Kemarin ini aku jalan-jalan ke SMA Negeri 1 Bantul, buat nonton Gaban (Gadis Bantul, maksudnya) sambil sekalian mejeng jadi pengisi materi seminar yang diadakan sama mereka yang dikasih judul “Aku Remaja Penakluk Jejaring Sosial”.
Berapa hari sebelumnya aku memang sempat bingung mau ngomongin tentang apa di depan anak-anak esema jaman sekarang yang notabene style-nya jelas beda banget sama jamanku waktu esema dulu. Tapi untunglah aku punya Lulu. Meskipun anak itu kadang suka nggaya, tapi alhamdulillah beliau bisa diandalkan untuk keadaan seperti kemarinan ini sehubungan dengan latar belakangnya yang ngambil kuliah Psikologi. Maka materi pun disusun. Dengan data hasil nyolong sana-sini, ditambah pencatutan quote dan pendapat dari Harry Sullivan plus Stanley Hall supaya aku keliatan pinter, akunya mencoba membuat materi yang ta’harapkan bisa memperluas cara pandang mereka tentang potensi dahsyat dari jejaring sosial yang bisa mengangkat dan juga menenggelamkan personal branding mereka sebagai seorang individu; tergantung dari cara mereka menggunakannya.
Singkatnya, sih, yang kubilang adalah: Anda bisa jadi pecundang kalo Anda menampilkan diri Anda sebagai pecundang, dan Anda bisa keliatan elegan kalo memang Anda kepengen terlihat elegan. Yang jadi kasus sekarang adalah kebanyakan orang suka nggak sadar kalo mereka sedang menampakkan wajah sebagai seorang yang tidak tau diuntung ketika sedang memanfaatkan jejaring sosial. Oh, duhai…betapa getirnya hidup ini.
Yak! Aku memang sering dapat protes – bahkan dari adik-adik sepupuku sendiri – kalo kebetulan aku lagi ngecap, “Oh, sahabat… Janganlah engkau teruskan keluh-kesahmu itu, karena itu hanya akan membuat dirimu terlihat bagaikan seorang hamba yang tiada tau bersyukur.”
Biasanya mereka akan ngeles dengan kalimat yang sungguh menyesakkan dada, membangkitkan rasa iba. Mereka bakal bilang, “Uripku ra koyo kowe, Joe,” yang seakan-akan hal itu adalah sebuah bentuk perestuan atas tindakan mereka.
Ini memang repot. Aku nggak bisa bicara banyak lagi kalo mereka sudah beralasan bagaimana mau bersyukur kalo memang yang bisa disyukuri jumlahnya minim sekali? Lebih repot lagi kalo tindakan macam itu kebawa sampai ke jaringan world wide web. Tapi aku pastinya nggak bakal mendebat mereka lagi, bilang kalo mereka tidak pernah menatap ke bawah, melihat orang-orang yang tidak seberuntung dirinya. Tidak. Tentu saja tidak. Aku tidak akan mendebat mereka karena itu berarti celaka. Bisa-bisa aku tidak lagi boleh mengembat rokok milik mereka. Oh, sungguh siksa dunia.
Cuma saja, di luar rokoknya boleh diembat atau tidak, yang mereka lakukan sebenarnya seringnya nggak disadari bakal berefek seperti apa. Dengan dalih “ini akunku, terserah mau kuisi apa” kadang-kadang kita semua suka lupa kalo kita ini tidak sendirian di dunia. Silakan saja teruskan keluh-kesah rutinnya, tapi nanti-nantinya jangan protes juga, donk, kalo bakal ada banyak manusia yang menilai kita sebagai manusia tipe pecundang. Kita dinilai berdasarkan apa yang kita tampilkan, kok.
Jadi sekarang kucukupkanlah informasi dariku tentang seminar hari Minggu kemarin dan kasus beberapa orang di dekatku yang suka berkeluh-kesah. Lebih baik aku konsen menanggapi obrolan Twitter-nya Monox yang menyinggungku seperti di bawah ini:
Ah ya, waktu itu aku bilang – dengan amat-sangat serius – ke Monox kalo semua itu disebabkan gara-gara aku punya jimat keberuntungan kayak Paman Gober dan keping keberuntungan. Jimat itulah yang membuatku selalu terhindar dari nasib sial, dan akhirnya statusku di Twitter cuma berisi tentang keberuntungan saja. Lha, habisnya apalagi yang mau kutulis kalo memang hidupku isinya cuma seperti itu?
Ealah…kelanjutannya si Monox malah minta tips dan trik buat mendapatkan jimat macam punyaku itu. Ya tentu saja nggak bisa segampang ngobrol di Twitter, donk. Jimat dengan kekuatan dahsyat macam punyaku itu didapat dengan cara yang tidak segampang beli gorengan. Analoginya, Pai Su Chen aja harus bertapa sampai 1000 tahun supaya bisa berubah dari ular jadi manusia, ya tentunya kalo situ kepengen punya jimat macam punyaku, ya tingkat kesulitannya paling nggak 11-12-lah.
Tapi kalo sampeyan pada nekat kepengen punya jimat, dan berhubung kebetulan detik ini sedang berbaik hati, okelah ta’bagiin aja proses ritualnya di bawah ini. Sedikit berita gembira: proses ritual ini tidak selama yang dialami Pai Su Chen, hanya saja tingkat ketelatenannya rasa-rasanya memang nggak jauh berbeda. Kira-kira dalam tempo 40 hari jimat milik kalian sudah bakal bisa dipergunakan.
Nah, baiklah, tanpa banyak cocot lebih lanjut lagi, berikut langsung ta’sampaikan langkah-langkahnya:
1. Carilah benda imut-imut yang bakal Anda jadikan sebagai jimat, karena persyaratan jimat ini adalah harus bisa dibawa ke mana saja. Ya ke kampus, ke kantor, ke warung makan, ke perpustakaan, ke mall, ke bioskop, atau juga ke toilet. Bentuknya bebas. Tapi ta’sarankan ambil saja gantungan kunci dengan model apa saja sebagai media jimat Anda. Eh ya, kalo mau pake koin atau batu yang belum bertuah juga boleh, kok. Jangan khawatir, habis proses ini, batu pilihan Anda tersebut pastilah jadi batu bertuah. Sorcerer’s Stone, kalo nurut istilahnya Harry Potter.
2. Sediakan mangkok atau baskom. Lebih disukai kalo berbahan dasar tembaga, karena tembaga dipercaya sebagai logam penghantar energi kalor terbaik. Ini nantinya berguna untuk menyalurkan energi alam ke benda yang bakal jadi jimat Anda itu. Kalopun nggak punya mangkok atau baskom dari tembaga, bahan lainnya pun boleh asal masih memiliki sifat sebagai konduktor. Masih ingat bedanya konduktor sama isolator, kan?
3. Jalan-jalanlah ke Pasar Kembang. Ini tidak harus ke Pasar Kembang yang ada di selatannya Stasiun Tugu Yogyakarta. Karena selain dikhawatirkan Anda malah bakal terjerumus maksiat di sana, tujuan utama kita ke Pasar Kembang adalah untuk membeli kembang. Dan belilah sejumlah 7 rupa. Kenapa harus 7? Itu karena angka 7 dipercaya memiliki sifat mistis, ke-Illahi-an. Coba saja diingat-ingat ayatnya ADA Band yang berbunyi “Ku yakin ku bisa bawamu terbang ke angkasa, menembus pelangi lewati langit TUJUH bidadari”. Contoh lainnya lagi, Joko Tarub sukses punya istri cantik setelah berhasil mengintip TUJUH bidadari yang sedang mandi. Jadi, situ masih mau ngeyel?
4. Eh iya, aku lupa. Kalau Anda bingung sama jenis kembangnya, standardisasi nasional untuk kembang 7 rupa adalah meliputi 6 bunga wajib plus 1 bunga pilihan. Yang wajibnya adalah bunga mawar, melati, kenanga, cempaka, kantil, sedap malam. Sisanya silakan pilih sesuai selera Anda. Misalnya kalo rumah Anda deket kuburan, bunga kamboja juga bisa dipakai. Tapi yang jelas bunga deposito tidak bisa dipakai di sini, begitu juga dengan bunga menurun dari kredit rumah atau kendaraan bermotor.
5. Rendam benda imut-imut pilihan Anda itu dalam baskom yang sudah diisi air dan ditaburi kembang 7 rupa. Selain itu barang tambahan yang harus Anda rendamkan bersama juga adalah tulisan di kertas dari surat Hud ayat 52 berikut ini:
Hai kaumku, Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.
Cuma harap diingat, sehubungan komputerku nggak bisa dipakai buat ngetik tulisan Arab buat kutampilin contohnya di postinganku ini, afdolnya ayat tersebut di atas memang ditulis-tangan langsung dalam bahasa Arab.
6. Pada saat mencelupkan benda imut-imutnya, jangan lupa juga Anda berniat untuk menarik segala macam keberuntungan di dunia ini ke benda imut-imut pilihan Anda itu sebagai perantara untuk nantinya energi keberuntungan yang sudah tersimpan bakal disalurkan kepada diri Anda. Ini makanya tadi ta’tekankan supaya Anda memilih sebuah benda yang benar-benar bisa Anda bawa ke mana-mana.
7. Surat Hud di atas itu bukan contoh mati. Pada intinya, sih, proses ritual ini tidak memandang SARIP (Suku, Agama, Ras, dan Indeks Prestasi). Apapun agama Anda, Anda bisa mendapatkan mangpa’at yang sama. Yang perlu dilakukan cuma menulis ayat-ayat kitab suci yang berhubungan dengan rezeki dan keberuntungan, kemudian merendamnya di baskom bersama benda imut-imut dan kembang yang sudah Anda siapkan. Pertanyaannya sekarang, bagaimana kalo Anda ternyata adalah seorang ateis yang nggak punya kitab suci? Ya sudah, tinggalkan saja ritual ini. Karena apa? Karena kalo Anda benar-benar seorang ateis sejati, tentunya Anda juga nggak akan percaya dengan prosesi jimat-jimatan macam ini kan?
8. Simpan seperangkat baskom dan isinya itu dalam sebuah kamar yang jarang diakses orang selama 40 hari 40 malam. Sedapat mungkin, minimalkan akses orang lain selain Anda untuk masuk ke dalam kamar tempat Anda menyimpan baskom tersebut. Pastikan juga bunga yang ada di baskomnya selalu terlihat segar. Kalo sudah mulai keliatan layu, segeralah ganti dengan yang baru.
9. Khusus pada saat keadaan malam bulan purnama, bawa keluar baskom milik Anda itu dan jemur di bawah sinar bulan. Besok paginya kembalikanlah baskom itu ke kamar yang tadi. Kalo ternyata pada saat malam bulan purnama itu sedang mendung, ya nasibnya situ. Itu artinya Anda diharuskan untuk mengulang segala proses ritual ini dari awal lagi secara runtut.
10. Tepat hari ke-41 ambil benda imut-imut milik Anda tadi, dan kita akan langsung menuju prosesi final! Ole…
11. Gunakan benda imut-imut Anda itu setiap pagi setelah bangun tidur. Pegang dan pandangi sambil mengingat-ingat keberuntungan dan rezeki apa sajakah yang sudah Anda terima hari kemarinnya. Syukurilah hal itu. Lakukan sambil tersenyum selama kurang-lebih 30 detik dengan penuh penghayatan. Malam hari sebelum tidur lakukan hal yang sama, hanya saja obyeknya perlu diganti. Pada ritual sebelum tidur ini ingat-ingatlah rezeki yang sudah Anda dapatkan seharian ini.
Yak! Anda berhasil menguasai jimat Anda. Hidup Anda bakal mulai berubah mulai saat ini! Senang, kan? π
12. Sebenarnya dan sejujurnya, yang perlu Anda lakukan – siapapun Anda – cuma langkah 1 dan langkah 11 aja, kok. Langkah 2 sampai 10 sungguh mati aku ini lagi ngibul π Intinya, sih, kalo Anda kepengen belajar bersyukur, kemungkinan terbesarnya adalah Anda cuma perlu diingatkan supaya senantiasa bersyukur. Benda imut-imut yang Anda pilih itu tadi cuma berfungsi sebagai pengingatnya saja.
Tapi jangan ngamuk dulu! Cobalah lakukan hal ini dan nikmati serta sadarilah kalo dari hari ke hari kebiasaan Anda menggerutu dan berkeluh-kesah berkurang dengan sendirinya. Setelahnya, untuk kali ini akunya nggak ngibul, perasaan Anda akan lebih dikuasai oleh hal-hal positif yang pada akhirnya Anda akan bisa mulai mem-branding-kan diri Anda di jejaring sosial dengan gemilang.
Jadi, buat menutup perjumpaan kita pada kesempatan hari ini, benda imut-imut apa yang bakal Anda pilih? Kalo aku, sih, kebetulan benda seperti di bawah inilah yang selalu mengingatkanku π
jimat keberuntunganku nempel di badanku sejak lahir, letaknya menggantung kira2 hampir sejengkal dibawah pusar. Tiap aku pake pasti jadi bahagia (dengan syarat pakenya bukan sama orang yang punya jimat serupa, karena akan punah kebahagiaanku)
wah, twitter ku ndak akeh sing follow :p
intine kan sugesti dari dalam diri to
doh pdhl udah serius[cengar-cengir]baca langkah2nya yg pnjgny naujubile..trnyata yg k pke hnya yg ayat-1 ma trakhir aja..
TERLALU!![kata om rhoma] >.<
yudi:::
syarat jimat macam milik saya, kul: harus dipegang2 sendiri pas makenya. lha jimat macam punya anda itu, dengan status katepe kayak anda, ngapain juga harus dipegang2 sendiri lagi? afdolnya memang dipegang2 sama teman anda yang mirip clarence seedorf atau adik sepupunya itu saja π
mono:::
ya demikianlah adanya π
she-nta:::
errr…ga ada kesalahan pada tulisanku kan, sebenernya?
pancen tukang ngibul !!!
PROTES iseng ah :
“Tapi untunglah aku punya Lulu.” –> opo kuwi???
“Meskipun anak itu kadang suka nggaya,” –>siapa yang nggayaaaaaa???
“tapi alhamdulillah beliau bisa diandalkan untuk keadaan seperti kemarinan ini sehubungan dengan latar belakangnya yang ngambil kuliah Psikologi.” –> selalu bukan??? >:)
MD_Entertainment:::
tapi tetap saja ganteng!
GadisPucat:::
lha kamu temanku bukan? oh bukan? hore, komik one piecenya jadi hak milik saya!
cukup jelas: kamu. nah, next question?
saya ralat. lebih tepatnya: jarang2 π
dosa lho mas….jangan mengambil yang bukan hak mu mas…apalagi tanpa izin dari yang punya. HAHAHAHAHAHAHAHA… oiya, mungkin eyke benar2 tidak jadi ke Yogja om! mau operasi, sooo….bayaran teori kemarin, lengkapi buku saya dan kembalikan….ahahahahaha… (baiknya diriku, padahal melengkapi itu udah dari kapan2 ttg yang mana lah…)
aih itu gantungan lucu, dari si mbak ya?? :winkwink:
AnakNggaya:::
ih, biarin, kan yang dosa juga saya. situ ndak usah ikut2an, dan…
*tampar lulu pake wajan…
plak!
The Round Money Bin π
Terima kasih telah mengingatkan agar ingat bersyukur π
ah, si mbak bisa aja deh. jadi malu sayanya π
ini syirik anak muda!!!
*dipentung*
ahahahahaha.. dari poin pertama saya curiga dan nunggu mau dibawa ke mana tips ini. Ternyata benar.. sudah cocok lah jadi motwitvator π
Kurang satu jadi tigabelas, hahah,
aku jg punya jimat,,,,mau ndak.???????lebih keren….
besok q kirim y
“wa-idz ta-adzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziidannakum wala-in kafartum inna ‘adzaabii lasyadiidun” QS. Ibrahim:7
Bener2 sakti jimatmu Joe.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
halo kak, masih aktif ngeblog nddak? open content placemet ndak kak?
sebagai umat islam mungkin lebih tepatnya menggunakan dzikir dan doa penarik rejeki