Browsing posts in: Daily Waton

Lalu Apa yang Dituju?

Di Instagram-ku, sebenarnya ada beberapa akun yang kucurigai sebagai stalker, nggak follow aku tapi setiap aku apdet story, mereka kuperhatikan selalu nongol sebagai pihak pemirsa. Iya, aku memang suka ngeliatin siapa-siapa aja yang nontonin story-ku, soalnya beberapa keluh-kesahku di situ adalah soal urusan pabrik, yang mana aku berharap hal-hal tersebut disimak juga sama bos-bosku di pabrik. Alhamdulillah, akunku memang di-follow sama beberapa petinggi pabrik.

Cuma ya begitulah…sampai sekarang keluhanku nampaknya tidak ditanggapi oleh bos-bos itu. Mungkin mereka juga nggak kuasa untuk mengabulkan permohonan tidak langsungku itu, misalnya soal jam kerja yang jadi 7 hari seminggu sejak pandemi Covid-19 ini. Sejak komandan-komandan tua di pabrik tau kalau ada teknologi yang namanya konferensi video, mereka jadi hobi sekali ngajakin rapat di akhir pekan, yang dulu biasanya tidak pernah terjadi sebelum pandemi. Alasannya hal yang mau dibahas itu sungguhlah urgen, sehingga mesti dirapatkan secepatnya juga, walaupun dalam hati aku selalu bilang, ealah…Paaak, Paaak, yang kayak begini ini dibahas hari Senin juga bisa kali. Lagipun kami-kami ini, kan, ya punya urusan sendiri-sendiri di akhir pekan. Continue Reading


Zaman Dulu, Zaman Lucu

Kalau dipikir-pikir dan dibaca-baca lagi, sejak awal n-develop blog ini, rupanya banyak sekali tulisan semprul yang kubikin. Banyak sekali tulisan dengan nada yang sombongnya nampak nyata, nggak tahu diri, naif, cengeng, zonder empati, dan grasa-grusu. Pendeknya, merasa diri sebagai Pedang Sakti Nomor 1 di Kolong Langit, wis!

Sempat pula barusan kepikiran pengen kuhapus aja. Malu juga rasanya pernah jadi sosok nan gembelus lojonicus macam itu. Tapi nggak jadi, deh. Nggak jadi kuhapus aja. Biar bagaimana pun juga, ya memang begitu itu perjalanan pemikiranku. Continue Reading


Ikut-ikutan Salah

Walaupun temanku jaman esema yang sekarang sudah jadi dokter beneran, Agustini Leonita, suka nyontek sama saya waktu ulangan dulu, bukan berarti aku ini punya pengetahuan yang mumpuni soal dokter-dokteran. Lagipula, jenis mata pelajaran yang dicontek sama Leo – begitulah panggilan akrabnya – adalah sejarah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris, sementara sebagai barter, akunya nyontek fisika, kimia, dan matematika ke dia.

Continue Reading

Luar Biasa

Luar biasa! Luar biasa sekali karena selama tahun 2019 ini aku baru nulis sekarang ini.

Tahun yang nggak produktif? Bisa jadi. Tapi itu tergantung juga, sih. Tergantung sudut pandangnya, maksudku. Continue Reading


Nona dan Nyonya, Mohon Maaf, Jangan Manja

Meskipun tidak terlalu suka dengan Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo, yang sampai dengan hari ini masih setia memblok akun Twitter-ku, harus kuakui bahwa prediksinya soal blog itu hanyalah tren sesaat (di Endonesa) sungguhlah terbukti benar di kemudian hari. Aktivitas ngeblog tidaklah sekencang sekitar tahun 2006-2009 dahulu, sedikit blogger-blogger yang kondang pada masa itu masih rutin menulis sampai sekarang, dan celakanya banyak blogger yang akhirnya juga ditengarai lupa sama password akun Blogspot atau WordPress-nya masing-masing, yang dengan demikian maka komplitlah sudah runtuhnya kejayaan para blogger yang sedikit-banyak juga diakibatkan oleh lebih populernya aplikasi microblogging sebangsa Twitter dan social media semodel Facebook sampai dengan Instagram. Continue Reading


Kucingnya Kana di Antara Para Kawula dan Ksatria

Kucingnya Kana, keponakanku, nggak pulang 2 biji. Untungnya sekarang kucing-kucing kampung di sekitaran rumah pada hobi nongkrong di terasku berhubung Kana sering banget bersodaqoh makanan kucing ke mereka tanpa membeda-bedakan. Jadi Kana nggak nyadar kalau 2 kucingnya nggak pernah balik. Tapi dari 5 kucing aslinya yang dirawat sejak kecil, sekarang kucingnya Kana cuma sisa 3 ekor. Yang seekor hobinya memang nomaden, kadang pulang ke rumah, kadang nongkrong di warung depan kompleks rumah sampai berhari-hari sambil main gaple. Continue Reading


Berhenti di 29

Saban kenalan sama orang baru, terutama cewek-cewek, setiap obrolan kami berlanjut ke urusan umur, biasanya aku selalu bilang kalau umurku 29. Aku nggak bohong. Usia adalah penanda lamanya hidup seseorang. Jadi apa salahnya kalau sampai sekarang aku selalu bilang kalau umurku itu 29, oleh sebab-musabab hidupku memang berhenti di umur 29?

Cuma…ya begitulah. Orang sering menasbihkanku sebagai orang yang ngawur. Banyak, sih, yang awalnya memang percaya kalau umurku 29, meskipun setelah ngintip SIM dan katepeku kepercayaan itu pudar kemudian. Tapi tetap saja, aku nggak bohong. Setidaknya secara filosofis umurku memang berhenti di 29. Continue Reading


Lelaki Tukang Ngibul

Barusan aku nengok status Fesbuk-nya Kiki. Dia nge-post lagu lawasnya Michael Learns to Rock yang judulnya “25 Minutes”. Yeah, situ orang lawas pastilah tahu ada cerita apa di lagu itu? Yap, yap, yap, ceritanya tentang cowok yang nyesel gara-gara mantan pacarnya keburu dinikahin cowok lain. Beliau yang kasihan itu cuma terlambat 25 menit sahaja untuk bisa menggagalkan peresmian pernikahan si mbak mantan. Continue Reading


Teman-teman Hebat

Aku ini suka nggak sadar kalau dikelilingi teman-teman yang hebat. Saking nggak sadarnya, kalau pada suatu hari tiba-tiba aku denger kabar tentang temanku yang mendapat apresiasi dari pihak lain yang kredibel, aku malah jadi mikir, heh, apa iya? Masak tho levelnya si kampret ini sehebat itu? Masak ya pantes gembus bercula ini dapat pujian sedemikiannya?

Sirik? Iri? Dengki? Kayaknya bukan. 3 hal macam barusan itu, kan, cuma bisa terjadi jika dan hanya jika kitanya diam-diam memang mengakui bahwa yang bersangkutan memang punya kemampuan di atas kita tapi kitanya nggak terima. Lha, ini nggak kayak gitu, je. Ini lebih ke murni heran, kok, bisa-bisanya teman nongkrongku ini diperlakukan macam begitu? Apa hebatnya?Perasaanku, beliaunya ini ya biasa-biasa aja. Continue Reading


Nggak Enakan

Ternyata aku ini lambat belajar. Setelah jadi manusia selama sekian ratus tahun, yang nggak bisa mati kecuali leherku dipenggal, aku baru sadar belakangan ini kalau ternyata aku punya kelemahan mendasar berupa sifat nggak enakan sama orang, apalagi kalau orangnya berjenis kelamin wanita.

Kadang ini merepotkan. Tapi bukan sejenis repot yang timbul gara-gara ada orang yang minta bantuan (biasanya, sih, bantuan finansial). Untuk jenis kerepotan yang seperti itu aku sendiri suka nggak sadar. Sadarnya kalau pas sudah mau tidur, biasanya. Baru kerasa capeknya. Bantuan sejenis nemenin temen belanja meskipun aku sendiri nggak beli apa-apa, ndengerin curhatannya anak gadis orang, dimintain pendapat untuk urusan yang bersifat metafisik, yang begitu itu – kalau mau dilihat dari kacamata egois – jelas menyita waktuku. Ada banyak hal produktif lainnya yang bisa kukerjakan untuk diriku sendiri seandainya saja aku tega menolak permintaan bantuan yang remeh-temeh itu, misalnya bermalas-malasan. Continue Reading


Orang Bodoh dan Beasiswa

Kapan hari di tahun kemarin, Hanna, adik kelasku jaman mahasiswa S-1 sempat nanya, “Mas, caranya dapat beasiswa gimana, sih?”

Waktu itu aku memang relatif baru dapat beasiswa buat sekolah lagi di Enggres sini, dan berkat mulut besarku sendiri akhirnya berita itu cepat menyebar. Biasalah, aku ini, kan, orangnya suka pamer, meskipun pembelaan dariku tentang sikap suka pamerku ini adalah untuk memotivasi kaum di sekitarku. Pendeknya aku memang hobi sekali bertingkah semacam, nah, aku bisa kayak gini, kalian bisa apa coba? ๐Ÿ˜ˆ

Jadi untuk menjawab pertanyaan Hanna via Whatsapp tersebut aku kemudian berujar 1 kata: “Pintar.” Continue Reading


Pages:1234567...19