Browsing posts in: Daily Waton

Bayar Dulu, Tuan!

1 hal lagi, tolong dihapus blog ini karena saya orang/umat ISLAM, anda telah merendahkan dan menistakan diri anda sendiri dan UMAT ISLAM dan satu-satunya yang menilai kita/umat adalah ALLAH SWT.

Perkara apakah tulisanku menistakan agamaku sendiri atau tidak, wew, itu jelas masalah interpretasi masing-masing personal. Walaupun aku bilang kalo aku nggak punya maksud kayak gitu tapi kalo orangnya ngeyel nuduh aku seperti maunya dia, ya walaupun aku ini tampan, aku bisa bilang apalagi, coba? Continue Reading


Selamat Tahun Baru (Judul Standar)

Selamat Tahun Baru Masehi, sodara-sodara semua! Selamat Natal, Selamat Tahun Baru Hijriyah juga. Mohon maaf kemarin aku ndak sempat ngucapin selamat-selamat itu lewat blog ini. Soale kemarin-kemarin ini blogku nggak bisa diakses gara-gara kehabisan benwit. Biasalah, namanya juga orang sibuk, jadinya blogku beberapa bulan terakhir selalu kehabisan benwit tiap lewat tengah bulan menjelang akhir bulan. Begitu, bisa dikopi? Ganti!

Ndak bisa? Bingung? Bingung korelasinya di mana? Continue Reading


Sedang Sibuk. Sungguh Mati!

Buat penggemar yang menuntut supaya blogku segera diapdet lagi, beta mohon maap. Sejauh ini daku lagi sibuk belajar membiasakan diri dengan panel admin-nya Joomla (yang njelimet itu) dan menyusun draft demi draft esai tentang Ramawijaya, lakon utama cerita Ramayana, dalam rangka mem-playmaker-i si Lutfi yang mau mendaftarkan dirinya buat ngikutan Lomba Penulisan Esai “Tokoh Rama dalam Budaya Jawa”-nya jurusan Sastra Nusantara FIB UGM. Sekali lagi, atas segala ketidak-nyamanan di kala tidak bisa menikmati tulisan-tulisan baru di blog ini, hamba mohon maap yang sebesar-besarnya. Terima kasih.


Hai, Mas Joe

Tadi siang, waktu transit di Milan (MIPA Selatan, maksudku) UGM – buat nunut ke toilet sebelum berangkat kuliah Akta 4 di kampus terpadunya UII – dari kantor, di depan lab, sambil berjalan cepat-cepat gara-gara kebelet pipis:

“Hai, Mas Joe,” sapa seorang gadis (eh, nggak tau juga, ding, masih gadis atau sudah enggak 😈 ) berjilbab, berparas lumayan manis yang lagi duduk-duduk di situ.

“Hai juga,” balasku sambil masang senyum alakadarnya (sumpah cuma alakadar! Lha wong lagi kebelet pipis, kok) dan langsung kembali berjalan cepat-cepat.

Kemudian samar-samar kedengeran suara bisik-bisik dari arah belakang, “Memangnya Mas Joe tau namaku?”

Duh! Yakin, jadi nggak enak ati akunya. Sering disapa sama dia tiap ketemu, tapi sampai sekarang aku nggak tau dia itu anak program studi apa, angkatan berapa, dan bahkan namanya. Kemarin-kemarin, sih, aku memang masih suka nyombong, “Kalo aku nggak tau siapa mereka, itu wajar. Tapi kalo sampe mereka yang nggak tau siapa aku, keterlaluan. Statusnya sebagai mahasiswa MIPA patut dipertanyakan.”

Tapi, kok, akhirnya aku jadi nggak enak ati ya, kalo harus denger sendiri secara live pertanyaan ngenes kayak yang di atas itu tadi? 🙁


Nggak Ngopi?

“Nggak ngopi? Ngantuk lo.”
“Nggak. Gua Kratingdaeng aja.”
“Nggak takut kafein?”

Sampe sekarang aku masih heran sama iklan Kratingdaeng versi “nggak ngopi” itu. Tadinya Tika nyuruh ngopi, lha, kok, habis itu malah nanyain si Yosi takut kafein atau nggak gara-gara lebih milih Kratingdaeng ketimbang ngopi. Heran aku sama 2 makhluk dari Project Pop itu. Memangnya kopi itu nggak mengandung kafein?


Kembali ke Kampus

Sehubungan dengan tadi siang sehabis Jumatan aku nekat motoran menembus hujan ke kampus UII terpadu di Kaliurang kilometer 14,4 sana untuk ikutan kuliah perdana, maka dengan ini aku umumkan status baruku yang beralih dari pengangguran ke kembali menjadi mahasiswa. Lebih tepatnya mahasiswa program Akta 4 Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

Aku mau jadi guru. Hebat, kan, aku? Great Teacher Satrianto segera siap beraksi. Yak, tepuk tangan buat aku. Plok…plok…plok… Horeee! Continue Reading


1 Jam (Kurang) Bersama Didit Komeng

Di kampus aku punya temen yang namanya Komeng. Aslinya doi punya nama lengkap Didit Yudha Setiawan. Tapi apa lacur, karena anatomi wajahnya (waktu rambutnya masih gondrong) mirip sama Komeng yang pelawak itu, akhirnya sampai sekarang perjaka paling nggak laku se-Ilmu Komputer UGM itu harus rela, pasrah, tabah, dan tawakal, sekaligus qana’ah dipanggil “Mas Kom” sama adik-adik kelasnya, yang tentu saja adalah kependekan dari “Mas Komeng”. Continue Reading


Pak Obama

Jalan-jalan di frensterku, liat-liat bulletin board-nya dan mendadak nemu tulisan dari Adit yang bikin aku jadi agak tersipu malu:

Apa kebanyakan penduduk Indonesia mendukung Obama hanya karena fakta bahwa beliau pernah tinggal di Indonesia dan berharap bahwa kita akan diperhatikan secara khusus oleh AS???
Manja sekali bangsa ini.

Ahahaha, iya, aku sendiri waktu pertama tau tentang Barack Obama itu, pikiranku ya standar banget. Lumayan, nih, kalo manusia ini yang menang jadi presiden Amrik. Setidaknya Amrik bakal dipimpin sama (bekas) anak Menteng. Dan baru setelahnya aku mikir kalo keliatannya Obama itu lebih elegan dari dan tidak segrasa-grusu McCain. Kayaknya juga lebih keliatan cinta damai.

Cuma, kalo berharap Endonesa bakal diperhatikan atau bahkan dibantu khusus sama Amrik, kayaknya aku nggak mikir sampe ke situ, deh. Negeri ini sudah terlalu amburadul, soale. Kayaknya Endonesa sudah nggak bakal bisa selamat lagi walau dibantu sama siapapun. Sudah terlalu parah, duhai Pak Obama. Endonesa baru bisa selamat kalo negeri ini memang bener-bener sudah punya niat buat menyelamatkan dirinya sendiri. Eh, tapi niat aja nggak cukup, ya? 😈


Tu Quoque

Kalo mbaca-mbaca lagi tulisan-tulisanku yang lama kadang-kadang aku tersipu-sipu malu sendiri, lho. Kadang-kadang (dan malah bahkan sering) aku jadi mikir, wah, dulu aku itu ternyata goblok banget ya.

Kenapa aku berpikir begitu, sodara-sodara?

Kenapa? Continue Reading


Daripada Jadi Fitnah

Daripada jadi fitnah kepada yang bersangkutan, sodara-sodara, jadi lebih baik kuumumin aja lanjutan ceritaku kemarin tentang prahara cinta pertama yang tiba-tiba datang tanpa diundang untuk minjem uang (ngakunya, sih, buat mamanya yang katanya lagi sakit ginjal).

Seperti saran dari banyak khalayak pembaca yang budiman, supaya aku melakukan kros-cek ke teman-teman esdeku yang lain, hal yang demikian pun segera kulakukan. Dan, astaghfirullah, akupun mendapatkan fakta yang menyesakkan dada. Uhuk..uhuk..uhuk.. Continue Reading


Simalakama Cinta Pertama

Orang bilang (entah orang yang mana, orang aring atau orang utan, segalanya tiada jelas), cinta pertama itu nggak ada matinya. Dan memang begitulah keadaannya. Ketika mendadak makhluk yang selama ini cuma bisa dijadikan kenangan tentang kepolosan anak kelas 4 esde itu datang, perasaanku langsung jadi semrawut. Kompleks.

Aku memang excited. Bertahun-tahun aku sama dia nggak pernah bicara panjang-lebar. Ketemuan terakhir malah sudah lewat 3 tahunan pas reuni es-de tanpa pembicaraan yang berarti; cuma sekedar basa-basi seperlunya. Lalu tiba-tiba si mbaknya njedul dan ngomong, “Aku boleh curhat sama kamu?” Continue Reading