Waktu esema dulu aku sempat ikut macam-macam ekstra kurikuler yang untuk lebih singkatnya ta’sebut sebagai ekskul aja. Yah, namanya saja anak muda yang saat itu sedang menderita approval junkie, akunya ikut macam-macam ekskul itu – apa boleh buat – hanya gara-gara 1 macam alasan dominan saja: biar ngetop di sekolah, karena ngetop di sekolah kupikir bakal banyak untungnya.
Salah satu keuntungan yang kuincar adalah kekebalan diplomatik. Dengan aktif di berbagai ekskul dan kesempatan mewakili sekolah di ajang lomba-lombaan, baik tingkat kodya ataupun propinsi, aku bebas dari omelan guru-guruku di sekolah. Mau datang ke sekolah tidak saat bel masuk berbunyi pun akunya dalam posisi aman-aman saja. Misalnya saja, aku tidak jarang baru datang ke sekolah jam 07.30 (aslinya, sih, jam 07.00 akunya sudah harus ada di kelas) yang tentu saja dihadang guru piket di dekat gerbang sekolah. “Anindito, kenapa kamu baru datang jam segini?” tanya Pak Loper yang wakil kepsek urusan kesiswaan yang kebetulan dapat jatah piket hari itu. Continue Reading