X-Class: Dalam Kenangan

Aku punya teman, teman sepermainan. Di mana ada dia belum tentu ada aku (soalnya aku sibuk, banyak kerjaan. Biasalah, namanya juga eksekutip muda. Jadinya ya nggak bisa selamanya dolan-dolan bareng dia). Temanku itu namanya Faiz, komplitnya Achmad Faiz Farouqi. Tapi meskipun dia lebih sering menulis namanya sebagai Vaiz – dan kadang-kadang di depannya dikasih imbuhan “Steve” yang hasilnya adalah Steve Vaiz yang merujuk pada Steve Vai – anak-anak tetap saja lebih suka memanggilnya sebagai “Pa’is”.

Faiz ini teman seangkatanku di kampus, dan sempat diledek sebagai standar begonya anak-anak angkatan 2002. Jadi kalo misalnya sampeyan sempat diejek, “Mosok ngono wae ra iso? Ngisin-isini. Kalah karo Pa’is,” itu berarti sampeyan sudah menyandang predikat yang sangat hina-dina. Tapi Faiz ini jago nggitar. Jari-jarinya sangat cepat (setidaknya untuk ukuranku), feeling musiknya juga bagus, meskipun tidak tahu malu kalo lagi ketemu cewek di lampu merah pas naik motor.

Pernah – malah bahkan sering – waktu aku lagi boncengan sama dia, tiba-tiba di sebelah kami – pas motornya lagi dihentikan paksa sama traffic-lite – sekonyong-konyong muncullah gadis manis yang lagi nunggang motor sendirian. Faiz kontan langsung beraksi. “Nok, Nok (Ini penggalan dari “denok”), gelem karo kene? Ilkomp UGM kie. Masa depan cerah,” katanya dengan logat Brebes-nya. Sang gadis tentu saja pura-pura nggak liat dan langsung nggeblas dengan kecepatan kilat waktu traffic-lite sudah berwarna ijo.

Bukan cuma itu aja cerita tentang kenekadan Faiz di jalan raya. Pernah waktu dulu, pas kami jadi panitia makrab jurusan buat anak-anak baru di kampus, aku sama dia nyaris mati, gepeng jadi dendeng gara-gara ulah ugal-ugalannya dia di jalanan Kopeng, Kabupaten Semarang. Ceritanya, waktu itu acara makrab sudah berakhir. Anak-anak baru tentu saja dipulangkan dengan bis, sedangkan aku sama Faiz kembali berduet untuk boncengan di Yamaha Crypton-nya makhluk butut itu yang dimodifikasi ala street-racing dan dicat biru-kuning. Sewaktu di jalan pegunungan yang berkelok-kelok dan ngepas buat mobil 2 biji itu, Faiz dengan lagak ala setan jalanan berniat menyalip bis yang mengangkut anak-anak baru itu dari sisi kanan. Tak dinyana tak diduga dari tikungan di depan kami muncullah sebatang truk yang langsung membunyikan klaksonnya keras-keras.

Diamput! Untung aja Faiz ini adalah mantan calon pembalap liar yang handal. Motor dimepetkan semepet mungkin ke sebelah bis sambil mengerem kuat-kuat. Alhamdulillah, sopir bisnya tanggap. Bis digas lebih kencang sampai akhirnya motornya Faiz bisa masuk kembali ke belakang bis. Dan tentu saja sehabis kami berdua selamat aku misuh-misuh sama dia. Semua makian dalam bahasa Jawa yang kutau segera kusumpah-serapahkan ke alamat bujangan Brebes itu.

Tapi Faiz cuma menjawab sambil cengengesan, “Kalem, Joe. Kalem. Kon rewel banget, sih, kaya wadon bae?”

Astaghfirullah…

Sampai pada suatu ketika, kos-kosannya Faiz lagi rame banget. Ternyata teman-teman esemanya Faiz lagi pada ngumpul. Aku dikenalkan sama alumni-alumni SMAN 1 Pemalang itu. Ceritanya, Faiz kepengen serius bermusik. Jadilah anggota-anggota band-nya semasa esema berkumpul lagi. Dan setelah mereka berembug, sejak saat itu kerjaannya Faiz cuma keluar-masuk studio musik. Faiz juga mulai beli gitar listrik cap Ibanez, sound-effect, dan ampli buat menuh-menuhin kamarnya.

The band of ngapaks milik mereka itu akhirnya dinamakan sebagai X-Class. Mungkin maksudnya adalah bekas teman-teman sekelas, meskipun aku sempat curiga kalo nama itu adalah gabungan dari nama merk rokok yang sering dibeli Haris, temanku yang lain, X Mild, dan yang sering ditenteng-tenteng Ganes, temanku yang lain juga, Clas Mild. Aku sendiri pada akhirnya tetap memilih untuk setia bersama Djarum Super.

X-Class mulai mengarang lagu. Faiz yang dinilai paling puitis di band itu – gara-gara di kamarnya kedapatan banyak buku-bukunya Kahlil Gibran dan Rabindranath Tagore yang sebenarnya dapat minjam dari aku – lebih banyak kebagian peran untuk bikin lirik lagu. Sedangkan yang lain secara keroyokan nggarap aransemennya.

Dan untuk menambah khazanah pengetahuan bagi pembaca yang budiman, berikut kuinformasikan kalo X-Class beranggotakan Faiz sendiri sebagai tukang ngusung-ngusung gitar, Redha yang sama-sama ngusung gitar juga, Valka sebagai tukang nggebukin orang, aeh, drum, Pe yang mainan bass, plus Nanang sebagai frontman sekaligus bertugas mengoperasikan mikrofon.

Tiap ngarang lagu, Faiz biasanya ngambil tema berdasarkan pengalaman cintanya yang nggak kesampaian atau malah pengalaman teman-temannya sendiri. Misalnya aja lagu yang judulnya “Cinta yang Tak Terucap“. Lagu itu diambil dari pengalaman cintanya yang nggak kesampaian sama Ayu, anak UPN yang sempat masuk final regional Yogyakarta pas masih musim Akademi Fantasi Indosiar jaman dulu. Terus lagu yang judulnya “Sisakan Maaf Untuknya“, Faiz malah ngaku kalo lagu itu dipersembahkan buat Haris yang lagi merana gara-gara mendadak ditinggal kawin sama mantan pacarnya gara-gara malah hamil sama cowok lain. Tragis, dah!

Selanjutnya, dengan nama X-Class, Faiz sama teman-temannya masih rekaman 3 lagu lagi, “Maaf“, “Hati yang Terpilih“, sama “Selagi Masih Ada Cinta“. Sebenarnya masih ada 1 lagu lagi karangannya Faiz yang judulnya “Mahysa”. Sayangnya lagu terakhir itu kubajak dan kuklaim sebagai lagu buat band-ku, The Poison Kings, gara-gara cerita di lagu itu berkisah tentang merananya aku waktu tiada angin tiada hujan tau-tau ditinggal minggat sama (Desti Maulani Nur)mahysa. Lagian, menurut pengamatan subyektifku sendiri, di dunia ini tidak ada penyanyi mana pun yang bisa menyanyikan “Mahysa” dengan penjiwaan seperti penjiwaanku, hohoho.

Tapi kemudian – entah gara-gara merasa kurang menjual – X-Class ganti nama jadi Mayza. Pikiranku, lhah, kok mirip sama judul lagu yang buat aku tadi itu? Tapi ndak pa-palah. Mayza kemudian menggenapi rekaman 3 lagu lagi – “Aku Lelaki“, “Sakura“-nya Fariz RM, sama “Hidup Tak Selalu Indah” – lalu kemudian memutuskan menerbitkan 1 biji album indie dengan judul “Hati yang Terpilih”. Sempat juga Mayza bikin video klip amatiran untuk lagu “Hati yang Terpilih”.

Kapan hari itu aku dolan lagi ke kosnya Faiz setelah lama nggak dolan-dolan sama dia. Eh, aku malah dapat kabar kalo Mayza sudah bubar. Faiz sekarang nggabung band baru sama temen-temennya yang dari Brebes. Kata Faiz, mentalnya anak-anak Mayza belum siap buat nyoba nembus major label. Masih pada amatiran.

Aku tanya, anggota yang lain pada ke mana, Faiz cuma njawab kalo mereka kembali mbalik ke profesi awalnya masing-masing, kecuali Redha yang nggabung sama orkestra-entah-apa-namanya. Valka kembali menekuni kuliahnya di Geodesi yang nggak kelar-kelar. Si Pe juga balik jadi mahasiswa abadi lagi. Nanang malah kembali jualan roti bakar di dekat kampus Ekonomi-nya UII. Setidaknya begitulah cerita Faiz.

Terus terang, aku yang denger kabar kayak gitu jadi sedikit nyesel juga. Bukan apa-apa, aku sudah terlanjur akrab sama mereka. Beda sama anak-anak band-nya Faiz yang sekarang, yang belum kukenal sama sekali. Setidaknya, kalo nanti Mayza benar-benar bisa ngetop bolehlah aku berharap nebeng jadi orang ngetop juga. Minimalnya mulai meniti karir sebagai model video klipnya. Tapi, yah entahlah kalo dengan band-nya Faiz yang sekarang ini.

Sedih aku. 1 cita-citaku terancam pupus lagi…


Facebook comments:

20 Comments

  • Nazieb |

    Gyahahaha…

    Lha sampeyan kan punya band sendiri, itu aja dimangpaatin, siapa tahu kalau sampeyan sukses nanti, saya bisa jadi model video klipnya..
    :p

  • Sugeng Rianto |

    Lho koe geng musik brebes joe?! mbo aku dijak melu gabung, minimal bagian konsumsi.:lol:
    Salam wae karo kanca2mu kuwi joe… πŸ˜€

  • yudi |

    ga usah sedih. kembalilah ke band superlenk anda yang ngetop di akhir 90an joe. sebagai satu2nya personel asli yang masih waras, maka anda berhak untuk pake nama itu untuk band anda yang baru πŸ˜†

  • Yang Punya Diary |

    Nazieb:::
    band saya bukan band rekaman e. itu band panggung, soale ndak pernah punya pakem yg jelas, hohoho

    omoshiroi_:::
    lagi nunggu dan nyari2 tawaran manggung dari kampus ke kampus. lumayan buat ngeceng πŸ™‚

    lambrtz:::
    yang mana? bandnya faiz atau bandku?

    Sugeng Rianto:::
    saya ndak ikutan. wong cuma supporter, kok

    Anakayamnyasar:::
    profesional, sih. kalo tema vidklipnya memang rada horor ya apa boleh buat, memang harus akting kayak gitu, kan? :mrgreen:

    ulan:::
    ini lebih mutu (dikit). dengerin aja lagu2nya kalo ndak percaya. aku rekomendasiin ‘maaf’, ‘hati yang terpilih’, sama ‘sakura’. memang, sih, kdg2 logat jawa vokalisnya suka keluar dengan tiada disengaja πŸ˜†

    yudi:::
    1 anggota superlenk masih dikarantina gara2 tugas akhir yg ndak selesai2. tidak ketahuan kapan konser reuninya bisa digelar 😈

    abeeayangβ„’:::
    wah…band-nya namanya apa ya? band-ot, mungkin. atau band-sin, atau band-cong, atau malah band-jaminsuaeb, hohohoho

    farid:::
    mesti seko surip. sayang sekali kamu belum pernah denger ‘mahysa’, kakakaka

  • Yang Punya Diary |

    ninta:::
    durung, nin. jarene malah arep nikah sik. nikah lho…dudu kawin meneh πŸ˜†

    asep:::
    silakan, monggo… udah bubar ini band-nya, huehehe

  • VaiZz CUTIE bgd |

    huahahhhhhhaha…si vaiz itu pasti cutie n bae hati orangnya…enyong bisa ndeleng seka ceritane rika2 pada….

  • mutje |

    wah membaca blogmu aku jadi teringat masa lalu joe.. pantesan pas aku naek bisa rasa nya ada yang teriak2 kalau ada yang mau kejepit.. he he
    link lagu nya apa jo..?

  • heri |

    Saya heri, temen sekolah faiz waktu di smun 1 pemalang, bahkan mungkin kemana” Sering bareng. Faiz memang anak yg ramah, baik, dan pinter maen gitar, satu hal yg buat aku salut sama dia “dia rela mengorbankan apapun demi sahabat” di sma dulu dia sok ganteng, pernah suka sama cewe namanya triyanti ananta putri, cuman ga kesampean juga.
    Klo tau info keberadaannya infoin ke aku ya bro

So, what do you think?