
Aku punya teman, teman sepermainan. Di mana ada dia belum tentu ada aku (soalnya aku sibuk, banyak kerjaan. Biasalah, namanya juga eksekutip muda. Jadinya ya nggak bisa selamanya dolan-dolan bareng dia). Temanku itu namanya Faiz, komplitnya Achmad Faiz Farouqi. Tapi meskipun dia lebih sering menulis namanya sebagai Vaiz – dan kadang-kadang di depannya dikasih imbuhan “Steve” yang hasilnya adalah Steve Vaiz yang merujuk pada Steve Vai – anak-anak tetap saja lebih suka memanggilnya sebagai “Pa’is”. Continue Reading