndak tertarik membahas 2 nama tersebut, karena: (1) Saat itu kami yang berkumpul berupa 4 manusia. Kasian aku dan Saber kalo kami berdua terpaksa tersingkir dari pembahasan, dan (2) yang pengen kubahas saat ini adalah 2 orang pesohor di tanah air yang lumayan bikin sirik orang-orang yang sirik sama kehidupan mereka: Yusuf Mansyur dan Mario Teguh.
Berteman dengan 3 orang di atas itu – konon katanya – hanya mengakibatkan lapar dan dahaga saja. Setidaknya begitulah kata Haji Wiwid, temanku yang lain yang minggu lalu baru saja kawin lagi, yang nasehatnya lebih banyak membuat setiap permasalahan senantiasa bertambah runyam alih-alih memberikan sebuah solusi. Karena kerunyamannya itulah, oleh 3 orang di atas dan banyak teman lainnya, Haji Wiwid dijuluki HTS alias Haji Tanpa Solusi.
Tapi ndak pa-pa. Buatku lapar dan dahaga adalah sebuah proses menuju kenikmatan tersendiri. Ketika sedang amat-sangat lapar aku bakal bisa menyadari bahwa rib-eye steak dengan saus jamur itu betul-betul enak. Begitu juga dengan jus semangka. Rasanya sungguh nikmat jika ditenggak saat aku betul-betul dahaga, apalagi seandainya makanan dan minuman yang ta’sebut barusan kuperoleh tanpa harus membayar sepeser pun.
Karena itulah aku menikmati pertemanan kami. Karena selain derita, celetukan-celetukan ajaib dari mereka sering pula membuatku kemudian berkontempalsu, pura-pura memikirkan hikmah dari setiap perkataan mereka.
Maka mari kita kembali lagi ke pakem awal.
Malam itu kami lewati dengan agenda seperti biasanya: saling menghina dan melecehkan keburukan 1 sama lain, sampai akhirnya Joseph tau-tau bicara, “Pengen punya rumah? Berdoa aja. Kayak Yusuf Mansyur, pengen helikopter tinggal berdoa, eh…tau-tau dapet, deh, helikopter.”
Waktu itu kami memang sedang nongkrong di rumah barunya Saber. Dan kami waktu itu sedang membahas perkara cicilan rumah, juga perkara harga properti di Jokja yang rasa-rasanya semakin tiada masuk akal sahaja.
“Pokoknya berdoa aja. Tiap selesai shalat berdoa. Minta sama Allah. Nanti, kan, tau-tau dikasih. Enak banget tho hidup kayak gitu?” lanjut Joseph.
“Lha kamu sudah berdoa belum, Yos?” tanya Ucup.
“Belum.”
“Sudah rutin shalat juga, belum?” tanyaku.
“Iya juga ya… Wong belum rutin shalat, gimana mau berdoa tiap habis shalat? Gimana mau dapet helikopter ya? Lha wong subuhan aja kelewat terus,” jawab Joseph insyaf sambil ngakak.
Saber manggut-manggut. Dengan gaya sok akademisinya, sambil ngelus-elus dagunya, dia berkata, “I see, I see… Mungkin itu dia penyebab utamanya, Yos. Mungkin gara-gara kamu nggak berdoa-berdoa makanya nggak dapet-dapet helikopter juga. Nah, case closed. Sah. Jelas. Shahih.”
😆
Nah iya, tho… Makanya, duhai pembaca, dicoba dulu itu nasehatnya Yusuf Mansyur. Lha kalo belum dicoba sesuai resepnya, ya itu artinya sampeyan belum boleh protes kalo ternyata sampai sekarang sampeyan belum dapet-dapet helikopter juga macam Yusuf Mansyur. Ini namanya syarat dan ketentuan berlaku. Sampeyan cuma berhak protes jika dan hanya jika ketika syarat dan ketentuannya sudah sampeyan laksanakan, eee…ternyata sampeyan tidak mendapatkan mangpa’at dan paedah seperti yang dijanjikan.
Begitu juga dengan Mario Teguh.
Hadirin sidang week-end yang terhormat, pernahkah antum mendapati kata-kata bahwasanya hidup itu tidak segampang omongannya Mario Teguh? Aku sering. Dalam beberapa kesempatan aku sering mendengar celotehan macam demikian, yang membuatku mesam-mesem saja, karena kupikir, jangan-jangan kejadian sebenarnya cuma semacam analogi di atas itu tadi sahaja.
Kumaklumi… Mario Teguh itu memang kampret, soalnya. Saat ada yang curhat panjang-lebar ke dia tentang permasalahannya hidupnya, selanjutnya dia dengan entengnya memberikan jawaban yang, “Lho, kok jawabannya cuma gitu?”
Lha iya, soalnya manusia itu memang individu yang kompleks. Yang saking kompleksnya jadi suka mengkompleks-kompleksan apa saja yang terjadi di sekitarnya. Masalah yang sebenarnya simpel jadi suka dirumit-rumitkan. Perkara yang solusinya jelas dan nampak nyata sering pula mereka sendiri yang mengaburkannya.
Manusia itu makhluk rewel. Maunya yang gampang-gampangnya saja, itu kata mereka. Padahal yang mereka lakukan sebenarnya adalah mereka sedang memperumit masalah yang ada di hadapan mereka. Kampretnya, mereka suka nggak sadar. Dan kalau sudah nggak sadar, mereka akan memaki pihak lain yang mengatakan bahwa sebenarnya masalah yang mereka hadapi itu tidaklah serumit yang mereka kira. Aku sering. Sering dimaki seperti itu, maksudnya.
Aku sering, lho…ketika ada yang curhat ke aku tentang masalahnya, lalu kucoba ngasih solusi, mereka malah berkilah. “Nanti gini,” atau, “Nanti gitu,” sanggah mereka. Oalah…wong dikerjakan saja belum, kok, sudah berspekulasi yang nanti-nanti? Mbok lakukan saja dulu. Perkara nanti ternyata gagal, ya mari, kita coba cari alternatif lainnya.
Saking mangkelnya menghadapi manusia model demikian, biasanya aku bakal memamungkasi dengan, “Ya sudah, saya sudah ngasih tau lho ya… Perkara mau dijalankan atau tidak, ya itu sudah jadi urusannya situ. Saya malas ngomongin hal yang sama berkali-kali. Nah, sekarang silakan ke kasir. Selesaikan urusan administrasinya di sana.”
Kupikir mereka-mereka yang mencoba menyangkal Mario Teguh (juga Yusuf Mansyur) juga seperti itu: Mereka punya masalah yang mereka rasa berat sekali. Ketika ada orang yang berkata bahwa solusinya simpel sekali, mereka jadi nggak terima. Itu wajar. Ego mereka jadi terusik, soalnya. Dengan adanya orang lain yang berkata bahwa problem mereka itu sebenarnya simpel, mereka merasa intelegensia mereka jadi ternoda. Mana ada yang bisa dengan gampangnya menyelesaikan masalah macam yang sedang aku hadapi ini, sementara aku sendiri saja tidak mampu membereskannya? Kira-kira begitulah isi batin mereka.
Jadilah mereka pada semangat berkilah nanti gini-nanti gitu. Yang dasarnya punya gengsi setinggi gunung seribu janji jadi sangat bisa dimaklumi kenapa mereka malah bereaksi memaki makhluk yang berusaha memberinya solusi.
Maka, apa sekarang sampeyan masih mau berucap bahwa urip kuwi ra segampang cocote Mario Teguh? Silakan saja. Tetapi saran beta, lakukan itu saat sampeyan sudah melaksanakan solusi yang diberikannya. Selama belum, sebaiknya jangan, kecuali sampeyan rela-rela sahaja kalo nantinya bakal ta’anggap sebagai makhluk yang picik. Dan, ingat-ingatlah selalu bahwa syarat dan ketentuan itu berlaku.
berarti aku suruh Josephnya rajin shalat sama berdoa dulu biar dapet rumah ya?
anw mas, itu pas lagi tilik bapak eh tilik bayi di mas angga ya? udah ngga masuk maguwo itu :p kok ga mampir tempatku, deket banget sama situ.
oo ya ya..
urip kuwi mung mampir jon.. mampir ngopo wae sak karepmuh.. tinggal suk dihisab kudu nganggo mampir neroko sik opo langsung bablas surgo.. 😐
igarisga:::
pancen gabul kamu, ga! saya sudah berusaha menyamarkan identitas asli para tersangka, kamu malah membeberkannya ke hadapan publik 😛
emonye:::
out of context. minggat! 😈
Hahaha, ini cocotan as(u)ik buat jualan beta di senayan :-))
Sangat menarik sekali analisa anda Bung Joe, makhluk tampan nomor 3 setelah Nabi Yusuf dan Mas Mutje tentunya, saya suka dengan pemikiran anda bahwa orang tidak suka dibilang problemnya mudah karena hal itu mengusik intelegensia. Itu bagus untuk muhasabah saya sendiri!! well done writing Joe!
Syadis 😀
Rasanya saran-saran hidup itu yang paling baik ujung-ujungnya yang sederhana. Umpamanya: bangun pagi, makan yang benar, olahraga teratur, rajin menabung. Membosankan dan kita semua sudah tahu. Yang kita mau, jadinya, bukan saran betulan tapi saran yang diolah sedemikian rupa sehingga bisa menyemangati. Di sini lah pekerjaan orang seperti Mario Teguh itu. Tapi ya kadang motivator-motivator itu terpeleset, soalnya untuk membumbui saran-saran sederhana itu ‘kan dipakai teknik-teknik seperti dramatisasi, hiperbola, dan seterusnya, sehingga seringkali kalau diperiksa lebih jauh malah jadi ngawur.
Jadi di sudut pandang itu, motivator seperti Mario Teguh tidak salah juga. Yang keliru justru pemirsanya yang gak menyadari bahwa sistem jual-beli motivasi itu ya seperti yang saya sebut di atas. Omongan Mario Teguh yang biasa generik, itu disangka generik karena kasusnya umum, jadi sewaktu mereka minta saran secara pribadi, berharapnya saran yang spesifik. Padahal omongan Mario Teguh itu umum karena sistem jadi motivator memang harus umum—kerjaan motivator itu ya membunga-bungai prinsip sederhana, bukan menyelesaikan masalah saudara.
*lap keringat*
kalau baca judul doank akan terlihat posisi anda beda dengan isi postingan seluruhnya, haha
setuju sekali terutama soal Yusuf mansyur, saya sendiri sedang coba yang katanya dia untuk menyelesaikan masalah coba dulu shalat jamaah terus + dhuha + tahajud rutin selama seminggu, eh ternyata aa saja kendalanya, misal rangkaian shalat jamaah terputus di suatu waktu
mas, saya sudah punya rumah, gampang kok punya rumah…..
Hahaha..setuju Mas, syarat dan ketentuan berlaku, biar ada garansi 🙂
Wanita memang makhluk yang kompleks dan membuat banyak pria bingung akan apa yang sebenarnya diinginkan Wanita.
Pria kerap kali memandang wanita sebagai KEBUTUHAN PRIMER yang jika tidak segera dikonsumsi dapat menyebabkan kematian jiwa.
Hal ini menyebabkan banyak Pria melakukan “pengorbanan mati-matian” hanya demi mendapatkan cinta seorang Wanita.
Ada yang RELA menghambur-hamburkan uang untuk membeli apapun yang diminta Wanita, ada yang rela membuang waktu percuma hanya untuk menjadi “pembantu” sang Wanita, ada yang rela menemani sang wanita berlama-lama belanja, membawakan belanjaannya, menjadi “sopir keliling” nya, mendengarkan cerita “membosankan” nya, bahkan ada yang rela menghancurkan seluruh hidupnya hanya untuk mendapatkan “cinta” seorang Wanita.
Tidak cukup dengan tindakan yang cukup merugikan dirinya, Pria juga kadang merugikan orang lain dengan bersaing, berkelahi, “makan teman” hingga rela meninggalkan keluarganya hanya demi seorang Wanita.
#lho, kok malah jd ngomongin wanita ???
yup tapi itulah satu dari sekian banyak permasalahan hidup yang
saya pernah alami)ada.Mulailah mengerti Wanita dengan mengetahui apa yang mempengaruhi EMOSI nya, bukan LOGIKA nya.
>> Ingat, Emosi kadang TIDAK MASUK AKAL, jadi kadang anda harus NYAMAN melakukan Hal-hal yang TIDAK MASUK AKAL. Yakinkan EMOSI, bukan LOGIKA.
Agnes Monica menyanyikan lagu berjudul “tak ada logika” yang SANGAT JELAS menggambarkan EKSPRESI SEBENARNYA akan perasaan wanita.
Bukan nya aku tak tau, kau sudah ada yang punya. Ku tau engkau berdusta, namun ku TAK MAU mengerti. Selama ku suka, ku butuh cinta yang pernah hilang dariku. Cinta ini kadang tak ada logika. Berisi semua HASRAT dalam hati.
Saya ulangi baris terakhir:
Cinta ini kadang tak ada logika… berisi semua HASRAT dalam hati…
Lalu jika CINTA itu berisi HASRAT dalam hati, apa itu HASRAT?
Hasrat adalah keinginan yang begitu besar akan sesuatu. Hasrat menyalakan API
Application Programing Interfaceuntuk bergerak maju. Hasrat adalah MOTIVASI.Bayangkan jika anda sangat-sangat lapar.
Tidak ada makanan lain disekeliling anda selain makanan yang ada didepan anda dengan harga 10 kali lipat dari harga normal.
Akankah anda berpikir makanan tersebut terlalu mahal untuk anda beli? …Tentu TIDAK.
seberapapun mahalnya makanan tersebut, anda akan tetap membelinya karena anda LAPAR.
Orang LAPAR akan melakukan APAPUN untuk mendapatkan makanan.
Pikirkan saat anda memiliki HASRAT mendapatkan Wanita cantik idaman anda.
Hal gila apa yang rela anda lakukan?
Mulai dari berguling ditanah, mendaki gunung himalaya, hingga berenang mengelilingi 7 samudra pun akan anda lakukan bukan?
Mengapa? Karena anda LAPAR akan sang wanita.
dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Kadang Kepintaran dan Kejeniusan LOGIKA kita dapat menjadi HALANGAN yang sangat besar untuk kesuksesan kita…
Banyak sekali kasus yang saya alami sendiri dan juga yang saya lihat tentang kegagalan yang justru disebabkan oleh kepintaran dan kejeniusan berfikir…
Kadang otak LOGIKA kita sendiri menantang dan menarik kita untuk TIDAK MAJU dan hanya LARI-LARI ditempat… kita merasa sudah BERUSAHA dan MELAKUKAN yang terbaik, tapi pada kenyataannya itu hanya dipikiran kita saja… jadi kita merasa MAJU DENGAN CEPAT dan BERLARI KEDEPAN, tapi kenyataannya kita hanya LARI DI TEMPAT.
Contohnya, jika saya melihat seorang gadis cantik sedang duduk sendiri di starbuck dan browsing internet menggunakan laptopnya, sudah tentu saya INGIN langsung menghampirinya, duduk, membuka pembicaraan dan membuatnya TERTARIK dengan saya…
Sangat mudah bukan?
MENGHAMPIRI lalu DUDUK lalu MEMBUKA PEMBICARAAN lalu MEMBUATNYA TERTARIK dengan saya…
THAT’S IT!
Tapi apa yang terjadi? Bahkan sebelum saya menghampirinya OTAK LOGIKA saya langsung berbicara kepada saya “mana mungkin bisa seperti itu?” dan seperti biasa, si otak logika langsung memberikan ALASAN-ALASAN yang sudah tentu masuk akal dan sulit untuk kita tolak.
Contohnya si OTAK LOGIKA akan meng-analisa semua kegagalan yang mungkin terjadi seperti:
– Bagaimana jika wanita itu tidak ramah?
– Bagaimana jika dia ramah tapi itu kulitnya saja?
– Bagaimana jika nanti saya ditolak dan jadi malu?
– Bagaimana jika ternyata cowonya sedang pergi ke toilet?
– Bagaimana jika pada saat pembicaraan saya keabisan pembicaraan?
Dan list tersebut terus menerus bertambah dan bertambah dan bertambah… khususnya bagi kalian yang pintar dan jenius serta analytical… pasti ribuan list kemungkinan akan muncul… dan kalian tau sendiri… pada akhirnya saya hanya duduk dan BERFIKIR KERAS saja tanpa ACTION… penyakit ini bukan NATO (No Action TALK Only) tapi NATO (No Action THINK Only) dan itu sangat-sangat tidak effektif SAMA SEKALI…
Dan lucunya, pada saat saya TIDAK BERBUAT APA-APA dan terus berfikir, si otak logika sayapun memberikan ALASAN yang BAGUS… yaitu PALING TIDAK SAYA SUDAH MENG-ANALISA dan BERUSAHA BERFIKIR walaupun saya tidak berbuat apa-apa… dan saya merasa SUDAH MELAKUKAN SEBUAH USAHA… padahal TIDAK SAMA SEKALI…
Kalian lihat betapa BUTA nya kita selama ini?
Kita sering berfikir dengan hanya BERFIKIR kita sudah melakukan ACTION… dan pada saat HASIL yang kita INGINKAN tidak kunjung datang, kita menyalahkan NASIB atau TAKDIR kita… padahal itu salah kita sendiri.
Yup, itulah manusia!
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Jawabannya: JUST – DO – IT – NO – MATTER – WHAT’S – GOING – TO – HAPPEN Dan STOP BERLEBIHAN MENG-ANALISA.
Lalu bukankah itu nekat namanya? Atau konyol?
TIDAK! Itu bukan nekat! Itu namanya CONFIDENT atau PERCAYA DIRI atau KEBERANIAN… konyol? Lebih konyol lagi TIDAK MELAKUKAN APA-APA tapi berharap MENDAPAT sesuatu…
Lalu bagaimana dengan RESIKO nya?
Resiko ya tinggal resiko!… HADAPI SAJA… analisa resikonya dan HADAPI… bukannya MUNDUR atau TIDAK MELAKUKAN APA-APA.
@septri : oh jadi wajah yg tempo hari kamu jual ke saya kamu buat beli rumah ya sep? syukur deh 😀
Artikelnya super sekali… 🙂 keren tulisannya, gaya penyampaiannya keren banget :*