Kalau mau jujur, sebenarnya sudah lama aku jadi member di forum Big-Reds.org, forumnya penggemar Liverpool FC di Endonesa. Tentu saja selayaknya seorang penggemar Liverpool sejak kelas 4 esde, sejak jamannya Steve McManaman masih muda, aku memfardu-ainkan diriku untuk ikutan join di forum itu meskipun ke depannya aku tidaklah terlalu aktif buat ikutan posting di forum itu.
Sama brengseknya, aku juga nggak aktif ikutan acara nonton barengnya pertandingan Liverpool bersama aktivis forum yang lain – untuk wilayah Jokja – yang sebenarnya rutin diadakan. Sibuk biasanya selalu jadi alasanku buat nggak hadir meskipun SMS undangan buat nonton bareng tidak pernah lupa buat masuk ke inbox hapeku. Lebih kampret lagi, aku cuma datang nonton dengan pilih-pilih tebu. Aku baru datang nonton pas ada pertandingan besar, seperti beberapa menit yang lalu ini, Liverpool versus Manchester United. Dan gara-gara ulahku ini nggak heran kalau ada seorang sejawat di forum itu yang ngomong, “Si Joe, nih, datangnya cuma pas ada big-match aja.”
Apa boleh buat… Kalau ada komentar model gitu akupun terpaksa cuma bisa nyengir aja.
Pertama kali nonton bareng, sebenernya aku datangnya bukan karena alasan utama bahwa aku ini penggemarnya Liverpool. Aku nonton justru karena terpengaruh dan pengen membuktikan omongannya Destian, seorang perjaka butut pendukung Arsenal, dan juga Sympati, yang maniak Juventus sekaligus tokoh masyarakat Juventini Jokja itu, yang bilang kalau kapan hari pas dia lagi nonton bareng pertandingannya Juventus, sehabis Juventus selesai main dan Juventini bubaran, datanglah segerombolan pendukungnya Liverpool yang mau nonton di tempat yang sama pada sesi berikutnya.
Sympati sempat melongo ngeliat suporternya Liverpool yang datang berombongan itu. Selain takjub demi mendapati fakta bahwa mereka terus bernyanyi sepanjang Liverpool main, Sympati juga terpesona dengan banyaknya gadis (baik yang manis maupun yang hampir manis) yang ikut nonton bareng malam itu. Karena banyak gadisnya itulah makanya Sympati memilih bertahan di tempatnya meskipun teman-teman Juventini-nya sudah bubaran. Karena juga pengen membuktikan keterpesonaan Sympati itulah akhirnya aku jadi nekat kepengen sesekali ikutan nonton barengnya Big Reds cabang Jokja.
Itulah alasan utamaku yang akhirnya sempat sedikit menghilangkan sifat nrimoku untuk mencukupkan diri nonton Liverpool main via tivi 14 inci di kontrakanku saja.
Pertama kali datang ke acara nonton barengnya Liverpool, aku memilih big-match-nya Chelsea lawan Liverpool musim lalu yang berakhir dengan kemenangan Liverpool 1-0. Aku datang barengan Wiwid – bujang lapuk yang kecil-kecil tapi sudah bertitel Haji itu – ke Liquid, tempat dugem di Jalan Magelang, yang malam itu dijadikan sasana nonton bareng.
Tapi apa lacur… Mungkin karena waktu itu adalah jadwalnya mid-semester, gadis-gadisnya hampir bisa dibilang ndak ada. Dan walaupun sempat ada hiburan penari-penari seksinya, aku tetap saja menyempatkan diri buat berkesimpulan kalau ketiadaan gadis-gadis di situ bisa saja disebabkan gara-gara aku nontonnya ngajak si Wiwid. Mungkin gara-gara aura haji yang dimilikinya, dia dilindungi Allah dan terhindar dari dosa akibat zina mata. Imbasnya aku juga ikut-ikutan jadi nggak bisa liat gadis-gadisnya.
Aku sempat kecewa. Mana ini gadis-gadisnya, batinku. Tapi walaupun kecewa, aku toh setidaknya berhasil membuktikan omongannya Sympati yang lain. Aku benar-benar terhibur waktu ngeliat teman-teman Big Reds Jokja nggak ada capek-capeknya terus bernyanyi buat mendukung Liverpool sepanjang pertandingan. Hebat juga tingkat fanatisme mereka ini. Padahal, kan, suara mereka di Liquid nggak bakal kedengaran sampe stadionnya Chelsea di Stamford Bridge sana itu.
Kemudian, big-match demi big-match yang kutonton berikutnya, ternyata aku masih bernasib sama. Meskipun sudah nggak ngajak Wiwid, kok ya kayaknya aura kehajiannya si Wiwid masih ngefek. Gadis-gadis tetap tiada, dan dakupun masih selamat dari zina mata.
Tapi malam tadi akhirnya aku nonton pertandingannya Liverpool versus Manchester United barang Azwar. Azwar itu pendukungnya Manchester, dan kebetulan tingkah lakunya sehari-hari cukup beda sama Wiwid. Setidaknya Azwar ini adalah partner tetapku kalo aku lagi khilaf kepengen clubbing. Maka bisa ditebak dan bisa kusimpulkan kalo aura seorang teman ternyata juga mempengaruhi aura diri kita. Malam tadi gadis-gadisnya bertebaran. Subhanallah!
(Eh, tapi ini kesimpulan dini, ding. Aku, kan, cuma nebak-nebak aja. Aku nggak tau mereka itu beneran masih gadis atau malah sudah ilang kegadisannya)
Ternyata omongannya Sympati benar, sodara-sodara! Keputusanku nonton bareng Azwar sangatlah tepat. Gadis-gadis Big Reds Jokja ternyata manis kinyis-kinyis. Mulai dari yang berjilbab sampai yang tiada berjilbab, mulai dari yang manisnya natural sampai yang kucurigai adalah hasil dari penggunaan intensif krim pemutih kulit, mulai dari yang sayang sama paru-parunya sendiri sampai yang hobinya mengkonsumsi lintingan tembakau kayak aku, semuanya ada. Hanya karena pertandingan berjalan sangat serulah makanya aku sampai lupa kenalan sama mbak-mbak cantik di sekelilingku. 2 gol dari Torres dan Ngog di masa injury time babak terakhir yang tidak bisa dibalas barang sebiji pun sama anak-anak asuhannya Alex Ferguson bikin para mbak itu terabaikan.
Apa mau dikata… Memang beginilah laki-laki kalo sudah dihadapkan dengan sepakbola.
Sampai rumah barulah aku teringat kalau setidaknya aku harusnya ngajak kenalan mbak-mbak yang berada di belakang tempat dudukku. Aku menyesal. Ditambah lagi dengan fakta kalo hapeku yang butut itu belum kuganti dengan hape berkamera-resolusi-tinggi, aku jadi tambah menyesal karena nggak bisa nyuri-nyuri ngambil fotonya si mbak buat nantinya kubawa ke dukun pelet.
Maka kalo keadaannya Big Reds memang sejatinya kayak gini, apa boleh buat, kayaknya mulai sekarang aku harus rajin buat datang ke acara nonton barengnya mereka. Mumpung nggak ada yang marahin ini. Mumpung lagi jadi single-fighter di sini. Lagipula, toh Ayu sudah jadi sarjana terus minggat pulang ke Jakarta, dan Reihan, adik kelasku di kampus itu, selalu ngambek kalo isengku lagi kumat kepengen ngesun dia, nyahahaha…
ahahaha π
wah, berarti kita sempat satu atap tadi π
emang gadis2nya manis2 kok, cuman ya rata2 hanya untuk dilihat saja, ga bisa disentuh π
butuh lebih dari mata untuk bisa menyentuh π *ngasal*
nil satis nisi optimum \m/
*murtad sementara* :-“
selamat sudah menang ama MU bos..
saya sebagai **** MU turut berbahagia
hehe..
I Rather Walk Alone
yang liverpool final liga champions 2007 ikut nonton bareng ga? wah seru banget itu partai joe
Berencana dicek satu2, joe?
BTW, saya turut senang dengan hasil pertandingan, karena telah memuluskan usaha Chelsea kembali ke puncak klasemen. π
walk on walk on..
and you’ll never walk alone..!
bravo the redS! π
Arm:::
tidak masalah. kebetulan saya memiliki apa yang disebut dengan “lebih dari mata” itu π
faisal dwiyana:::
mari kita minum2, sal, nyahahaha
Landhes:::
monggo, mas… ngatos-atos nggih
Inzaghi:::
wah, kebetulan yang saya ingat cuma final liga champion 2005. waktu itu ada segerombolan orang goblok yang tidak memahami definisi dari kata “bertahan” meskipun sudah sempat unggul 3-0. alhamdulillah…
jensen99:::
apa gunanya? begitu ta’cek, maka kesimpulan akhirnya adalah: mereka sudah tidak gadis lagi π
crizosaiii:::
hold your head up high-lah, john!
semprul eMyU kalah :((
ehem jo..
ralat : bukan nyanyi tapi ngchants.. -___- berasa kayak anakk TK klo dibilang nyanyi π
trus alasan dulu nonton euro bareng ais apa? ga mungkin krn banyak cewek manisnya kan, secara pas itu ceweknya ais jogja cuma dua, saya dan temen saya [tp emg manis sih wakaka].. hmm.. tebak : pasti kena bujuk rayu maut destian.. ahahaha.. π